Caroline menunggu kedatangan Eric di dalam kamar. Ia masih merasa risi dengan pertanyaan Dante padanya. “Apa hubungan Eric dengan keluarga Stormind buruk sejak awal atau ada sesuatu yang membuat mereka tidak akur hingga sekarang? Mereka sempat menyinggung orang tua Eric sebelumnya.”Caroline mengembus napas panjang. “Aku memiliki banyak pertanyaan di dalam kepalaku sekarang. Akan tetapi, aku tidak ingin Eric menganggapku penasaran dengan kehidupannya. Aku tahu dari mana Eric bisa memiliki sifat menjengkelkan. Keluarganya jauh lebih menjengkelkan dibandingkan yang aku kira.”Caroline berbaring di ranjang, mengamati pintu. “Di mana Eric? Kenapa dia belum memasuki kamar? Apa dia tidak mau berada dalam satu ruangan denganku?”Caroline mendengkus kesal. “Eric sangat kurang ajar. Kenapa dia tidak mau bersamaku di kamar ini? Dasar pria menyebalkan.”Caroline menunggu Eric hingga lima belas menit lamanya. Ia terus mengamati pintu sampai akhirnya ia merasa sangat mengantuk.“Layla, di mana Eri
Eric pergi menuju rumah bersama Alan.“Alan, perintah pasukanmu untuk mengawasi Dante. Dia tampaknya sedang menyelidiki sesuatu. Aku tidak mempercayainya. Dia bisa saja bekerja dua kaki,” ujar Eric.“Aku mengerti, Tuan.” Leon segera menghubungiDante mengembus napas panjang, menoleh pada danau. “Aku tidak pernah menduga jika hubunganku dengan Eric akan menjadi secanggung ini, padahal kami kami sangat akrab dahulu. Renggangnya hubungan ayahku, Paman Donald, dan Paman Dennis dengan Paman Edgar membuat semuanya berubah.”Dante termenung di sisi danau, mengamati serangga malam yang memutari lampu. Udara semakin dingin dari waktu ke waktu. “Apa benar mendiang Paman Edgar mengkhianati kakek dan keluarganya hanya demi menguasai seluruh harta kekayaan keluarga? Aku masih sangat kecil saat itu sehingga aku tidak mengetahui secara pasti apa yang terjadi”“Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada Eric sampai dia cacat seumur hidupnya setelah dia mengalami kecelakaan itu?”Dante menoleh pada rumah.
“Dasar brengsek!” Darius seketika menggeberak meja. “Tutup mulutmu, Eric!”Caroline memutar bola mata, tersenyum sinis. “Lucu sekali. Kau menghina orang lain dan marah ketika orang itu membalas hinaanmu. Jika hatimu serapuh tisu, kau sebaiknya bisa menjaga lisan dan tingkahmu pada orang lain.”“Tutup mulutmu, wanita gila!” Darius memelotot tajam. “Kau memang pasangan cocok untuk si pria cacat itu! Kehadiran kalian membuat kami semua muak!”“Amarah yang meledak-meledak adalah tanda jika seseorang jarang tersentuh oleh kasih sayang dan perhatian. Menggelikan sekali.” Caroline tersenyum lebar.“Diam!” bentak Daniel seraya menggebrak meja.Caroline mengembus napas panjang. “Aku berbicara pada seseorang, tetapi nyatanya perkataanku menyinggung banyak orang.”“Jaga sopan santunmu, Wanita Gila! Kau hanya orang asing di rumah ini! Jika si cacat Eric saja yang merupakan keponakanku saja tidak mendapat tempat di keluarga ini, apalagi wanita sepertimu!” ketus Daniel dengan tatapan menyalang taja
Sarapan kembali dilanjutkan. Anggota keluarga Stormind tampak sangat jengkel pada Eric karena ketidaksopanannya pada Evan. Akan tetapi, di antara semua anggota keluarga, Daniel, Donald, dan Dennis adalah orang yang paling mereka kesal. Mereka marah karena Eric menyinggung soal kebohongan mereka pada Evan.“Apa Eric sudah tahu soal kebenaran di balik kejadian antara aku dan yang lain dengan Edgar di masa lalu? Dia terus mengatakan bahwa ayahnya tidak bersalah, tetapi selama ini dia tidak memiliki bukti kuat.” Daniel melirik Eric dan Evan bergantian.Daniel mengepal tangan erat-erat. “Jika ayah sampai tahu kebenarannya, dia pasti akan sangat marah. Penunjukanku sebagai pemimpin keluarga akan batal, dan aku akan mendapatkan hukuman yang sangat berat. Tak hanya itu saja, seluruh hartaku akan disita dan keluargaku akan pasti akan menderita.”Daniel memijat kepala yang mulai pening. “Aku tidak boleh membiarkan hal itu terjadi. Aku harus segera menyingkirkan Eric agar dia tidak melakukan ses
Eric menenangkan diri di sisi danau, menatap dua angsa yang saling kejar mengejar. Angin berembus cukup kencang, menggoyangkan dedauan dan rambutnya.Caroline muncul dari pintu, mengawasi sekeliling, pergi menuju sisi danau. Wanita itu berhenti berlari, berjalan perlahan, mengembus napas panjang. Ia bingung harus bertindak seperti apa sekarang. Untuk itu, ia hanya diam selama beberapa waktu.Eric menoleh pada Caroline sesaat. “Kau menyukai sarapanmu?”Caroline mendekat, mengembus napas panjang. Ia terdiam selama beberapa waktu, menoleh ke arah rumah. Ia mendadak canggung karena tidak tahu harus berkata apa.“Aku minta maaf karena melibatkanmu dalam masalah keluargaku. Seperti yang kau lihat sendiri, mereka sangat tidak menyukaiku. Bisa dikatakan, mereka tidak menganggapku sebagai bagian dari keluarga ini.” Eric mengamati kedua kakinya. “Masalah ini bukan karena kondisi kakiku, tetapi lebih dari itu.”“Aku mendengar mereka membicarakan hal buruk mengenai ayahmu.” Caroline menatap rerum
Keluarga Stormind tengah sibuk membahas mega proyek di ruang utama. Mereka tampak sangat antusias setelah melihat keuntungan yang akan mereka peroleh. Sementara itu, Caroline dan Eric masih berjalna-jalan di halaman.“Kenapa kau menolak mega proyek itu, Eric? Bukankah itu adalah kesempatan yang bagus?” tanya Caroline yang berjalan di depan Eric, melirik ke belakang sesaat.“Aku memang tidak tertarik dengan mega proyek itu. Jika aku mau, aku bisa membangun mega proyek yang sama,” balas Eric seraya menghentikan laju kursi roda, menoleh pada bunga-bunga yang tertata dengan sangat rapi.“Apa?” Caroline terkejut, menatap Eric saksama. “Mereka mengatakan jika kau hanya memiliki sedikit harta kekayaan keluarga Stormind, dan harta itu akan disita secepatnya.”Eric tertawa. “Aku sama sekali tidak pernah menggunakan fasilitas yang diberikan kakekku sekalipun. Aku hanya menggunakan harta kekayaan milik keluarga ibuku. Jika kakekku ingin mengambil harta yang sudah diberikannya, aku tidak peduli d
Eric menangkap gelas itu dengan mudah, menatap tajam Darius, bersiap melemparkan kembali gelas pada pria itu.Darius sonrak melindungi wajahnya dengan kedua tangan.Eric tiba-tiba tertawa, menyimpan gelas di meja. “Kau tampak sangat lucu barusan, Darius. Kau sangat ketakutan sampai tubuhmu bergetar.”“Dasar brengsek!” maki Darius dengan tatapan kesal.Caroline tersenyum meremehkan. “Eric, kau tidak perlu meladeni pria itu. Dia akan menangis dan mengadu pada ayahnya. Lihatlah dia sekarang.”Caroline mendorong kursi roda Eric, menjauh dari meja makan. Mereka mengabaikan cibiran dan makian dari keluarga Stormind, terutama Darius dan Daisy.“Dasar orang-orang menyebalkan! Mereka pikir mereka bisa bertindak semau mereka!” Caroline mendengkus kesal. “Mereka tidak lebih dasar sekadar kumpulan orang-orang jahat!”“Semua tergantung dari sudut pandang. Aku menganggap hinaan dan keberadaan mereka sebagai hiburan untukku.” Eric tertawa.Caroline memutar bola mata. “Hentikan tawamu. Kau menakutiku
Caroline sontak memunggungi Eric, menyilangkan kedua tangan di depan dada. Ia harus mengakui Eric sangat tampan, lebih tampan dari hari-hari yang sebelumnya. Wajahnya memerah karena menahan malu dan kagum.“Astaga, aku pasti terlihat sangat bodoh sekerang. Aku tidak ingin mengajak Eric bicara.” Caroline memutar bola mata, mengembus napas panjang.“Kau tidak akan berdiri di depan pintu selamanya, bukan? Kita harus segera pergi.” Eric berbicara ketika dia sudah agak jauh dari Caroline.“Apa?” Caroline seketika menoleh, terkejut ketika Eric sudah tidak berada di dekatnya lagi. Ia mengentak lantai kesal, bergegas berjalan. “Kau sangat menyebalkan.”Caroline meninggalkan Eric, melirik beberapa kali, mengembus napas panjang. “Kenapa Eric selalu menyebalkan? Dia seharusnya mengajakku berjalan bersama, bukan berjalan lebih dulu. Dasar pria tidak peka.”“Kau bisa terjatuh jika kau berjalan secepat itu.” Eric tertawa. “Aku tidak keberatan jika kau menumpang di belakangku. Itu akan jadi pengalam