Ethan berbaring di ranjang. Ketika memejamkan mata, ia teringat dengan peristiwa di outlet tadi. Caroline tampil sebagai wanita sombong, dan ia justru menjadi pria rendahan. Dadanya sesak dengan amarah. Wanita yang sudah dibuangnya berubah menjadi wanita yang sangat menyebalkan.“Ethan.” Rebecca menampar pelan pipi Ethan.“Ah, aku hanya teringat dengan kecelakaan yang menimpaku tadi. Itu peristiwa yang singkat, tetapi membuatku cukup kesulitan.”Rebecca mengambil segelar air, menyimpan di atas nakas. “Aku akan menemanimu malam ini untuk merawatmu. Aku tidak ingin kau mengalami hari yang semakin buruk.”“Terima kasih, Rebecca.” Ethan mengembus napas panjang.“Sejujurnya, aku tidak terlalu kenal dengan rentenir tua itu. Ibuku hanya mengatakan soal dia yang memiliki utang yang banyak pada seorang pria tua. Ibuku sangat terkejut ketika rentenir tua itu memintaku menjadi pasangannya, tetapi aku menyarankan agar Caroline menjadi pasangannya.” Rebecca tertawa. “Si rentenir tua itu langsung se
“Apa yang kau lakukan, Eric?” ketus Caroline seraya menjauh dari Eric.“Aku tidak melakukan apa pun. Kau terus mengamatiku sejak tadi, dan sekarang kau tiba-tiba memelukku dengan sangat erat,” ujar Eric tenang.“A-apa maksudmu?” Caroline menoleh ke arah lain, terkejut ketika melihat wajahnya sangat merah. “Ja-jangan mengada-ada. Aku tidak memperhatikanmu. Aku juga tidak memelukmu. A-aku hanya terkejut.”“Kau bisa memeluk kursi di depanmu jika kau mau.”Caroline memutar bola mata. “Aku tidak ingin berbicara denganmu.”“Baiklah.”Caroline melirik Eric, terdiam cukup lama. “Eric benar-benar tidak mau berbicara denganku. Dasar pria menyebalkan.”Perjalanan diisi oleh kehilangan nyaris sepanjang jalan. Caroline beberapa kali melirik Eric, berdeham cukup sering. Akan tetapi, Eric tetap tidak mau bicara.Caroline memunggungi Eric, dan sialnya ia justru melihat wajah pria itu di jendela mobil. “Eric sangat … jelek.”Caroline memutar bola mata dan tak lama setelahnya tertidur.“Nona Caroline,
Rebecca bergegas keluar dari outlet, terdiam dalam keterkejutan. “Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mungkin Caroline bisa membeli outlet ini?”Rebecca menoleh ke arah Outlet sekilas. “Outlet ini berada di MyLux Mall, sebuah pusat perbelanjaan kelas atas. Harga sebuah outlet pastilah sangat mahal.”Rebecca bergegas meninggalkan MyLux Mall, melajukan mobil menuju rumah. “Perkataan Ethan ternyata benar. Tapi, siapa yang berselisih dengan Caroline kemarin?”“Tunggu. Kenapa Ethan pergi ke MyLux Mall?” Rebecca tercenung agak lama. Kepalanya mendadak terasa sangat pening.Rebecca memacu mobil lebih cepat. “Sial, aku semakin penasaran dengan rentenir tua itu. Jika dia mampu membeli sebuah outlet di MyLux Mall, maka dia adalah pria yang sangat kaya. Aku harus tahu siapa dia sebenarnya?”Rebecca menerima panggilan dari Susan. “Aku sedang berada dalam perjalanan pulang ke rumah. Ya, aku memang ingin bertanya soal rentenir tua itu padamu.”Sementara itu, Caroline tengah duduk di samping ranj
“Aku baru saja pergi ke MyLux Mall yang berada di Lovatown. Aku memasuki sebuah outlet mewah yang ternyata adalah milik Caroline,” ujar Rebecca.“Apa?” Susan sontak terkejut. “Itu tidak mungkin, Rebecca. MyLux adalah salah satu pusat perbelanjaan mewah. Harga satu outletnya pasti sangatlah mahal.”“Awalnya, aku juga berpikir demikian, Bu. Akan tetapi, setelah aku bertanya pada salah satu staff dan melihat foto Caroline, aku baru mulai mempercayai hal itu.”“Da-dari mana kau mendapatkan informasi mengenai hal itu, Rebecca?” Susan kembali teringat dengan pakaian dan aksesoris yang Caroline kenakan ketika di rumah sakit.“Ethan mengatakan bahwa dia melihat Caroline sedang bersitegang dengan seorang wanita di sebuah outlet, dan untuk membungkam wanita itu Caroline membeli outlet itu. Aku sejujurnya belum sepenuhnya mempercayai hal itu sampai saat ini, tetapi itulah yang terjadi.”Rebecca mengembus napas panjang. “Aku sangat yakin jika rentenir tua itulah yang sudah membelikan Caroline sebu
Caroline merasa bersalah pada Eric atas sikapnya yang cukup kasar. Eric memberikan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan lagi selama bertahun-tahun lamanya. Akan tetapi, hal yang paling penting adalah pria itu mau melindungi dan menjaga ayahnya.Caroline merasa canggung setiap kali melihat dan bersama Eric. Selain karena ketampanan pria itu, ia masih terbelenggu dengan traumanya setelah mendapatkan pengkhianatan dari Ethan.Caroline takut jika kebaikan Eric padanya hanyalah sebuah kamuflase. Akan tetapi, setelah dipikir-pikir lebih dalam, ia merasa tidak memiliki apa pun lagi selain dirinya sendiri. Kalaupun Eric mau, pria itu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya.Caroline berniat membantu menyiapkan makanan. Akan tetapi, Layla dan para maid tidak mengizinkannya untuk membantu bahkan memasuki dapur sekalipun. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaian baru, ia bersiap untuk makan malam.Caroline mengamati penampilannya di cermin, berlenggak-lenggok, ter
Ethan bereaksi setenang mungkin. “Dia adalah salah satu pegawai di perusahaan lain yang sedang menangani proyek yang sama denganku.”Ethan mengangkat panggilan Luna. “Apa kau sudah membaca dokumen yang sudah aku kirimkan pada emailmu semalam, Nona Luna?”Ethan melirik Rebecca sekilas. “Ya, terima kasih atas bantuanmu. Kita akan memiliki waktu untuk berbincang mengenai proyek ini di waktu yang akan datang.”Ethan menyimpan ponsel, menatap Rebecca yang tampak cemberut, tersenyum. “Apa kau cemburu, Rebecca?”Rebecca mengembus napas panjang. “Tidak.”Ethan mengecup Rebecca. “Ayolah, Rebecca. Kau tahu aku sangat mencintaimu. Kau adalah wanita terbaik dan paling tepat untukku. Aku tidak mungkin berselingkuh darimu.”Rebecca mengembus napas panjang. “Aku tidak ingin membahas hal itu sekarang, Ethan. Kita harus fokus pada tujuan kita pergi ke rumah itu. Kita harus mengetahui apa yang terjadi dengan Caroline dan rentenir tua itu.”“Ya, kau benar, Rebecca.” Ethan beruntung karena Rebecca tidak
“Astaga, di mana Eric?” Caroline tampak kesal ketika melihat meja makan yang sepi. Hanya terlihat makanan yang asapnya meliuk-meliuk di udara.Caroline mendekat seraya mengawasi keadaan sekeliling. “Eric sangat malas. Dia pasti masih tertidur sekarang.”Caroline duduk di kursi, menunggu selama beberapa menit. Ia seringkali menoleh ke arah Eric biasanya muncul. “Di mana Eric? Apa dia sedang mengerjaiku?”“Nona Caroline, Tuan Eric tidak bisa sarapan bersama Anda. Dia memiliki hal yang tidak bisa dia tinggalkan sekarang,” ujar Layla.Caroline mendengkus kesal. “Eric sangat keterlaluan. Dia membiarkan aku terus menunggu. Aku tidak akan lagi bicara dengannya.”Caroline sangat jengkel meski ia menghabiskan banyak makanan. Ia berjalan-jalan di halaman, menoleh pada kamar Eric. Layla sudah menunjukkan kamar Eric padanya, tetapi ia belum mau untuk menemui Eric di sana.“Eric pasti masih kesal karena aku membeli outlet kemarin. Dia benar-benar kekanakan.” Caroline bersantai di halaman, menikmat
“Caroline akan hadir jika kita mengundangnya. Kita belum tahu kehidupan apa yang sedang Carolne jalani sekarang. Akan tetapi, aku tahu pasti jika dia ingin membalaskan dendam pada kita. Aku menduga Caroline akan menyombongkan diri dan mengacaukan pesta pertunangan itu,” jelas Ethan.Rebecca tersenyum. “Kau sangat cerdas, Ethan. Aku bisa memanas-manasi Caroline dengan mengatakan bahwa dia hanyalah wanita lemah yang belum mampu melupakanmu.”Ethan mencolek hidung Rebecca. “Kaulah yang cerdas, Rebecca.”“Baiklah, kita sebaiknya membuat pesta pertunangan ini sebaik mungkin.”Rebecca mulai menyusun rencana dan seluruh persiapan. Ia sangat penasaran dengan kehidupan Caroline, dan dirinya tidak ingin mati sebelum mengetahui apa yang terjadi pada saudari tirinya itu.Ethan pergi ke toilet, menerima panggilan dari Luna dan beberapa kekasihnya yang lain. Ia sejujurnya sangat malas dengan Rebecca maupun semua kekasihnya. Ia menjadi tertarik dengan Caroline setelah melihat betapa angkuhnya wanit