“Ethan, Rebecca! Apa yang sedang kalian lakukan di kamarku?”
Caroline berada di rumah sakit selama seminggu karena mengalami kecelakaan. Akan tetapi, ketika memasuki kamarnya, ia justru mendapati kekasihnya dan saudari tirinya tengah berciuman di atas ranjang. Sebelum memergoki Ethan dan Rebecca, Caroline menampar pipinya berkali-kali untuk memastikan bahwa pria yang tengah bersama Rebecca bukanlah Ethan. Akan tetapi, suara, gestur, hingga wajah pria itu menunjukkan bahwa sosok pria bertelanjang dada itu benar-benar kekasih yang sudah dipacarinya selama dua tahun. Caroline mengamati Ethan dan Rebecca yang terus berciuman. Mereka berdua menikmati kegiatan itu seolah tidak melihat kehadirannya. Desahan dan erangan mereka membuatnya nyaris gila. “Hentikan! Apa yang kalian lakukan?” Caroline memekik kencang, berjalan ke arah ranjang. Tubuhnya bergetar hebat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia tidak pernah mengira jika kepulangannya akan disambut dengan adegan menjijikkan. Caroline masih merasakan sakit karena kecelakaan. Kepala dan tangannya bahkan masih terbungkus perban. Dokter mengatakan jika ia masih harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, ia merindukan ayahnya dan ingin bertemu dengan Ethan karena pria itu tidak menjenguknya selama ia di rumah sakit. Caroline mengira jika Ethan sangat sibuk dengan pekerjaannya di kantor dan sedang mempersiapkan kejuatan untuknya. Ia ingin mengejutkan Ethan, tetapi pria itu justru mengejutkannya dengan pemandangan yang sangat menjijikkan. Rasa sakit di hatinya jauh berkali-kali lipat dibanding luka karena kecelakaan. “Caroline.” Ethan terkejut, segera mendorong Rebecca menjauh darinya. Ia bergegas memakai baju, turun dari ranjang. “Caroline, aku bisa menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Aku dan Rebecca hanya sedang—” “Hanya sedang berselingkuh di kamarku dan menikmati kedekatan kalian?” Caroline menatap tajam Ethan, menahan amarah sekuat mungkin. “Caroline, tolong dengarkan penjelasanku dulu. Rebecca terus menggoda dan mendeketiku selama kau berada di rumah sakit. Aku tidak memiliki niatan untuk berselingkuh. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Kita bisa membicarakan hal ini secara dewasa.” Caroline tiba-tiba menamparkan Ethan dengan sangat keras. “Hentikan sandiwaramu, Ethan. Aku bukan wanita bodoh yang bisa kau bohongi seperti anak kecil. Aku melihatmu sejak kau bermesraan dengan Rebecca hingga kau dan dia berada di kamarku. Nyatanya gosip yang beredar itu benar. Kau dan Rebecca memang memiliki hubungan.” Caroline berusaha menahan tangis. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan pengkhianat seperti Ethan maupun wanita gila seperti Rebecca. Ia mencintai Ethan dan menganggap pria itu sebagai dunianya, tetapi peristiwa ini membuatnya membuka mata-mata lebar-lebar jika pria itu hanyalah pria brengsek yang tidak berguna. Caroline menatap tajam Rebecca, mengepalkan tangan erat-erat. Satu detik kemudian, tangannya melayang dan mendarat di pipi saudari tirinya itu. Rebecca memekik, menyentuh pipinya yang panas. “Dasar brengsek! Apa yang kau lakukan padaku, Caroline?” “Caroline, kendalikan dirimu. Kau menyakiti Rebecca.” Ethan menahan tangan Caroline, menarik wanita itu menjauh dari Rebecca.” Caroline menatap tajam Ethan, melepaskan tangannya dengan satu tarikan kencang. “Apa yang baru saja kau katakan? Aku menyakiti Rebecca? Apa aku tidak salah mendengar?” Rebecca memutar bola mata, mengelus pipinya yang masih kesakitan. “Dia dan ibunyalah yang sudah menyakitiku selama ini, Ethan. Mereka masuk ke kehidupanku dan ayahku, lalu menghancurkan hubunganku dengan ayahku. Dan sekarang, Rebecca dan kau sudah menyakitiku dengan berselingkuh di depan mataku sendiri.” Ethan menatap Caroline saksama. Ia memang merasa bersalah karena sudah mengkhianati wanita itu. Bagaimanapun juga Caroline adalah wanita yang sudah memberinya kesempatan untuk mengubah nasibnya yang hanya seorang petugas kebersihan menjadi seorang manager di perusahaan milik keluarganya. Caroline adalah wanita yang cantik dan baik. Apa yang ada pada wanita itu hanyalah kesempurnaan. Sayangnya, hal itu membuatnya tidak percaya diri untuk bersanding dengannya. Di saat yang sama, Rebecca hadir dan menawarkan sesuatu yang tidak pernah Caroline berikan padanya. “Sudahlah, Ethan.” Rebecca memeluk Ethan dari samping. “Kau tidak perlu menyesali tindakan kita, apalagi menyesal sudah menyakiti wanita gila itu. Bukankah kau sangat menyukai permainan kita selama setahun ini? Aku masih ingat saat kau mengatakan jika aku adalah wanita nakal yang membuatmu tergila-gila.” Caroline mengepalkan tangan erat-erat, menatap tajam Ethan. Hatinya sesak karena perang antara cinta dan kebencian. Ia mempercayai Ethan dan memberikan semua hal terbaik yang bisa ia berikan pada pria itu, tetapi Ethan justru memberikannya luka pengkhianatan. “Lihatlah wanita itu sekarang, Ethan. Caroline tidak memiliki apa pun.” Rebecca mengecup pipi Ethan. “Dia hanya wanita bodoh yang tidak berguna seperti mendiang ibunya. Dibandingkan dengannya, aku jauh lebih baik dari segi apa pun.” “Tutup mulutmu, Rebecca!” Caroline mencengkeram wajah Rebecca. “Jangan menyebut nama ibuku dengan mulut kotormu! Jika kau mengatakan satu kata lagi soal ibuku, aku akan merobek mulutmu hingga hancur!” Caroline menampar Rebecca hingga wanita itu terbaring di ranjang. “Kau!” Rebecca mendengkus kesal, menyeka darah di sudut bibirnya. “Rebecca.” Ethan segera menolong Rebecca. “Apa yang sudah kau lakukan pada kekasihku, wanita sialan?” Ethan menampar Caroline dengan sangat keras. Caroline seketika ambruk di lantai, tercengang hingga ia hanya mematung selama beberapa waktu, menatap Ethan dan Rebecca. Air matanya mendadak turun. Ethan tiba-tiba tersenyum, mengecup Rebecca. “Kau benar, Rebecca. Wanita gila itu tidak memiliki apa pun lagi sekarang. Dibandingkan dengannya, kau adalah wanita yang jauh lebih baik. Kau adalah wanita sempurna.” Caroline memejamkan mata erat-erat, berusaha untuk duduk. Dadanya sesak karena amarah yang sudah mencapai puncak. Caroline segera berdiri, menatap tajam Rebecca dan Ethan yang meneruskan tindakan gila mereka yang sempat terhenti. “Aku tidak menerima semua ini. Aku akan—” “Apa yang akan kau lakukan, Caroline?” Seorang wanita tiba-tiba menjambak wanita Caroline dengan kencang. Caroline menoleh ke belakang, segera menyikut perut ibu tirinya sekeras mungkin. Begitu tarikan di rambutnya terlepas, ia segera menampar Susan dengan kencang. “Jangan menyentuhku dengan tangan sialanmu!” Susan terdorong beberapa langkah hingga nyaris terjatuh, mengelus pipinya yang memerah. Ia mendadak tertawa terbahak-bahak. “Aku pikir aku bisa menghabisimu dalam kecelakaan beberapa hari lalu, Caroline. Nyatanya kau masih hidup dan menjijikan seperti biasanya. Aku terlalu meremehkanmu.” “Jadi, kau memang pelakunya? Aku pasti akan membalasmu, Susan.” Susan menepuk tangan beberapa kali. Dua pria bertampang seram tiba-tiba memasuki ruangan, mencengkeram tangan Caroline. “Lepaskan aku!” Caroline berontak sekuat tenaga. Susan mencengkeram wajah Caroline. “Aku kesal karena kau masih hidup, tapi setelah aku pikir-pikir aku masih bisa menggunakanmu untuk membayar hutangku pada seseorang.” “Apa maksudmu? Kau menjualku pada orang lain?” “Bawa wanita sialan ini dari hadapanku dan pastikan dia berada di rumah si rentenir tua itu secepatnya!” “Dasar wanita sialan!” Caroline kembali memberontak. “Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Lepaskan aku!” Susan mencengkeram wajah Caroline, menamparnya berkali-kali. Suara tamparan itu terdengar sangat nyaring. “Jika kau terus bertingkah, aku akan menghabisi ayahmu.” “Apa yang katakan? Berani sekali kau mengancamku dan berniat mencelakai ayahku!” “Jangan terus memancing amarahku Caroline. Aku serius dengan ucapanku. Jika aku bisa meracuni ayahmu selama ini, maka aku bisa menghabisinya. Caroline berontak. “Dasar wanita gila! Aku pasti akan membalas semua perbuatan kalian! Aku pasti— ” Caroline tiba-tiba tidak sadarkan diri ketika seorang pria memukul lehernya.Caroline terbangun dua jam kemudian. Wanita itu merasakan sekujur tubuhnya terasa sangat sakit. Ia melihat sebuah bangunan asing di depannya. “Di mana aku sekarang?” Caroline merasakan seseorang menghantam lehernya. Ia kembali tidak sadarkan diri. Keesokan harinya, Caroline terbangun di sebuah kamar mewah. Wanita itu terkejut ketika melihat pakaiannya sudah berganti. “Astaga, apa yang sudah terjadi padaku? Di mana aku sekarang?” Caroline melompat dari kasur, mengingat-ingat kejadian semalam. “Astaga, apa mungkin aku berada di rumah rentenir tua sialan itu? Susan benar-benar menjualku!” Caroline segera memeriksa tubuhnya. “Aku … baik-baik saja. Luka-lakuku juga sudah diobati. Siapa yang melakukannya?” Caroline keluar dari kamar, memaksakan diri berlari di koridor panjang, mengawasi sekeliling. “Astaga, ke mana orang-orang? Rumah ini sangat sepi.” Caroline berlari di lorong, berusaha mengingat kejadian semalam. Dadanya mendadak sesak ketika teringat dengan pengkhianatan Ethan dan
“Jangan menghalangiku!” Caroline mendengkus kesal. “Aku tidak akan menghalangimu. Kau harus tahu jika rumah ini berada di tengah hutan dan jauh dari perkotaan. Kau hanya akan menjadi mangsa hewan buas di laur sana. Masuklah dan aku akan menceritakan semuanya padamu.” Pria itu memasuki rumah. Caroline mengawasi keaadaan sekeliling. Ia memang melihat pepohonan hampir di sekeliling rumah. “Pria tampan itu … maksudku pria menyebalkan itu benar. Aku hanya akan menjadi mangsa hewan buas jika keluar dari rumah ini sekarang. Aku harus mendengarkan semua penjelasannya untuk memutuskan apa yang akan aku lakukan setelahnya.” Caroline memasuki rumah, mencari keberadaan pria itu. “Aku belum bertanya siapa nama pria tampan … maksudku pria menyebalkan itu. Kenapa lidahku menjadi bodoh?” Caroline mengawasi keadaan sekeliling. “Rumah ini … cukup bagus.” Caroline berhenti di dekat meja makan. Beragam hidang lezat tersaji di atas meja. Ia meneguk ludah, mendengar perutnya berbunyi. “Aku belum makan
Eric tersenyum, menepuk tangan sekali. “Baiklah, kita akan menandatangani surat perjanjian pernikahan kita sekarang.” “Astaga. Apa yang sebenarnya kau sudah rencanakan? Apa kau sudah menyiapkan semua ini sejak awal?” Caroline mengepalkan tangan erat-erat. Kepalanya seperti akan meledak sekarang. Kenapa kejadian menyedihkan terus terjadi padanya? Seorang pria berpakaian hitam mendekat ke arah meja. “Tuan, aku membawakan dokumen yang Anda minta.” Eric memberikan satu salinan dokumen pada Caroline. “Kau bisa membacanya sebelum kau menandatangani surat perjanjian ini.” Caroline mendengkus sebal, mengambil dokumen itu dengan raut jengkel. Matanya membulat lebar ketika membaca satu per satu butir perjanjian. “Aku harus menjadi istri si pria cacat itu selama tiga tahun?” gumamnya “Waktumu habis. Kau harus menandatangi surat perjanjian sekarang juga.” “Bagaimana jika aku menolaknya?” Caroline melemparkan dokumen pada Eric, menyilangkan kedua tangan di depan dada. “Kau memiliki pilihan u
Layla menoleh dengan ekspresi datarnya. “Percayalah pada Tuan Eric, Nona. Ayah Anda akan baik-baik saja.” “Tapi … Eric sama sekali tidak mengenal ayahku. Bagaimana dia bisa memastikan jika ayahku baik-baik saja?” tanya Caroline dengan wajah cemas. Susan bisa menghabisi ayahnya dengan mudah, terlebih tidak ada siapa pun yang melindunginya. “Tuan Eric meminta Susan Boldaner untuk tidak menyakiti Tuan Anthony. Jika Susan berani melakukannya, Tuan Eric akan melemparnya ke penjara.” “Benarkah?” Caroline tercenung selama beberapa waktu. “Anda tidak perlu mengkhawatirkan ayah Anda lagi. Aku memastikan Anda bisa bertemu dengan Ayah Anda dalam waktu dekat.” Caroline merasa sangat aneh dengan semua ini. Apa ia bisa mempercayai Eric? “Aku meminta bukti.” “Aku mengerti.” Layla menunjukkan sebuah video di mana Anthony tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan seorang dokter yang memeriksanya. “Apa ini cukup, Nona?” “Ya, itu cukup membantuku.” Mobil memasuki pusat kota Lovatown. Caroli
Caroline tanpa sadar mengikuti sepasang kekasih itu, memperhatikan sosok pria itu dengan lekat-lekat. Dari berebagai sisi, ia merasa bahwa pria itu adalah Ethan. “Pria itu memang Ethan.”Caroline mengepalkan tangan erat-erat. “Dasar pria sialan! Dia berselingkuh dengan Rebecca, dan sekarang dia berselingkuh dengan wanita lain.”Caroline mengembus napas panjang, tersenyum. “Aku memang seharusnya tidak bersama dengan pria menjijikkan sepertimu, Ethan.”“Ada apa, Nona?” tanya Layla seraya memperhatikan Ethan dan Luna. “Apa sepaasng kekasih itu menganggu Anda?”“Pria itu adalah mantan kekasihku. Dia berselingkuh dengan saudara tiriku, dan sekarang dia berselingkuh di belakang saudara tiriku” Caroline tersenyum saat mendapatkan sebuah rencana. “Layla, perintahkan bawahanmu untuk mengikuti mereka dan rekam semua kedekatan mereka.”“Aku mengerti, Nona.” Layla segera menghubungi bawahannya.Caroline meninggalkan restoran, berjalan-jalan untuk membeli beberapa barang. “Aku masih belum percaya
Semua perhatian seketika tertuju pada Luna. Wanita itu tersenyum, menatap sinis Caroline. Ia masih kesal karena Caroline sudah membuatnya terusir dari restoran. “Kenapa kau selalu membuat masalah denganku?” Luna memutar bola mata. “Apa maksudmu?” tanya Caroline dengan tatapan kesal. “Kaulah yang menyenggolku hingga semua pakaian itu berhamburan ke lantai.” “Kau menuduhku?” Luna mengibas rambut. “Kau benar-benar tidak tahu diri! Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Luna Pauland, member ekslusif di outlet ini. Astaga, bagaiamana bisa outlet ini meneriama orang sepertimu.” “Aku tidak peduli kau member ekslusif atau apa pun itu. Kau sudah menyenggolku, dan kau harus meminta maaf padaku,” ujar Caroline. Kasir keluar dari meja, membungkuk singkat pada Luna. “Tolong maafkan kejadian tidak mengenakkan ini, Nona Luna.” Kasir itu menatap sinis Caroline. “Ambil pakaian yang sudah kau jatuhkan sekarang juga. Jika tidak, kau akan harus mengganti pakaiannya dengan harga sepuluh kali
Semua orang terkejut ketika mendengar ucapan Caroline, terutama Ethan. Pria itu tahu jika Caroline berasal dari keluarga menengah, dan kekayaannya tidak akan cukup untuk membeli outlet ini, terlebih Rebecca dan Susan sudah mengalihkan perusahaan keluarga wanita itu pada mereka berdua.Luna dan hampir semua orang tiba-tiba menertawakan Caroline. Mereka tahu jika wanita itu hanya membual saja. Lihatlah bagaimana pakaian yang dikenakan Caroline sekarang. Memang tidak bisa dibilang murah, tetapi tidak cukup pantas digunakan untuk seseorang yang ingin membeli sebuah outlet ternama.“Aku pikir kau hanya sombong, tetapi kau juga seorang wanita bodoh!” Luna tertawa terbahak-bahak hingga memeluk perutnya. “Astaga, aku mendapatkan hiburan yang sangat luar biasa siang ini.”Ethan justru terdiam ketika mendengar ucapan Caroline. Ia tahu wanita itu dijual ke seorang rentenir tua. Akan tetapi, ia tidak tahu siapa pria tua itu dan seberapa kaya pria tua itu.Pikirannya justru bertanya-tanya sekaya ap
Caroline tersenyum lebar. “Hans, aku ingin kau memasukkan semua orang yang berada di tempat ini ke dalam daftar hitam orang-orang yang tidak boleh mengunjungi outletku. Tempelkan wajah mereka di website dan di depan outlet.”“Apa?” Ethan, Luna dan semua orang yang sudah menghina Caroline sontak terkejut.Caroline merasa sangat puas melihat wajah mereka, terutama Ethan dan Luna. “Selain itu, aku ingin mereka mengganti rugi sebanyak seratus ribu dolar karena sudah menghinaku. Jika mereka tidak mampu membayar, laporkan mereka pada polisi. Peraturan ini juga berlaku untuk para staff outlet ini.”Para staff seketika menunduk, saling menoleh satu sama lain.“Aku yakin ini adalah sebuah kesalahan. Wanita ini tidak mungkin membeli outlet ini. Outlet ini pasti berharga antara tujuh puluh juta sampai sembilan puluh juta dollar,” ujar Luna seraya menatap tajam.“Aku membeli outlet ini sebesar seratus juta dolar.” Caroline tersenyum, menoleh pada Hans. “Betul begitu, Hans?”“Betul, Nona.” Hans mem