Semua anggota keluarga Stormind sontak terkejut, termasuk Eric. Suasana menjadi sangat hening. Para pelayan dengan cepat menjauh dari lokasi pertemuan, menyaksikan dari kejauhan, berbisik-bisik.Daisy memebuka mata dan mulut lebar-lebar, menatap tak percaya apa yang sebenarnya terjadi. Tidak pernah ada siapa pun yang berani melakukan tidak seperti ini padanya, termasuk ayah dan ibunya. Sialnya, sosok wanita asing yang dibawa Eric justru dengan angkuh melakukannya tanpa rasa bersalah sedikit pun. ia bisa melihat senyum melintang di wajah menyebalkannya.Caroline tersenyum lebar ketika melihat ekspresi Daisy. Wanita sombong sepertinya memang harus mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Tidak boleh ada yang menghina dirinya dan Eric di depannya.Eric berusaha menahan senyum. Ia terkejut ketika Caroline menyiram Daisy. Sebuah pertunjukkan lucu dan cukup menegangkan.“Daisy.” Darius menatap tajam Caroline. “Dasar brengsek! Berani sekali kau melakukan tindakan tidak terpuji pada Daisy!
Daisy tersenyum ketika mendengar rencana Dorothy. “Kau memang jenius, Dorothy.”“Aku membenci wanita itu dari pertama kali aku melihatnya.” Dorothy menatap sinis Caroline. “Aku sangat penasaran dari mana si cacat Eric itu mendapatkan wanita sialan itu. Apa wanita itu sebenarnya adalah wanita sewaan?”“Kita akan tahu sebentar lagi, Dorothy.” Daisy menghubungi asistennya, menatap tajam Caroline. “Kau sudah mencari musuh yang salah, wanita gila. Siapa pun yang sudah berurusan denganku akan hancur sehancur-hancurnya.”Caroline mengabaikan tatapan sinis dan bisikan-bisikan dari keluarga Stormind. “Mereka sangat menyebalkan. Mereka bertingkah kasar dan berbuat seenaknya, tapi mereka marah ketika aku bersikap seperti mereka. Mereka tidak berbeda dengan orang-orang kaya menyebalkan yang merasa memiliki semuanya.”Eric tertawa. “Mereka selalu bersemangat untuk mempermainkan seseorang. Kau membuat acara ini semakin menarik.”“Mereka pasti mencibir dan memperlakukanmu dengan buruk selama ini. Ka
“Dasar brengsek!” pekik Darius, “kau pikir siapa dirimu sampai kau berani memerintahku dan keluargaku untuk berbuat baik padamu! Meski si pria cacat itu masih bagian dari keluarga ini, aku dan keluargaku tidak sudi untuk bersikap padanya, apalagi pada wanita gila murahan sepertimu!”“Dasar wanita gila! Kau semakin menambah alasanku tidak menyukai si pria cacat itu!” teriak Daisy dengan tangan terkenap erat.“Pergilah dan jangan pernah menginjakkan kami ke tempat ini lagi! Kalian tidak akan diterima sampai kapan pun meski kalian bersujud sekalipun!” ujar Dorothy.Caroline mengembus napas panjang. Ia merasa jengkel dengan cibiran dan penghinaan itu, tetapi ia masih berusaha bersabar.Eric tertawa. “Suara mereka sangat sumbang!”“Bahkan suara kentut kuda pun lebih merdu dibandingkan suara mereka.” Caroline tertawa. “Dasar orang-orang menjengkelkan!”“Apa katamu?” Darius semakin emosi. Ia mengambil gelas dan melemparkannya pada Caroline dan Eric.Caroline menyadari lemparan dari arah Layl
Daisy tersenyum lebar meski sedikit menyesalkan kakaknya datang setelah kejadian. Andai saja Delta melihat semua tindakan Caroline padanya dan keluarganya, pria itu pastilah sangat murka hingga menyiksa Caroline dan Eric. Keluarga Stormind sangat membenci Eric sehingga kalaupun pria itu mati tidak akan ada yang menangisinya.“Di mana ayah dan yang lain?” tanya Delta dengan tatapan geram. “Aku akan mengadukan tindakan pria cacat dan wanita sialan itu padanya. Jika ayah memerintahkanku untuk menghabisi dua manusia sialan itu, aku dengan senang hari melakukannya.”“Mereka akan tiba beberapa menit lagi, Delta.” Daisy bergelayut manja di tangan Delta. “Kau harus membalas penghinaan mereka, Delta. Si cacat Eric tampaknya bosan karena selama ini menjadi olok-olokan kita bahkan kakek pun tidak ingin membelanya.”“Ke mana dua orang sialan itu? Kenapa mereka tidak kunjung datang? Padahal aku memerintahkan para penjaga untuk tidak menghalangi kedatangan mereka.” Darius berdecak, menoleh pada pin
Semua anggota keluarga Stormind sontak membungkuk, memberi hormat pada pemimpin keluarga Stormind. Sementara itu, Caroline dan Eric masih berada di dalam mobil.Caroline mengamati semua anggota keluarga Stormind membungkuk, kecuali Eric yang tampak tidak berkedip dengan tangan mengepal kuat. “Eric,” gumamnya.Pria tua itu menuruni tangga bersama para pengawalnya. Kerutan di kulitnya hanya menunjukkan tubuh yang renta, tetapi tidak dengan karisma yang dimiliki pria itu.“Evan Stormind, pemimpin keluarga Stormind.” Caroline menggigit bibir untuk meredakan gugup. Ia bisa meresakan ketegangan yang semakin menguat dalam dirinya. “Aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapa pun.”“Si cacat Eric dan wanita gila itu akan berakhir sebentar lagi. Kakek sangat jarang sekali membentak siapa pun,” bisik Darius.“Kau benar.” Daisy menyahut, tersenyum lebar.Evan dan para pengawal tiba di lantai bawah. Anggota keluarga Stormind mengangkat kepala mereka kembali.Evan mengamati beberapa mobil yang
“Eric,” gumam Caroline dengan senyum lebar. Ah, jantungnya kembali berdetak sangat kencang. Bukan hanya ketampanan pria itu saja yang membuatnya tegang, tetapi sikap dan pendiriannya yang membuatnya mabuk kepayang.Caroline merasakan pipinya yang sangat panas. “Tidak, aku tidak menyukai Eric. A-aku … aku hanya terkejut saja. Eric biasanya tidak pernah bertindak seperti ini.”“Jadi, kau memilih membangkangku, Eric?” tanya Evan.“Menuruti perintahmu atau membangkang tidak akan mengubah apa pun, bukan? Aku hanya akan menuruti perintahmu jika perintahmu tidak merugikanku,” ujar Eric.“Dasar makhluk sialan! Berani sekali kau bertindak kurang ajar pada Ayah. Kau seharusnya bisa bersikap sopan pada kakekmu sendiri, Eric!” Daniel mendekat, bersiap melesatkan tamparan.Eric bergerak cepat menahan tangan Daniel, mencengkeram tangan Daniel sekuat mungkin.“Lepaskan tanganku! Kau menyakitiku!” pekik Daniel.“Eric, apa yang kau lakukan pada ayahku?” Darius mendekat.Eric dengan cepat melepas cengk
Satu jam kemudian, seluruh anggota keluarga Stormind berkumpul di meja makan, termasuk Eric dan Caroline. Beragam hidangan lezat menggugah selera sudah tersaji di atas meja. Para pelayan tampak hilir mudik menyiapkan segala sesuatunya.Caroline menatap sajian, tersenyum. Ia sejujurnya sangat lapar sekarang. Bermain bersama keluarga Stormind membuat tenaganya terkuras. “Aku tidak boleh sampai mempermalukan Eric dan diriku sendiri. Eric menyebutku sebagai tukang makan, dan aku tidak ingin keluarga kurang ajar ini menghinaku dengan kata-kata yang membuatku kesal.”Daisy tersenyum sinis ketika melihat Caroline. “Aku sejujurnya tidak berselera dengan makan malam ini. andai saja kakek tidak memintaku, aku lebih memilih makan di restoran.”“Suasana makan malam ini sangat berbeda.” Darius menatap ketus Caroline.“Astaga, kita tidak seharusnya menerima orang asing dalam makan malam ini. Itu membuatku sangat jengkel.” Dorothy memutar bola mata.Delta menatap tajam Caroline dan Eric, melirik per
Suasana masih sangat hening sampai Evan menghilang bersama para pengawalnya. Anggota keluarga Stormind menatap tajam Eric dan Caroline.Daniel menggebrak meja. “Dasar brengsek! Jangan mengira kalian bisa berbuat seenaknya di rumah ini. Kalian hanyalah—”“Sebaiknya kita bersiap-siap,” kata Eric seraya memundurkan kursi rodanya, mengabaikan tatapan seluruh anggota keluarganya.“Aku mengerti.” Caroline tersneyum tipis ketika melihat wajah jengkel keluarga Stormind, terutama Daniel, Donald, dan Dennis.Caroline dan Eric meninggalkan meja makan, mengabaikan tatapan dan cibiran.“Dasar sialan! Berani sekali kalian mengabaikanku!” teriak Daniel seraya berdiri.Caroline dan Eric bergabung bersama para pengawal.“Tenangkan dirimu, Ayah,” ujar Darius seraya membantu Daniel duduk. “Kita memiliki waktu untuk menghukum dua makhluk sialan itu.”Daniel mengembus napas panjang, meneguk minuman hingga habis. “Lalu, apa rencanamu, Darius? Aku tidak ingin mendengar omong kosong.”Darius tersenyum pada D
Rombongan mobil bergerak sangat cepat di sebuah jembatan. Dari kejauhan, terlihat gedung-gedung pencakar langit dan sebuah pesawat terbang. Di salah satu mobil, Susan dan Rebecca berada. Kedua wanita itu tertidur nyaris di sepanjang perjalanan.Susan mulai membuka mata, memijat keningnya beberapa kali. “Di mana aku sekarang?”Susan tercengang saat melihat pemandangan kota asing di jendela. Ia menoleh pada dua pria di kursi depan, beralih pada Rebecca yang masih tertidur.Susan mengguncang tubuh putrinya berkali-kali. “Rebecca, bangunlah sekarang! Rebecca.”Rebecca mengerjap, membuka mata perlahan. Ia merenggangkan badan beberapa kali, dan terdiam saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu. “Apakah kita sudah sampai di kediaman Caroline dan si rentenir tua itu, Bu?”“Apa maksudmu, Rebecca?” Susan berkata dengan suara kecil, nyaris seperti bisikan. “Orang-orang asing yang kita temui di depan rumah itu membawa kita ke tempat asing.”“Apa?” Rebecca seketika menegakkan punggung, membuka m
Susan tampak cemas saat beberapa mobil kembali menepi dan orang-orang berpakaian hitam terus bermunculan. “Sialan, siapa mereka sebenarnya?” gumamnya. Para pengawal Susan dan Rebecca segera bersiaga. Mereka tampak ragu karena kalah jumlah dengan orang-orang asing itu.“Apa kepentingan kalian di tempat ini?” tanya salah satu pria berseragam hitam. “Jika kalian tidak memiliki kepentingan apa pun, kalian harus segera pergi dari tempat ini sebelum aku dan para bawahanku bertindak kasar.”Susana mengamati orang-orang berseragam hitam yang sudah mengelilinginya dan Rebecca. Ia berusaha tenang, berjalan selangkah meski Rebecca tidak melepaskan tangannya. “Aku sedang mencari putriku yang menurut kabar berada di rumah ini, Tuan. Kami akan segera pergi karena rumah ini tampak kosong,” kata Susan setenang mungkin. Orang-orang berseragam itu saling bertatapan sesaat. Si pemimpin memberikan tanda pada bawahannya dengan anggukan kepala.Susan dan Rebecca semakin tegang, menoleh pada seorang pria
Ethan mulai mengerjap, membuka mata perlahan. Pria itu berusaha membiasakan diri dengan cahaya yang menyilaukannya. Ia meringis kesakitan, merasakan kepalanya sangat sakit.“Di mana aku sekarang?” Ethan memaksakan diri untuk duduk, mengamati keadaan sekeliling. “Aku berada di rumah sakit?”Ethan termenung saat mengingat kejadian semalam. Ia berlari dari kejaran para berandal. Saat menyeberang, sebuah mobil mendadak muncul dan menabraknya sehingga ia terlempar dan tidak sadarkan diri di jalan.“Dasar brengsek! Badanku terasa sangat sakit.” Ethan memijat kening beberapa kali, menggelengkan kepala. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang memasuki ruangan. “Siapa kau?”“Aku kira kau akan tertidur selamanya, sialan! Aku adalah orang yang sudah menabrakmu,” ujar slah satu anggota pasukan yang dikerahkan Daniel, Donald, dan Dennis.“Dasar bajingan!” teriak Ethan tiba-tiba, “apa kau tidak bisa menyetir mobil dengan baik, hah? Kau membuatku menderita. Kau harus bertanggung jawab dan memberikan
Rebecca seketika terdiam, menjatuhkan tubuh di sofa. Ia meremas bantal dan gaun, menyumpahi Caroline saat melihat deretan foto yang wanita itu kirimkan padanya. Dadanya amat sesak karena amarah.“Jika tahu kejadiannya seperti ini, akulah yang sebaiknya dijual pada si rentenir tua itu. Aku benar-benar iri pada Caroline. Dia membeli sebuah toko mewah seharga seratus juta dolar secara tunai dan sekarang dia tinggal di sebuah rumah megah dengan barang-barang mewah.”Rebecca melempar bantal saking kesal dengan kenyataan yang terjadi. Wanita itu menarik-narik rambut, bergegas mendekati jendela. Sialnya, ia justru disambut dengan petir menggelegar.“Ah!” Rebecca sontak berteriak saat petir menyambar sebuah pohon. Ia berjongkok sambil menutup kedua telinganya.Susan mendengkus kesal, menatap Rebecca sekilas. Wanita itu berjalan mondar-mandir, berharap sebuah rencana muncul. Foto-foto yang ia lihat di ponsel Rebecca tadi membuatnya semakin jengkel.“Terkutuklah kau, Caroline!” pekik Rebecca.“
Serombongan mobil mewah tiba di depan kediaman lama Eric dan Caroline. Sekitar seratus orang berpakaian hitam seketika keluar dari kendaraan, bergegas memasuki halaman dan rumah. Mereka seperti semut yang mengerumuni sesuatu. Selepas lima belas menit berlalu, mereka kembali berkumpul di halaman.“Tuan Eric dan orang-orangnya kemungkinan sudah meninggalkan rumah ini sejak kemarin. Kita akan pergi ke lokasi selanjutnya,” ujar pemimpin rombongan.Orang-orang itu memasuki mobil kembali, meninggalkan kediaman mewah di tengah hutan itu. Dalam waktu cukup singkat, mereka sudah menjauh dari kediaman.Tidak lama setelahnya, seorang pria muncul dari balik pohon, mengamati rumah dengan teropong. “Siapa orang-orang itu? Mereka datang dengan puluhan mobil mewah yang aku aksir harganya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan dollar.”Steve melompat turun. “Aku beruntung karena orang-orang itu tidak menyadari keberadaanku. Selain kaya, mereka juga terlihat berbahaya.”Steve mengawasi keadaan sekeli
Caroline bangun dengan keadaan segar bugar. Ia terkejut ketika melihat keadaan kamar mandi yang begitu mewah, ditambah ruangan khusus di mana beragam pakaian dan aksesoris yang tersusun sangat rapi di lemari-lemari kaca. “Apakah semua ini milikku, Layla?”“Tentu saja, Nona. Tuan Eric menyediakan semuanya untuk Anda,” jawab Layla.Caroline mengamati keadaan sekeliling, memandang dengan takjub. Mulutnya terbuka dan matanya memercik kekaguman yang luar biasa ketika ia mengelilingi satu per satu rak. “Astaga, ini seperti yang aku lihat di film-film dan video orang-orang kelas atas.”Caroline menatap pantulan dirinya di kaca, menampar pipi beberapa kali. “Ini semua bukanlah mimpi. Astaga, kenapa aku baru menyadari hal ini.”Caroline tiba-tiba tersenyum. “Aku tahu harus berbuat apa sekarang.”“Layla, panggilkan beberapa pengawal wanita untuk membantuku memilih pakaian dan aksesoris yang cocok untukku. Aku ingin mengejutkan Eric.”“Aku mengerti, Nona.” Layla segera menghubungi bawahannya.Em
“Rumah baruku?” Caroline terkejut ketika mengamati halaman yang sangat luas. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat taman-taman bunga, air mancur, lampu, jalan setapak yang semuanya tersusun dan tertata dengan sangat rapi.Caroline memijat kepalanya berkali-kali. “Astaga, apa yang sudah terjadi?”“Tuan Eric memerintahkan kami semua untuk membawa Anda ke rumah ini, Nona. Keluarga Stormind kemungkinan akan mencelakai Anda lagi setelah kejadian di kolam renang. Tuan Eric tidak ingin Anda berada dalam bahaya,” terang Layla.“Bagaimana keadaan Eric? Aku harus bertemu dengannya sekarang.” Caroline duduk di sofa, memejamkan mata ketika mengingat kejadian di kolam renang. Sekujur tubuhnya bergetar sangat hebat. Peristiwa itu benar-benar membuatnya syok.“Tuan Eric sangat sibuk sekarang, Nona. Dia tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Anda sebaiknya beristirahat. Anda akan bertemu dengan Tuan Eric besok.”Caroline tiba-tiba berdiri ketika mengingat sesuatu. “Bagaimana dengan ayahku? Apakah dia
Malam yang panjang akhirnya berganti pagi. Embun tampak di permukaan rumput dan dedaunan. Udara terasa lebih dingin dibandingkan sebelumnya.Eric tengah berada di dekat jendela, menatap awan yang bergerak pelan. Ketika memejamkan mata, ingatannya seketika kembali pada kejadian semalma. Amarahnya masih belum reda meski waktu berlalu.Eric mengepalkan tangan erat-erat, tersneyum tipis. “Aku tidak akan lagi mengasihani mereka, apalagi sampai mengakui mereka sebagai keluargaku lagi. Merekalah yang meminta hal itu dariku. Aku akan menghancurkan kalian semua.”Eric menoleh pada Caroline yang belum tidak sadarkan diri sejak semalam. Suhu tubuh wanita itu sangat panas, dan ia beberapa kali mengingau memanggil nama ayahnya.Seorang dokter dan seorang perawat memasuki ruangan, membungkuk pada Eric sesaat, memeriksa Caroline. Tidak lama setelahnya, terdengar hujan mengguyur dengan deras.Suara hujan terdengar mengisi keheningan setelah kepergian dokter dan suster selama beberapa menit ke depan.
Eric dan seluruh pasukannya segera meninggalkan kediaman utama keluarga Stormind. Rombongan mobil melesat sangat cepat.Eric mengamati keadaan Caroline yang tampak pucat pasi. Peristiwa tadi benar-benar bercokol kuat dalam benaknya. “Aku seharusnya tidak terkejut ketika mereka melakukan tindakan busuk itu. Mereka bahkan pernah melakukan tindakan yang lebih busuk dibandingkan sekadar mendorong seseorang ke kolam renang dan nyaris membiarkan orang itu mati.”Kilatan amarah terlihat di pancaran mata Eric. Pria itu mengepalkan tangan erat-erat.“Aku akan memulai perang dengan kalian. Aku tidak akan memberikan belas kasih lagi mulai sekarang.” Eric tersenyum, terdiam ketika teringat dengan Evan. “Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membiarkan mereka begitu saja seperti yang kau lakukan selama ini?”Sementara itu, keluarga Stormind masih berada di sekitar lokasi pesta. Mereka masih terkejut dengan keadaan yang terjadi, terutama Daniel.Daniel mengamati kaca yang hancur dan berserakan. K