Share

04 - Perjanjian

Eric tersenyum, menepuk tangan sekali. “Baiklah, kita akan menandatangani surat perjanjian pernikahan kita sekarang.”

“Astaga. Apa yang sebenarnya kau sudah rencanakan? Apa kau sudah menyiapkan semua ini sejak awal?” Caroline mengepalkan tangan erat-erat. Kepalanya seperti akan meledak sekarang. Kenapa kejadian menyedihkan terus terjadi padanya?

Seorang pria berpakaian hitam mendekat ke arah meja. “Tuan, aku membawakan dokumen yang Anda minta.”

Eric memberikan satu salinan dokumen pada Caroline. “Kau bisa membacanya sebelum kau menandatangani surat perjanjian ini.”

Caroline mendengkus sebal, mengambil dokumen itu dengan raut jengkel. Matanya membulat lebar ketika membaca satu per satu butir perjanjian. “Aku harus menjadi istri si pria cacat itu selama tiga tahun?” gumamnya

“Waktumu habis. Kau harus menandatangi surat perjanjian sekarang juga.”

“Bagaimana jika aku menolaknya?” Caroline melemparkan dokumen pada Eric, menyilangkan kedua tangan di depan dada.

“Kau memiliki pilihan untuk tinggal di penjara, menjadi bawahanku seumur hidupmu tanpa gaji sepeser pun, atau …. ”

“Dasar menyebalkan!” Caroline lagi-lagi menggebrak meja, meringis kesakitan. “Cepat berikan aku dokumennya. Aku tidak ingin melihat wajahmu lebih lama lagi.”

“Leon, berikan wanita itu surat perjanjian yang asli.”

“Baik, Tuan.” Leon memberikan sebuah dokumen pada Caroline.

Caroline mengembus napas panjang, menandatangani surat dengan perasaan tidak menentu. “Aku pasti sudah gila sekarang.”

“Baiklah, kau boleh kembali ke kamarmu untuk beristirahat.”

Caroline segera berdiri dari kursi, pergi ke arah teras. Akan tetapi, ia kembali mendekat pada Eric dengan wajah kesal. “Di mana kamarku?”

Eric tertawa, dan hal itu membuat Caroline tersipu malu.

“Jangan tertawa. Suaramu sangat jelek sehingga membuatku takut.”

“Leon, antarkan wanita itu ke kamarnya.” Eric memundurkan kursi roda, meninggalkan meja makan. Ia menghilang ketika melewati lorong.

Caroline memutar bola mata. “Dasar pria menyebalkan!”

“Ikuti aku, Nona.” Leon berjalan di depan Caroline.

Tidak ada pembicaraan antara Caroline dengan Leon selama perjalanan.

Caroline mengamati dekorasi, dan menyadari jika rumah ini termasuk salah satu rumah megah. “Siapa sebenarnya pria cacat itu, dan kenapa dia mengasingkan diri di rumah ini?”

Caroline segera melemparkan tubuhnya ke kasur begitu tiba di kamar. Ia berteriak sekeras mungkin di tumpukan bantal besar. “Astaga, apa yang ada dalam pikiranmu, Caroline? Bagaimana mungkin kau setuju untuk menjadi istri pria cacat itu?”

 “Pria itu … maksudku Eric adalah pria asing yang baru kau temui, dan kau belum tahu apakah dia bisa membantumu membalas dendam pada ketiga manusia sialan itu atau tidak.”

Caroline duduk di ranjang, mengingat-ingat saat ia menandatangani surat perjanjian dengan Eric. “Eric pasti sudah gila, dan aku lebih gila darinya.”

Caroline mendekat pada jendela, mengamati halaman. “Astaga, Eric benar-benar membuatku kesal. Hanya dengan menatap matanya saja aku menjadi gila dan kehilangan akal sehingga setuju dengan ajakannya.”

Caroline melihat Eric tengah berbincang dengan Leon di halaman depan. “Siapa Eric sebenarnya? Kenapa dia tinggal di rumah yang berada di tengah hutan? Apa dia cacat sejak lahir? Bagaimana kehidupannya sebelum bertemu denganku? Aku benar-benar kesal karena wajahnya tidak hilang dari pikiranku.”

Caroline berbaring di ranjang dan terlelap setelahnya. Ia terbangun ketika siang hari. “Astaga, aku tertidur hingga empat jam.”

Caroline memeriksa tubuhnya. “Eric tidak melakukan apa pun padaku.”

Caroline keluar dari kamar, berjalan-jalan di sekitar rumah. “Rumah ini sangat besar untuk ditinggali oleh beberapa orang saja. Di mana Eric sekarang?”

“Aku sangat mengkhawatir keadaan ayah sekarang. Susan bisa saja menyakiti ayah. Aku harus menemukan Eric untuk membicarakan kondisi ayah. Dia mengatakan bahwa aku boleh meminta apa pun padanya. Aku tidak terlalu mempercayainya, tapi aku harus mencoba berbicara dengannya.”

“Nona Caroline,” panggil seorang wanita yang berdiri di belakang Caroline.

Caroline sontak berbalik, mundur selangkah. “Siapa kau, dan kenapa kau tahu namaku?”

“Aku Layla.” Wanita tinggi berbaju hitam membungkuk sesaat. “Aku adalah orang yang ditugaskan Tuan Eric sebagai asisten Anda.”

“Asistenku?” Caroline terdiam karena terkejut dan kebingungan.

“Aku datang bersama seorang dokter yang akan memeriksa kondisi Anda. Jika kondisi Anda sudah membaik, aku akan menemani Anda untuk membeli pakaian dan kebutuhan Anda di pusat kota.”

Caroline melihat seorang wanita berjas putih di belakang Layla. “Di mana Eric? Aku … aku ingin berbicara dengannya sekarang.”

“Tuan Eric sedang sibuk sekarang.”

“Astaga, apa yang terjadi? Eric tidak membicarakan soal Layla padaku sebelumnya. Dia bersikap semaunya. Benar-benar menyebalkan!” gumam Caroline.

Caroline duduk di sofa. Wanita itu tidak mengatakan apa pun selama dokter memeriksanya. Ia mulai bertanya-tanya di mana Eric dan apa yang sedang pria itu lakukan.

“Nona Caroline, apa Anda ingin pergi ke pusat perbelanjaan sekarang?” tanya Layla.

“Kau bisa memanggilku Caroline. Aku rasa kita sebaya.” Caroline mengawasi keadaan sekeliling, berharap Eric tiba-tiba muncul.

“Aku tidak bisa melakukannya karena Anda adalah istri Tuan Eric sekarang.”

Caroline tiba-tiba terbatuk, menyentuh dadanya, mengamati penampilannya. Ia amat terganggu dengan status istri sekarang. “Aku memang membutuhkan beberapa pakaian dan kebutuhan lainnya. Aku bahkan tidak tahu pakaian siapa yang aku kenakan sekarang.”

“Anda memakai bajuku.”

“Benarkah?” Caroline mengamati pakaiannya. “Aku akan mencuci bajumu nanti.”

“Anda tidak perlu melakukannya. Semua kebutuhan Anda sudah disediakan oleh Tuan Eric. Anda hanya perlu mengatakan keinginan Anda padaku.”

Caroline menoleh ke sekeliling sesaat. Ia merasa aneh dengan semua ini. Eric memperlakukannya seperti istri sungguhan. Apa jangan-jangan ia harus melayani Eric juga di ranjang nanti malam?

“Astaga.” Caroline tiba-tiba menjerit, merasakan wajahnya memanas. “Apa yang kau pikirkan, Caroline?”

“Anda baik-baik saja, Nona?”

 “Jangan terpengaruh, apalagi sampai kau percaya pada pria itu, Caroline. Semua pria adalah makhluk brengsek.” Caroline menggeleng beberapa kali.

“Nona Caroline.” Layla bersiap menghubungi dokter. “Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan kembali.”

“Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu melakukannya.”

“Kita bisa berangkat kapan pun, Nona.”

Caroline berjalan menuju halaman, mencari kebeadaan Eric. Sayangnya, ia tidak bertemu dengan pria itu bahkan ketika mobil meninggalkan rumah.

Caroline mengamati rumah yang semakin mengecil. Ia menoleh pada Layla sesaat, meremas rok. “Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu, Layla?”

“Aku akan berusaha menjawab pertanyaan Anda.”

“Sejak kapan kau bekerja dengan Eric?”

“Aku sudah bekerja sejak Tuan Eric masih kecil.”

Caroline menoleh ke samping jalan yang dipenuhi oleh pepohonan. “Siapa Eric sebenarnya? Dia … tampak aneh dan mencurigakan.”

“Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Tuan Eric akan menjelaskan siapa dirinya pada Anda jika waktunya tiba.”

“Aku tidak yakin aku dan Eric akan terus bersama,” gumam Caroline.

“Aku … terkejut ketika Eric tiba-tiba memintaku menjadi istri pura-puranya, padahal kami baru bertemu beberapa menit dan belum saling mengenal.”

“Aku pastikan Anda tidak akan menyesal menjadi istri Tuan Eric.”

Caroline menatap Layla lekat-lekat, mengembus napas panjang. Pengalaman pahitnya semalam membuatnya berpikir ribuan kali untuk dekat dengan seorang pria.

“Nona Caroline, Tuan Eric memberikan kartu ini untuk Anda. Anda bisa menggunakan kartu ini untuk kebutuhan Anda.” Caroline memberikan sebuah kartu.

“Kartu apa ini?” Caroline mengamati kartu hitam bercorak emas di tangannya. “Aku tidak pernah melihat kartu ini sebelumnya.”

“Anda akan tahu ketika Anda menggunakannya.”

Caroline berusaha mencari tahu jawabannya, tetapi kepalanya mendadak sakit. “Layla, aku ingin bertemu dengan Eric untuk membicarakan soal ayahku. Ayahku berada di rumah, dan aku takut seseorang menyakitinya. Bisakah kau menghubungi Eric untukku?”

“Anda tidak perlu mengkhawatirkan kondisi ayah Anda, Nona. Tuan Eric sudah mengurusnya. Anda akan bertemu dengan ayah Anda sesegera mungkin.”

“Apa maksudmu? Bagaimana Eric tahu kondisi ayahku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status