Suasana masih sangat hening sampai Evan menghilang bersama para pengawalnya. Anggota keluarga Stormind menatap tajam Eric dan Caroline.Daniel menggebrak meja. “Dasar brengsek! Jangan mengira kalian bisa berbuat seenaknya di rumah ini. Kalian hanyalah—”“Sebaiknya kita bersiap-siap,” kata Eric seraya memundurkan kursi rodanya, mengabaikan tatapan seluruh anggota keluarganya.“Aku mengerti.” Caroline tersneyum tipis ketika melihat wajah jengkel keluarga Stormind, terutama Daniel, Donald, dan Dennis.Caroline dan Eric meninggalkan meja makan, mengabaikan tatapan dan cibiran.“Dasar sialan! Berani sekali kalian mengabaikanku!” teriak Daniel seraya berdiri.Caroline dan Eric bergabung bersama para pengawal.“Tenangkan dirimu, Ayah,” ujar Darius seraya membantu Daniel duduk. “Kita memiliki waktu untuk menghukum dua makhluk sialan itu.”Daniel mengembus napas panjang, meneguk minuman hingga habis. “Lalu, apa rencanamu, Darius? Aku tidak ingin mendengar omong kosong.”Darius tersenyum pada D
Eric, Leon, dan beberapa pengawal keluar dari ruangan.Eric mendapati Daniel, Donald, dan Dennis berada di dekat kamar Evan. Ia mengabaikan tatapan kebencian mereka. Hal itu tidak akan lagi menyakitinya lagi.“Kau sama menyedihkannya dengan ayahmu, Eric. Kau membuat kami semua kesulitan,” ujar Daniel dengan tatapan tajam.Donald menimpali, “Kau sebaiknya tidak menganggu ayahmu lebih dari ini. Andai dia tidak melihatmu sebagai cucunya yang cacat, dia pasti sudah membuangmu jauh-jauh hari.”“Pergilah dari rumah ini setelah kau bertemu dengan kakekmu, Eric. Kau dan wanita gila itu hanya membuat masalah.” Dennis menambahkan.Eric tersenyum. “Kalian sama sekali tidak berubah. Kebencian kalian pada ayahku membuat kalian menjadi gila, padahal ayahku adalah saudara kandung kalian.”“Dasar brengsek! Kau memang harus menerima pelajaran sopan santun!” Daniel melesatkan tamparan pada Eric.Eric segera menepis tangan Daniel hingga pamannya itu terdorong mundur dan menabrak Donald dan Dennis. “Aku
“Eric, aku sudah menyiapkan delapan puluh persen kekayaan keluarga untukmu dan mendiang ayahmu. Kalian pantas mendapatkannya. Kalian berhak mendapatkannya dibandingkan siapa pun.” Evan menarik kepalanya, duduk menghadap Eric.Eric mengabaikan Evan.“Jika paman-pamanmu bertanya mengenai apa yang kita bicarakan, katakan pada mereka jika aku menarik semua harta yang aku berikan padamu sebelumnya sebagai hukumanmu. Saat waktunya tiba, kau akan mendapatkan delapan puluh persen kekayaan keluarga.”Eric tidak memedulikan ucapan Evan, terdiam di dekat pintu. Ia mengepalkan tangan erat-erat, mengembus napas panjang. “Lalu, hukuman apa yang sudah kau siapkan untuk ketiga putramu yang sudah memfitnah ayahku sekaligus mencelakaiku dan kedua orang tuaku?”“Eric.” Evan perlahan berdiri meski susah payah, tersenyum tipis. “Aku sedang mengumpulkan bukti-bukti kejahatan mereka. Jika kau memiliki bukti kejahatan mereka, kau bisa memberitahuku.”Eric menghadap Evan. “Kenapa aku harus melakukannya? Bukan
Darius, Daisy, Delta, Dorothy, dan Drako masih berada di lokasi persembunyiaan. Mereka bersiap ketika jarak Caroline sudah dekat dengan mereka.Layla mengetahui keberadaan Darius dan yang lain dari pantulan di kaca. “Nona Caroline, Anda harus bersiap-siap. Mereka bersiap untuk menjaili Anda.”Caroline mendengkus kesal. “Dasar sial! Mereka tidak berhenti mengerjaiku.”Caroline berpura-pura tidak mengetahui keberadaan Darius dan yang lain. Ia berhenti sejenak, mengangkat gaun lebih tinggi, berjalan cepat.Darius, Daisy, dan Dorothy melemparkan ember berisi air kotor pada Caroline dalam waktu bersama. Mereka tersenyum dan berharap rencana mereka sukses. Akan tetapi, kenyataan justru jauh dari harapan mereka.Caroline berhasil menghindar dengan cara melompat ke belakang. Air jatuh hingga membasahi karpet. “Kalian harus berjuang lebih keras jika ingin mengerjaiku.”“Dasar brengsek! Bagaimana wanita gila itu melakukannya?” tanya Daisy dengan tatapan kesal. Ia melemparkan ember sekencang mun
Eric mengabaikan teriakan dan cibiran dari Daniel, Donald, dan Dennis. “Ya, aku adalah orang pertama kali yang akan menertawakan kalian semua di saat kalian hancur.”Eric melirik ke belakang sesaat, tersenyum. “Aku tidak akan rugi jika harta pemberian kaki diambil secara paksa. Aku masih bisa hidup dengan sangat layak.”“Eric!” Caroline berhenti berlari, mengendalikan napas yang terengah-engah. Wanita itu berjalan perlahan, mengamati Eric dari ujung kepala hingga ujung kaki.“Kenapa kau berkeringat? Apa orang-orang itu mengerjaimu kembali?” tanya Eric.Caroline tiba-tiba berlari dan memeluk Eric dengan erat. “Syukurlah, kau baik-baik saja. Aku sangat khawatir padamu. Aku takut jika ketiga pamanmu menjahatimu kembali.”Eric sontak terdiam, tersenyum setelahnya. “Aku baik-baik saja. Aku bisa menjaga diriku dengan baik. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku.”Caroline seketika melongo ketika menyadari tindakannya saat ini. Ia melihat bayangannya di guci kaca. Wajahnya sontak memana
Caroline menunggu kedatangan Eric di dalam kamar. Ia masih merasa risi dengan pertanyaan Dante padanya. “Apa hubungan Eric dengan keluarga Stormind buruk sejak awal atau ada sesuatu yang membuat mereka tidak akur hingga sekarang? Mereka sempat menyinggung orang tua Eric sebelumnya.”Caroline mengembus napas panjang. “Aku memiliki banyak pertanyaan di dalam kepalaku sekarang. Akan tetapi, aku tidak ingin Eric menganggapku penasaran dengan kehidupannya. Aku tahu dari mana Eric bisa memiliki sifat menjengkelkan. Keluarganya jauh lebih menjengkelkan dibandingkan yang aku kira.”Caroline berbaring di ranjang, mengamati pintu. “Di mana Eric? Kenapa dia belum memasuki kamar? Apa dia tidak mau berada dalam satu ruangan denganku?”Caroline mendengkus kesal. “Eric sangat kurang ajar. Kenapa dia tidak mau bersamaku di kamar ini? Dasar pria menyebalkan.”Caroline menunggu Eric hingga lima belas menit lamanya. Ia terus mengamati pintu sampai akhirnya ia merasa sangat mengantuk.“Layla, di mana Eri
Eric pergi menuju rumah bersama Alan.“Alan, perintah pasukanmu untuk mengawasi Dante. Dia tampaknya sedang menyelidiki sesuatu. Aku tidak mempercayainya. Dia bisa saja bekerja dua kaki,” ujar Eric.“Aku mengerti, Tuan.” Leon segera menghubungiDante mengembus napas panjang, menoleh pada danau. “Aku tidak pernah menduga jika hubunganku dengan Eric akan menjadi secanggung ini, padahal kami kami sangat akrab dahulu. Renggangnya hubungan ayahku, Paman Donald, dan Paman Dennis dengan Paman Edgar membuat semuanya berubah.”Dante termenung di sisi danau, mengamati serangga malam yang memutari lampu. Udara semakin dingin dari waktu ke waktu. “Apa benar mendiang Paman Edgar mengkhianati kakek dan keluarganya hanya demi menguasai seluruh harta kekayaan keluarga? Aku masih sangat kecil saat itu sehingga aku tidak mengetahui secara pasti apa yang terjadi”“Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada Eric sampai dia cacat seumur hidupnya setelah dia mengalami kecelakaan itu?”Dante menoleh pada rumah.
“Dasar brengsek!” Darius seketika menggeberak meja. “Tutup mulutmu, Eric!”Caroline memutar bola mata, tersenyum sinis. “Lucu sekali. Kau menghina orang lain dan marah ketika orang itu membalas hinaanmu. Jika hatimu serapuh tisu, kau sebaiknya bisa menjaga lisan dan tingkahmu pada orang lain.”“Tutup mulutmu, wanita gila!” Darius memelotot tajam. “Kau memang pasangan cocok untuk si pria cacat itu! Kehadiran kalian membuat kami semua muak!”“Amarah yang meledak-meledak adalah tanda jika seseorang jarang tersentuh oleh kasih sayang dan perhatian. Menggelikan sekali.” Caroline tersenyum lebar.“Diam!” bentak Daniel seraya menggebrak meja.Caroline mengembus napas panjang. “Aku berbicara pada seseorang, tetapi nyatanya perkataanku menyinggung banyak orang.”“Jaga sopan santunmu, Wanita Gila! Kau hanya orang asing di rumah ini! Jika si cacat Eric saja yang merupakan keponakanku saja tidak mendapat tempat di keluarga ini, apalagi wanita sepertimu!” ketus Daniel dengan tatapan menyalang taja