Daisy tersenyum lebar meski sedikit menyesalkan kakaknya datang setelah kejadian. Andai saja Delta melihat semua tindakan Caroline padanya dan keluarganya, pria itu pastilah sangat murka hingga menyiksa Caroline dan Eric. Keluarga Stormind sangat membenci Eric sehingga kalaupun pria itu mati tidak akan ada yang menangisinya.“Di mana ayah dan yang lain?” tanya Delta dengan tatapan geram. “Aku akan mengadukan tindakan pria cacat dan wanita sialan itu padanya. Jika ayah memerintahkanku untuk menghabisi dua manusia sialan itu, aku dengan senang hari melakukannya.”“Mereka akan tiba beberapa menit lagi, Delta.” Daisy bergelayut manja di tangan Delta. “Kau harus membalas penghinaan mereka, Delta. Si cacat Eric tampaknya bosan karena selama ini menjadi olok-olokan kita bahkan kakek pun tidak ingin membelanya.”“Ke mana dua orang sialan itu? Kenapa mereka tidak kunjung datang? Padahal aku memerintahkan para penjaga untuk tidak menghalangi kedatangan mereka.” Darius berdecak, menoleh pada pin
Semua anggota keluarga Stormind sontak membungkuk, memberi hormat pada pemimpin keluarga Stormind. Sementara itu, Caroline dan Eric masih berada di dalam mobil.Caroline mengamati semua anggota keluarga Stormind membungkuk, kecuali Eric yang tampak tidak berkedip dengan tangan mengepal kuat. “Eric,” gumamnya.Pria tua itu menuruni tangga bersama para pengawalnya. Kerutan di kulitnya hanya menunjukkan tubuh yang renta, tetapi tidak dengan karisma yang dimiliki pria itu.“Evan Stormind, pemimpin keluarga Stormind.” Caroline menggigit bibir untuk meredakan gugup. Ia bisa meresakan ketegangan yang semakin menguat dalam dirinya. “Aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapa pun.”“Si cacat Eric dan wanita gila itu akan berakhir sebentar lagi. Kakek sangat jarang sekali membentak siapa pun,” bisik Darius.“Kau benar.” Daisy menyahut, tersenyum lebar.Evan dan para pengawal tiba di lantai bawah. Anggota keluarga Stormind mengangkat kepala mereka kembali.Evan mengamati beberapa mobil yang
“Eric,” gumam Caroline dengan senyum lebar. Ah, jantungnya kembali berdetak sangat kencang. Bukan hanya ketampanan pria itu saja yang membuatnya tegang, tetapi sikap dan pendiriannya yang membuatnya mabuk kepayang.Caroline merasakan pipinya yang sangat panas. “Tidak, aku tidak menyukai Eric. A-aku … aku hanya terkejut saja. Eric biasanya tidak pernah bertindak seperti ini.”“Jadi, kau memilih membangkangku, Eric?” tanya Evan.“Menuruti perintahmu atau membangkang tidak akan mengubah apa pun, bukan? Aku hanya akan menuruti perintahmu jika perintahmu tidak merugikanku,” ujar Eric.“Dasar makhluk sialan! Berani sekali kau bertindak kurang ajar pada Ayah. Kau seharusnya bisa bersikap sopan pada kakekmu sendiri, Eric!” Daniel mendekat, bersiap melesatkan tamparan.Eric bergerak cepat menahan tangan Daniel, mencengkeram tangan Daniel sekuat mungkin.“Lepaskan tanganku! Kau menyakitiku!” pekik Daniel.“Eric, apa yang kau lakukan pada ayahku?” Darius mendekat.Eric dengan cepat melepas cengk
Satu jam kemudian, seluruh anggota keluarga Stormind berkumpul di meja makan, termasuk Eric dan Caroline. Beragam hidangan lezat menggugah selera sudah tersaji di atas meja. Para pelayan tampak hilir mudik menyiapkan segala sesuatunya.Caroline menatap sajian, tersenyum. Ia sejujurnya sangat lapar sekarang. Bermain bersama keluarga Stormind membuat tenaganya terkuras. “Aku tidak boleh sampai mempermalukan Eric dan diriku sendiri. Eric menyebutku sebagai tukang makan, dan aku tidak ingin keluarga kurang ajar ini menghinaku dengan kata-kata yang membuatku kesal.”Daisy tersenyum sinis ketika melihat Caroline. “Aku sejujurnya tidak berselera dengan makan malam ini. andai saja kakek tidak memintaku, aku lebih memilih makan di restoran.”“Suasana makan malam ini sangat berbeda.” Darius menatap ketus Caroline.“Astaga, kita tidak seharusnya menerima orang asing dalam makan malam ini. Itu membuatku sangat jengkel.” Dorothy memutar bola mata.Delta menatap tajam Caroline dan Eric, melirik per
Suasana masih sangat hening sampai Evan menghilang bersama para pengawalnya. Anggota keluarga Stormind menatap tajam Eric dan Caroline.Daniel menggebrak meja. “Dasar brengsek! Jangan mengira kalian bisa berbuat seenaknya di rumah ini. Kalian hanyalah—”“Sebaiknya kita bersiap-siap,” kata Eric seraya memundurkan kursi rodanya, mengabaikan tatapan seluruh anggota keluarganya.“Aku mengerti.” Caroline tersneyum tipis ketika melihat wajah jengkel keluarga Stormind, terutama Daniel, Donald, dan Dennis.Caroline dan Eric meninggalkan meja makan, mengabaikan tatapan dan cibiran.“Dasar sialan! Berani sekali kalian mengabaikanku!” teriak Daniel seraya berdiri.Caroline dan Eric bergabung bersama para pengawal.“Tenangkan dirimu, Ayah,” ujar Darius seraya membantu Daniel duduk. “Kita memiliki waktu untuk menghukum dua makhluk sialan itu.”Daniel mengembus napas panjang, meneguk minuman hingga habis. “Lalu, apa rencanamu, Darius? Aku tidak ingin mendengar omong kosong.”Darius tersenyum pada D
Eric, Leon, dan beberapa pengawal keluar dari ruangan.Eric mendapati Daniel, Donald, dan Dennis berada di dekat kamar Evan. Ia mengabaikan tatapan kebencian mereka. Hal itu tidak akan lagi menyakitinya lagi.“Kau sama menyedihkannya dengan ayahmu, Eric. Kau membuat kami semua kesulitan,” ujar Daniel dengan tatapan tajam.Donald menimpali, “Kau sebaiknya tidak menganggu ayahmu lebih dari ini. Andai dia tidak melihatmu sebagai cucunya yang cacat, dia pasti sudah membuangmu jauh-jauh hari.”“Pergilah dari rumah ini setelah kau bertemu dengan kakekmu, Eric. Kau dan wanita gila itu hanya membuat masalah.” Dennis menambahkan.Eric tersenyum. “Kalian sama sekali tidak berubah. Kebencian kalian pada ayahku membuat kalian menjadi gila, padahal ayahku adalah saudara kandung kalian.”“Dasar brengsek! Kau memang harus menerima pelajaran sopan santun!” Daniel melesatkan tamparan pada Eric.Eric segera menepis tangan Daniel hingga pamannya itu terdorong mundur dan menabrak Donald dan Dennis. “Aku
“Eric, aku sudah menyiapkan delapan puluh persen kekayaan keluarga untukmu dan mendiang ayahmu. Kalian pantas mendapatkannya. Kalian berhak mendapatkannya dibandingkan siapa pun.” Evan menarik kepalanya, duduk menghadap Eric.Eric mengabaikan Evan.“Jika paman-pamanmu bertanya mengenai apa yang kita bicarakan, katakan pada mereka jika aku menarik semua harta yang aku berikan padamu sebelumnya sebagai hukumanmu. Saat waktunya tiba, kau akan mendapatkan delapan puluh persen kekayaan keluarga.”Eric tidak memedulikan ucapan Evan, terdiam di dekat pintu. Ia mengepalkan tangan erat-erat, mengembus napas panjang. “Lalu, hukuman apa yang sudah kau siapkan untuk ketiga putramu yang sudah memfitnah ayahku sekaligus mencelakaiku dan kedua orang tuaku?”“Eric.” Evan perlahan berdiri meski susah payah, tersenyum tipis. “Aku sedang mengumpulkan bukti-bukti kejahatan mereka. Jika kau memiliki bukti kejahatan mereka, kau bisa memberitahuku.”Eric menghadap Evan. “Kenapa aku harus melakukannya? Bukan
Darius, Daisy, Delta, Dorothy, dan Drako masih berada di lokasi persembunyiaan. Mereka bersiap ketika jarak Caroline sudah dekat dengan mereka.Layla mengetahui keberadaan Darius dan yang lain dari pantulan di kaca. “Nona Caroline, Anda harus bersiap-siap. Mereka bersiap untuk menjaili Anda.”Caroline mendengkus kesal. “Dasar sial! Mereka tidak berhenti mengerjaiku.”Caroline berpura-pura tidak mengetahui keberadaan Darius dan yang lain. Ia berhenti sejenak, mengangkat gaun lebih tinggi, berjalan cepat.Darius, Daisy, dan Dorothy melemparkan ember berisi air kotor pada Caroline dalam waktu bersama. Mereka tersenyum dan berharap rencana mereka sukses. Akan tetapi, kenyataan justru jauh dari harapan mereka.Caroline berhasil menghindar dengan cara melompat ke belakang. Air jatuh hingga membasahi karpet. “Kalian harus berjuang lebih keras jika ingin mengerjaiku.”“Dasar brengsek! Bagaimana wanita gila itu melakukannya?” tanya Daisy dengan tatapan kesal. Ia melemparkan ember sekencang mun