Eric tersenyum, menepuk tangan sekali. “Baiklah, kita akan menandatangani surat perjanjian pernikahan kita sekarang.”
“Astaga. Apa yang sebenarnya kau sudah rencanakan? Apa kau sudah menyiapkan semua ini sejak awal?” Caroline mengepalkan tangan erat-erat. Kepalanya seperti akan meledak sekarang. Kenapa kejadian menyedihkan terus terjadi padanya?
Seorang pria berpakaian hitam mendekat ke arah meja. “Tuan, aku membawakan dokumen yang Anda minta.”
Eric memberikan satu salinan dokumen pada Caroline. “Kau bisa membacanya sebelum kau menandatangani surat perjanjian ini.”
Caroline mendengkus sebal, mengambil dokumen itu dengan raut jengkel. Matanya membulat lebar ketika membaca satu per satu butir perjanjian. “Aku harus menjadi istri si pria cacat itu selama tiga tahun?” gumamnya
“Waktumu habis. Kau harus menandatangi surat perjanjian sekarang juga.”
“Bagaimana jika aku menolaknya?” Caroline melemparkan dokumen pada Eric, menyilangkan kedua tangan di depan dada.
“Kau memiliki pilihan untuk tinggal di penjara, menjadi bawahanku seumur hidupmu tanpa gaji sepeser pun, atau …. ”
“Dasar menyebalkan!” Caroline lagi-lagi menggebrak meja, meringis kesakitan. “Cepat berikan aku dokumennya. Aku tidak ingin melihat wajahmu lebih lama lagi.”
“Leon, berikan wanita itu surat perjanjian yang asli.”
“Baik, Tuan.” Leon memberikan sebuah dokumen pada Caroline.
Caroline mengembus napas panjang, menandatangani surat dengan perasaan tidak menentu. “Aku pasti sudah gila sekarang.”
“Baiklah, kau boleh kembali ke kamarmu untuk beristirahat.”
Caroline segera berdiri dari kursi, pergi ke arah teras. Akan tetapi, ia kembali mendekat pada Eric dengan wajah kesal. “Di mana kamarku?”
Eric tertawa, dan hal itu membuat Caroline tersipu malu.
“Jangan tertawa. Suaramu sangat jelek sehingga membuatku takut.”
“Leon, antarkan wanita itu ke kamarnya.” Eric memundurkan kursi roda, meninggalkan meja makan. Ia menghilang ketika melewati lorong.
Caroline memutar bola mata. “Dasar pria menyebalkan!”
“Ikuti aku, Nona.” Leon berjalan di depan Caroline.
Tidak ada pembicaraan antara Caroline dengan Leon selama perjalanan.
Caroline mengamati dekorasi, dan menyadari jika rumah ini termasuk salah satu rumah megah. “Siapa sebenarnya pria cacat itu, dan kenapa dia mengasingkan diri di rumah ini?”
Caroline segera melemparkan tubuhnya ke kasur begitu tiba di kamar. Ia berteriak sekeras mungkin di tumpukan bantal besar. “Astaga, apa yang ada dalam pikiranmu, Caroline? Bagaimana mungkin kau setuju untuk menjadi istri pria cacat itu?”
“Pria itu … maksudku Eric adalah pria asing yang baru kau temui, dan kau belum tahu apakah dia bisa membantumu membalas dendam pada ketiga manusia sialan itu atau tidak.”
Caroline duduk di ranjang, mengingat-ingat saat ia menandatangani surat perjanjian dengan Eric. “Eric pasti sudah gila, dan aku lebih gila darinya.”
Caroline mendekat pada jendela, mengamati halaman. “Astaga, Eric benar-benar membuatku kesal. Hanya dengan menatap matanya saja aku menjadi gila dan kehilangan akal sehingga setuju dengan ajakannya.”
Caroline melihat Eric tengah berbincang dengan Leon di halaman depan. “Siapa Eric sebenarnya? Kenapa dia tinggal di rumah yang berada di tengah hutan? Apa dia cacat sejak lahir? Bagaimana kehidupannya sebelum bertemu denganku? Aku benar-benar kesal karena wajahnya tidak hilang dari pikiranku.”
Caroline berbaring di ranjang dan terlelap setelahnya. Ia terbangun ketika siang hari. “Astaga, aku tertidur hingga empat jam.”
Caroline memeriksa tubuhnya. “Eric tidak melakukan apa pun padaku.”
Caroline keluar dari kamar, berjalan-jalan di sekitar rumah. “Rumah ini sangat besar untuk ditinggali oleh beberapa orang saja. Di mana Eric sekarang?”
“Aku sangat mengkhawatir keadaan ayah sekarang. Susan bisa saja menyakiti ayah. Aku harus menemukan Eric untuk membicarakan kondisi ayah. Dia mengatakan bahwa aku boleh meminta apa pun padanya. Aku tidak terlalu mempercayainya, tapi aku harus mencoba berbicara dengannya.”
“Nona Caroline,” panggil seorang wanita yang berdiri di belakang Caroline.
Caroline sontak berbalik, mundur selangkah. “Siapa kau, dan kenapa kau tahu namaku?”
“Aku Layla.” Wanita tinggi berbaju hitam membungkuk sesaat. “Aku adalah orang yang ditugaskan Tuan Eric sebagai asisten Anda.”
“Asistenku?” Caroline terdiam karena terkejut dan kebingungan.
“Aku datang bersama seorang dokter yang akan memeriksa kondisi Anda. Jika kondisi Anda sudah membaik, aku akan menemani Anda untuk membeli pakaian dan kebutuhan Anda di pusat kota.”
Caroline melihat seorang wanita berjas putih di belakang Layla. “Di mana Eric? Aku … aku ingin berbicara dengannya sekarang.”
“Tuan Eric sedang sibuk sekarang.”
“Astaga, apa yang terjadi? Eric tidak membicarakan soal Layla padaku sebelumnya. Dia bersikap semaunya. Benar-benar menyebalkan!” gumam Caroline.
Caroline duduk di sofa. Wanita itu tidak mengatakan apa pun selama dokter memeriksanya. Ia mulai bertanya-tanya di mana Eric dan apa yang sedang pria itu lakukan.
“Nona Caroline, apa Anda ingin pergi ke pusat perbelanjaan sekarang?” tanya Layla.
“Kau bisa memanggilku Caroline. Aku rasa kita sebaya.” Caroline mengawasi keadaan sekeliling, berharap Eric tiba-tiba muncul.
“Aku tidak bisa melakukannya karena Anda adalah istri Tuan Eric sekarang.”
Caroline tiba-tiba terbatuk, menyentuh dadanya, mengamati penampilannya. Ia amat terganggu dengan status istri sekarang. “Aku memang membutuhkan beberapa pakaian dan kebutuhan lainnya. Aku bahkan tidak tahu pakaian siapa yang aku kenakan sekarang.”
“Anda memakai bajuku.”
“Benarkah?” Caroline mengamati pakaiannya. “Aku akan mencuci bajumu nanti.”
“Anda tidak perlu melakukannya. Semua kebutuhan Anda sudah disediakan oleh Tuan Eric. Anda hanya perlu mengatakan keinginan Anda padaku.”
Caroline menoleh ke sekeliling sesaat. Ia merasa aneh dengan semua ini. Eric memperlakukannya seperti istri sungguhan. Apa jangan-jangan ia harus melayani Eric juga di ranjang nanti malam?
“Astaga.” Caroline tiba-tiba menjerit, merasakan wajahnya memanas. “Apa yang kau pikirkan, Caroline?”
“Anda baik-baik saja, Nona?”
“Jangan terpengaruh, apalagi sampai kau percaya pada pria itu, Caroline. Semua pria adalah makhluk brengsek.” Caroline menggeleng beberapa kali.
“Nona Caroline.” Layla bersiap menghubungi dokter. “Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan kembali.”
“Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu melakukannya.”
“Kita bisa berangkat kapan pun, Nona.”
Caroline berjalan menuju halaman, mencari kebeadaan Eric. Sayangnya, ia tidak bertemu dengan pria itu bahkan ketika mobil meninggalkan rumah.
Caroline mengamati rumah yang semakin mengecil. Ia menoleh pada Layla sesaat, meremas rok. “Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu, Layla?”
“Aku akan berusaha menjawab pertanyaan Anda.”
“Sejak kapan kau bekerja dengan Eric?”
“Aku sudah bekerja sejak Tuan Eric masih kecil.”
Caroline menoleh ke samping jalan yang dipenuhi oleh pepohonan. “Siapa Eric sebenarnya? Dia … tampak aneh dan mencurigakan.”
“Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Tuan Eric akan menjelaskan siapa dirinya pada Anda jika waktunya tiba.”
“Aku tidak yakin aku dan Eric akan terus bersama,” gumam Caroline.
“Aku … terkejut ketika Eric tiba-tiba memintaku menjadi istri pura-puranya, padahal kami baru bertemu beberapa menit dan belum saling mengenal.”
“Aku pastikan Anda tidak akan menyesal menjadi istri Tuan Eric.”
Caroline menatap Layla lekat-lekat, mengembus napas panjang. Pengalaman pahitnya semalam membuatnya berpikir ribuan kali untuk dekat dengan seorang pria.
“Nona Caroline, Tuan Eric memberikan kartu ini untuk Anda. Anda bisa menggunakan kartu ini untuk kebutuhan Anda.” Caroline memberikan sebuah kartu.
“Kartu apa ini?” Caroline mengamati kartu hitam bercorak emas di tangannya. “Aku tidak pernah melihat kartu ini sebelumnya.”
“Anda akan tahu ketika Anda menggunakannya.”
Caroline berusaha mencari tahu jawabannya, tetapi kepalanya mendadak sakit. “Layla, aku ingin bertemu dengan Eric untuk membicarakan soal ayahku. Ayahku berada di rumah, dan aku takut seseorang menyakitinya. Bisakah kau menghubungi Eric untukku?”
“Anda tidak perlu mengkhawatirkan kondisi ayah Anda, Nona. Tuan Eric sudah mengurusnya. Anda akan bertemu dengan ayah Anda sesegera mungkin.”
“Apa maksudmu? Bagaimana Eric tahu kondisi ayahku?”
Layla menoleh dengan ekspresi datarnya. “Percayalah pada Tuan Eric, Nona. Ayah Anda akan baik-baik saja.” “Tapi … Eric sama sekali tidak mengenal ayahku. Bagaimana dia bisa memastikan jika ayahku baik-baik saja?” tanya Caroline dengan wajah cemas. Susan bisa menghabisi ayahnya dengan mudah, terlebih tidak ada siapa pun yang melindunginya. “Tuan Eric meminta Susan Boldaner untuk tidak menyakiti Tuan Anthony. Jika Susan berani melakukannya, Tuan Eric akan melemparnya ke penjara.” “Benarkah?” Caroline tercenung selama beberapa waktu. “Anda tidak perlu mengkhawatirkan ayah Anda lagi. Aku memastikan Anda bisa bertemu dengan Ayah Anda dalam waktu dekat.” Caroline merasa sangat aneh dengan semua ini. Apa ia bisa mempercayai Eric? “Aku meminta bukti.” “Aku mengerti.” Layla menunjukkan sebuah video di mana Anthony tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan seorang dokter yang memeriksanya. “Apa ini cukup, Nona?” “Ya, itu cukup membantuku.” Mobil memasuki pusat kota Lovatown. Caroli
Caroline tanpa sadar mengikuti sepasang kekasih itu, memperhatikan sosok pria itu dengan lekat-lekat. Dari berebagai sisi, ia merasa bahwa pria itu adalah Ethan. “Pria itu memang Ethan.”Caroline mengepalkan tangan erat-erat. “Dasar pria sialan! Dia berselingkuh dengan Rebecca, dan sekarang dia berselingkuh dengan wanita lain.”Caroline mengembus napas panjang, tersenyum. “Aku memang seharusnya tidak bersama dengan pria menjijikkan sepertimu, Ethan.”“Ada apa, Nona?” tanya Layla seraya memperhatikan Ethan dan Luna. “Apa sepaasng kekasih itu menganggu Anda?”“Pria itu adalah mantan kekasihku. Dia berselingkuh dengan saudara tiriku, dan sekarang dia berselingkuh di belakang saudara tiriku” Caroline tersenyum saat mendapatkan sebuah rencana. “Layla, perintahkan bawahanmu untuk mengikuti mereka dan rekam semua kedekatan mereka.”“Aku mengerti, Nona.” Layla segera menghubungi bawahannya.Caroline meninggalkan restoran, berjalan-jalan untuk membeli beberapa barang. “Aku masih belum percaya
Semua perhatian seketika tertuju pada Luna. Wanita itu tersenyum, menatap sinis Caroline. Ia masih kesal karena Caroline sudah membuatnya terusir dari restoran. “Kenapa kau selalu membuat masalah denganku?” Luna memutar bola mata. “Apa maksudmu?” tanya Caroline dengan tatapan kesal. “Kaulah yang menyenggolku hingga semua pakaian itu berhamburan ke lantai.” “Kau menuduhku?” Luna mengibas rambut. “Kau benar-benar tidak tahu diri! Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Luna Pauland, member ekslusif di outlet ini. Astaga, bagaiamana bisa outlet ini meneriama orang sepertimu.” “Aku tidak peduli kau member ekslusif atau apa pun itu. Kau sudah menyenggolku, dan kau harus meminta maaf padaku,” ujar Caroline. Kasir keluar dari meja, membungkuk singkat pada Luna. “Tolong maafkan kejadian tidak mengenakkan ini, Nona Luna.” Kasir itu menatap sinis Caroline. “Ambil pakaian yang sudah kau jatuhkan sekarang juga. Jika tidak, kau akan harus mengganti pakaiannya dengan harga sepuluh kali
Semua orang terkejut ketika mendengar ucapan Caroline, terutama Ethan. Pria itu tahu jika Caroline berasal dari keluarga menengah, dan kekayaannya tidak akan cukup untuk membeli outlet ini, terlebih Rebecca dan Susan sudah mengalihkan perusahaan keluarga wanita itu pada mereka berdua.Luna dan hampir semua orang tiba-tiba menertawakan Caroline. Mereka tahu jika wanita itu hanya membual saja. Lihatlah bagaimana pakaian yang dikenakan Caroline sekarang. Memang tidak bisa dibilang murah, tetapi tidak cukup pantas digunakan untuk seseorang yang ingin membeli sebuah outlet ternama.“Aku pikir kau hanya sombong, tetapi kau juga seorang wanita bodoh!” Luna tertawa terbahak-bahak hingga memeluk perutnya. “Astaga, aku mendapatkan hiburan yang sangat luar biasa siang ini.”Ethan justru terdiam ketika mendengar ucapan Caroline. Ia tahu wanita itu dijual ke seorang rentenir tua. Akan tetapi, ia tidak tahu siapa pria tua itu dan seberapa kaya pria tua itu.Pikirannya justru bertanya-tanya sekaya ap
Caroline tersenyum lebar. “Hans, aku ingin kau memasukkan semua orang yang berada di tempat ini ke dalam daftar hitam orang-orang yang tidak boleh mengunjungi outletku. Tempelkan wajah mereka di website dan di depan outlet.”“Apa?” Ethan, Luna dan semua orang yang sudah menghina Caroline sontak terkejut.Caroline merasa sangat puas melihat wajah mereka, terutama Ethan dan Luna. “Selain itu, aku ingin mereka mengganti rugi sebanyak seratus ribu dolar karena sudah menghinaku. Jika mereka tidak mampu membayar, laporkan mereka pada polisi. Peraturan ini juga berlaku untuk para staff outlet ini.”Para staff seketika menunduk, saling menoleh satu sama lain.“Aku yakin ini adalah sebuah kesalahan. Wanita ini tidak mungkin membeli outlet ini. Outlet ini pasti berharga antara tujuh puluh juta sampai sembilan puluh juta dollar,” ujar Luna seraya menatap tajam.“Aku membeli outlet ini sebesar seratus juta dolar.” Caroline tersenyum, menoleh pada Hans. “Betul begitu, Hans?”“Betul, Nona.” Hans mem
“Kalian sudah membuang-buang waktuku yang berharga. Aku akan menghitung sampai sepuluh. Jika wanita itu dan kekasihnya tidak segera meminta maaf, aku akan melaporkan kalian semua pada polisi sekaligus meminta ganti rugi pada kalian,” ujar Caroline.“Nona, tolong maafkan kami!”“Nona, aku mohon!”“Nona, jangan laporkan kami!”Luna masih sesegukan, menatap kesal Caroline. Ia menarik-narik tangan Ethan, tetapi pria itu hanya terdiam tanpa bisa melakukan apa pun.“Cepatlah minta maaf sebelum aku memaksamu!”“Minta maaflah pada nona itu sekarang!”“Minta maaflah sekarang!”Para pengunjung terus mendesak Ethan dan Luna. Suasana outlet menjadi sangat ramai dengan teriakan dan tangisan. Para polisi mendekat, dan hal itu membuat para pengunjung semakin geram pada Luna dan Ethan.Ethan mengembus napas panjang. “Luna, sebaiknya kita meminta maaf pada wanita itu. Kita akan mendapat masalah semakin besar jika kita tidak melakukannya. Para pengunjung juga semakin marah pada kita.”Luna menyeka tang
“Tuan Eric mengatakan jika aku harus menjaga sekaligus mematuhi semua keinginan Anda. Outlet itu hanya sebuah barang kecil untuk Tuan Eric,” ujar Layla.“Apa kau serius?” Caroline memastikan. Ia merasa menyesal karena menghamburkan uang milik pria itu. Masalahnya, ia tidak tahu bagaimana harus mengganti uang tersebut.“Anda adalah istri Tuan Eric sekarang. Tuan Eric tentu tidak akan keberatan mengeluarkan uang selama Anda bahagia.”Caroline sontak terbatuk beberapa kali. “Astaga.”“Anda baik-baik saja, Nona. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa Anda.”“Aku baik-baik saja. Aku … aku hanya butuh beristirahat sekarang.”Caroline kembali tertidur hingga mobil tiba di rumah. Ia bergegas keluar dan seketika terdiam ketika melihat Eric dan Leon berada di teras.“Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang? Eric menungguku di teras. Apa dia marah karena aku menghabiskan uangnya?” Caroline mengembus napas panjang. “Sampai saat ini aku belum tahu apa tujuan dari Eric sebenarnya. Dia mungki
Ethan berbaring di ranjang. Ketika memejamkan mata, ia teringat dengan peristiwa di outlet tadi. Caroline tampil sebagai wanita sombong, dan ia justru menjadi pria rendahan. Dadanya sesak dengan amarah. Wanita yang sudah dibuangnya berubah menjadi wanita yang sangat menyebalkan.“Ethan.” Rebecca menampar pelan pipi Ethan.“Ah, aku hanya teringat dengan kecelakaan yang menimpaku tadi. Itu peristiwa yang singkat, tetapi membuatku cukup kesulitan.”Rebecca mengambil segelar air, menyimpan di atas nakas. “Aku akan menemanimu malam ini untuk merawatmu. Aku tidak ingin kau mengalami hari yang semakin buruk.”“Terima kasih, Rebecca.” Ethan mengembus napas panjang.“Sejujurnya, aku tidak terlalu kenal dengan rentenir tua itu. Ibuku hanya mengatakan soal dia yang memiliki utang yang banyak pada seorang pria tua. Ibuku sangat terkejut ketika rentenir tua itu memintaku menjadi pasangannya, tetapi aku menyarankan agar Caroline menjadi pasangannya.” Rebecca tertawa. “Si rentenir tua itu langsung se