“Astaga, di mana Eric?” Caroline tampak kesal ketika melihat meja makan yang sepi. Hanya terlihat makanan yang asapnya meliuk-meliuk di udara.Caroline mendekat seraya mengawasi keadaan sekeliling. “Eric sangat malas. Dia pasti masih tertidur sekarang.”Caroline duduk di kursi, menunggu selama beberapa menit. Ia seringkali menoleh ke arah Eric biasanya muncul. “Di mana Eric? Apa dia sedang mengerjaiku?”“Nona Caroline, Tuan Eric tidak bisa sarapan bersama Anda. Dia memiliki hal yang tidak bisa dia tinggalkan sekarang,” ujar Layla.Caroline mendengkus kesal. “Eric sangat keterlaluan. Dia membiarkan aku terus menunggu. Aku tidak akan lagi bicara dengannya.”Caroline sangat jengkel meski ia menghabiskan banyak makanan. Ia berjalan-jalan di halaman, menoleh pada kamar Eric. Layla sudah menunjukkan kamar Eric padanya, tetapi ia belum mau untuk menemui Eric di sana.“Eric pasti masih kesal karena aku membeli outlet kemarin. Dia benar-benar kekanakan.” Caroline bersantai di halaman, menikmat
“Caroline akan hadir jika kita mengundangnya. Kita belum tahu kehidupan apa yang sedang Carolne jalani sekarang. Akan tetapi, aku tahu pasti jika dia ingin membalaskan dendam pada kita. Aku menduga Caroline akan menyombongkan diri dan mengacaukan pesta pertunangan itu,” jelas Ethan.Rebecca tersenyum. “Kau sangat cerdas, Ethan. Aku bisa memanas-manasi Caroline dengan mengatakan bahwa dia hanyalah wanita lemah yang belum mampu melupakanmu.”Ethan mencolek hidung Rebecca. “Kaulah yang cerdas, Rebecca.”“Baiklah, kita sebaiknya membuat pesta pertunangan ini sebaik mungkin.”Rebecca mulai menyusun rencana dan seluruh persiapan. Ia sangat penasaran dengan kehidupan Caroline, dan dirinya tidak ingin mati sebelum mengetahui apa yang terjadi pada saudari tirinya itu.Ethan pergi ke toilet, menerima panggilan dari Luna dan beberapa kekasihnya yang lain. Ia sejujurnya sangat malas dengan Rebecca maupun semua kekasihnya. Ia menjadi tertarik dengan Caroline setelah melihat betapa angkuhnya wanit
Caroline menghubungi Layla. “Layla, aku ingin berbicara denganmu sekarang. Masuklah ke kemarku.”Layla mengetuk pintu. “Tuan Caroline, aku datang atas permintaanmu.”“Masuklah, Layla.” Caroline tersenyum membayangkan jika seandainya rencananya berhasil. “Ethan dan Rebecca pasti hancur.”Layla memasuki kamar, membungkuk sesaat.“Ethan dan Rebecca mengundangku ke acara pertunangan mereka minggu depan. Aku tahu jika mereka ingin menjebakku di sana. Aku memiliki sebuah rencana untuk menghancurkan mereka. Dengarkan aku baik-baik.”Layla mendengarkan dengan saksam. “Aku mengerti, Nona. Aku akan menjalankan tugas Anda dan mengabari Anda setiap prosesnya.”“Kau boleh keluar sekarang.” Caroline beranjak menuju balkon bersamaan dengan pintu kamar yang tertutup. “Aku belum sepenuhnya tahu tujuan Eric sebenarnya, tetapi aku akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin untuk membalas sakit hatiku pada Ethan dan Rebecca, terutama wanita jahat bernama Susan itu.”Caroline menoleh pada sebua
Caroline nyatanya sangat kesal dengan pesta pertunangan Ethan dan Rebecca. Ia teringat dengan angan-angannya untuk bertunangan dan menikah dengan Ethan dahulu. “Aku sangat bodoh karena aku terlalu mempercayai pria brengsek seperti Ethan. Akan tetapi, Rebecca juga bodoh karena mempercayai Ethan.”Caroline meneguk minuman, menikmati makan malam dengan rasa jengkel. Pada akhirnya, ia tidak memungkiri jika dirinya masih sakit hati karena pengkhianatan. Ia merasa menjadi wanita bodoh karena sudah memberikan dan mengorbankan banyak hal pada Ethan. “Kau tampaknya dalam suasana hati yang buruk,” ujar Eric.Caroline sontak terkejut, menatap Eric lekat-lekat. Wajahnya tampak bahagia meski pada akhirnya kembali berubah jengkel. Ia sudah berjanji tidak akan berbicara dengan Eric.“Baiklah, aku akan memberimu waktu untuk menenangkan diri.”Caroline menggebrak meja. Eric benar-benar pria yang tidak peka. Ia ingin pria itu bertanya padanya mengenai kejengkelannya atau menjelaskan ke mana dirinya s
Hari-hari berjalan dengan cepat. Caroline tidak sabar untuk menghadiri pesta pertunangan Ethan dan Rebecca. Ia ingin menghancurkan mereka di depan banyak orang seperti mereka menghancurkannya.Selama hari-hari itu pula, Caroline tidak bisa berhenti memikirkan Eric. Ia seringkali mengamati pria itu dari jauh maupun, melewati kamarnya, tetapi di saat yang sama ia terus bersikap ketus ketika bersama Eric.Caroline tidak ingin mengatakan jika dirinya menyukai Eric. Ia sudah berjanji tidak akan lagi dekat dan percaya dengan pria mana pun. Rasa kecewa dan sakit hatinya karena pengkhinatan Ethan nyatanya masih membekas.Saat ini, para pelayan wanita tengah merias Caroline di dalam kamar. Sejak pagi hingga detik ini, Caroline sangat sibuk dengan persiapan penampilannya. Wanita itu melakukan rangkaian perawatan tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia tentu ingin tampak memesona dan luar biasa di pesta pertunangan dua musuhnya. Bukan karena turut berbahagia, tetapi ia menghancurkan pesta
Lokasi pesta pertunangan berada di halaman depan rumah. Meja-meja bulat dan kursi tersusun dengan rapi di sisi kiri dan kanan. Sebuah panggung kecil dengan dekorasi bunga bernuasa putih dan emas berada di depan tamu undangan. Bergeser ke samping kanan, alunan nada indah terdengar dari grup musik.Satu per satu tamu memasuki lokasi acara. Mobil mewah berjajar dengan sangat rapi. Para undangan membaur satu sama lain, saling bercengkerema. Para pelayan tampak sibuk membawa dan menata serta menghidangkan makanan dan minuman.Rebecca tengah menuruni tangga bersama Susan. Ia mengamati penampilannya dari kamera ponsel. “Aku semakin tegang saja.”“Dari sudut manapun kau tampak sangat sempurna, Rebecca.” Susan tersenyum, merapikan gaun Rebecca. “Sudah saatnya kita menemui para tamu. Mereka pasti akan sangat terkesima melihat penampilanmu sekarang.”Rebecca menghubungi Ethan. “Ethan sudah tiba. Aku tidak sabar bertemu dengannya. Dia pasti akan sangat terkejut.”“Tentu saja.” Susan menoleh ke la
Semua orang terkejut ketika melihat sebuah helikopter di atas lokasi acara. Angin berembus semakin kencang bersamaan dengan helikopter yang terus terbang menurun.Dedaunan bergoyang ke kiri dan kanan, disusul gelas-gelas, botol-botol, dan vas bunga yang berjatuhan. Semakin dekat helikopter dengan lokasi, semakin besar juga yang angin yang berembus. Para tamu mulai menjauh setelah kursi dan meja berjatuhan hingga terbalik. Suasana bahagia mendadak berubah panik dan penuh tanya.Susan menatap heiokopter tanda berkedip, menoleh lokasi acara yang hancur berantakan. “Brengsek! Apa semua ini adalah ulah Caroline?”Ethan dan Rebecca sangat terkejut hingga mereka hanya diam di atas panggung di saat para tamu menjauh dari lokasi.“Caroline!” Rebecca mengepalkan tangan erat-erat setelah sadar dari keterkejutan. “Dia pasti sengaja menghancurkan acaraku!”Ethan tersenyum kecut. Ia marah sekaligus semakin penasaran dengan Caroline. Jika wanita itu mampu menyewa sebuah helikopter, itu pertanda jika
Para tamu mulai berkumpul di lokasi acara, berbisik-bisik dan bertanya-tanya. Mereka mendengar jika Caroline berprilaku buruk selama ini pada Rebecca dan Susan. Akan tetapi, beberapa di antara mereka justru bertanya-tanya soal penampilan Caroline, mobil-mobil mewah dan helikopter yang datang bersama wanita itu.“Jangan berbohong, Caroline! Ayahmu sangat menyayangi Rebecca, dan dia tidak mungkin memerintahkanmu untuk menghancurkan pesta pertunangannya.” Susan tiba-tiba menangis. “Caroline, kau sangat keterlaluan. Kenapa kau selalu bertindak kasar padaku dan Rebecca, padahal kami sangat menyayangimu?”Rebecca menatap tajam Caroline, berpura-pura menenangkan ibunya. “Caroline, kau membuat ibuku menangis, dan aku tidak menerima hal itu. Kau harus mengganti rugi semua biaya kerusakan pesta pertunanganku dan Ethan, lalu meminta maaf dengan tulus. Jika tidak, aku—”“Apa yang akan kau lakukan padaku, Rebecca? Apa kau akan menyeretku ke penjara?” tanya Caroline dengan tenang.“Caroline, kenapa
Serombongan mobil mewah tiba di depan kediaman lama Eric dan Caroline. Sekitar seratus orang berpakaian hitam seketika keluar dari kendaraan, bergegas memasuki halaman dan rumah. Mereka seperti semut yang mengerumuni sesuatu. Selepas lima belas menit berlalu, mereka kembali berkumpul di halaman.“Tuan Eric dan orang-orangnya kemungkinan sudah meninggalkan rumah ini sejak kemarin. Kita akan pergi ke lokasi selanjutnya,” ujar pemimpin rombongan.Orang-orang itu memasuki mobil kembali, meninggalkan kediaman mewah di tengah hutan itu. Dalam waktu cukup singkat, mereka sudah menjauh dari kediaman.Tidak lama setelahnya, seorang pria muncul dari balik pohon, mengamati rumah dengan teropong. “Siapa orang-orang itu? Mereka datang dengan puluhan mobil mewah yang aku aksir harganya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan dollar.”Steve melompat turun. “Aku beruntung karena orang-orang itu tidak menyadari keberadaanku. Selain kaya, mereka juga terlihat berbahaya.”Steve mengawasi keadaan sekeli
Caroline bangun dengan keadaan segar bugar. Ia terkejut ketika melihat keadaan kamar mandi yang begitu mewah, ditambah ruangan khusus di mana beragam pakaian dan aksesoris yang tersusun sangat rapi di lemari-lemari kaca. “Apakah semua ini milikku, Layla?”“Tentu saja, Nona. Tuan Eric menyediakan semuanya untuk Anda,” jawab Layla.Caroline mengamati keadaan sekeliling, memandang dengan takjub. Mulutnya terbuka dan matanya memercik kekaguman yang luar biasa ketika ia mengelilingi satu per satu rak. “Astaga, ini seperti yang aku lihat di film-film dan video orang-orang kelas atas.”Caroline menatap pantulan dirinya di kaca, menampar pipi beberapa kali. “Ini semua bukanlah mimpi. Astaga, kenapa aku baru menyadari hal ini.”Caroline tiba-tiba tersenyum. “Aku tahu harus berbuat apa sekarang.”“Layla, panggilkan beberapa pengawal wanita untuk membantuku memilih pakaian dan aksesoris yang cocok untukku. Aku ingin mengejutkan Eric.”“Aku mengerti, Nona.” Layla segera menghubungi bawahannya.Em
“Rumah baruku?” Caroline terkejut ketika mengamati halaman yang sangat luas. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat taman-taman bunga, air mancur, lampu, jalan setapak yang semuanya tersusun dan tertata dengan sangat rapi.Caroline memijat kepalanya berkali-kali. “Astaga, apa yang sudah terjadi?”“Tuan Eric memerintahkan kami semua untuk membawa Anda ke rumah ini, Nona. Keluarga Stormind kemungkinan akan mencelakai Anda lagi setelah kejadian di kolam renang. Tuan Eric tidak ingin Anda berada dalam bahaya,” terang Layla.“Bagaimana keadaan Eric? Aku harus bertemu dengannya sekarang.” Caroline duduk di sofa, memejamkan mata ketika mengingat kejadian di kolam renang. Sekujur tubuhnya bergetar sangat hebat. Peristiwa itu benar-benar membuatnya syok.“Tuan Eric sangat sibuk sekarang, Nona. Dia tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Anda sebaiknya beristirahat. Anda akan bertemu dengan Tuan Eric besok.”Caroline tiba-tiba berdiri ketika mengingat sesuatu. “Bagaimana dengan ayahku? Apakah dia
Malam yang panjang akhirnya berganti pagi. Embun tampak di permukaan rumput dan dedaunan. Udara terasa lebih dingin dibandingkan sebelumnya.Eric tengah berada di dekat jendela, menatap awan yang bergerak pelan. Ketika memejamkan mata, ingatannya seketika kembali pada kejadian semalma. Amarahnya masih belum reda meski waktu berlalu.Eric mengepalkan tangan erat-erat, tersneyum tipis. “Aku tidak akan lagi mengasihani mereka, apalagi sampai mengakui mereka sebagai keluargaku lagi. Merekalah yang meminta hal itu dariku. Aku akan menghancurkan kalian semua.”Eric menoleh pada Caroline yang belum tidak sadarkan diri sejak semalam. Suhu tubuh wanita itu sangat panas, dan ia beberapa kali mengingau memanggil nama ayahnya.Seorang dokter dan seorang perawat memasuki ruangan, membungkuk pada Eric sesaat, memeriksa Caroline. Tidak lama setelahnya, terdengar hujan mengguyur dengan deras.Suara hujan terdengar mengisi keheningan setelah kepergian dokter dan suster selama beberapa menit ke depan.
Eric dan seluruh pasukannya segera meninggalkan kediaman utama keluarga Stormind. Rombongan mobil melesat sangat cepat.Eric mengamati keadaan Caroline yang tampak pucat pasi. Peristiwa tadi benar-benar bercokol kuat dalam benaknya. “Aku seharusnya tidak terkejut ketika mereka melakukan tindakan busuk itu. Mereka bahkan pernah melakukan tindakan yang lebih busuk dibandingkan sekadar mendorong seseorang ke kolam renang dan nyaris membiarkan orang itu mati.”Kilatan amarah terlihat di pancaran mata Eric. Pria itu mengepalkan tangan erat-erat.“Aku akan memulai perang dengan kalian. Aku tidak akan memberikan belas kasih lagi mulai sekarang.” Eric tersenyum, terdiam ketika teringat dengan Evan. “Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membiarkan mereka begitu saja seperti yang kau lakukan selama ini?”Sementara itu, keluarga Stormind masih berada di sekitar lokasi pesta. Mereka masih terkejut dengan keadaan yang terjadi, terutama Daniel.Daniel mengamati kaca yang hancur dan berserakan. K
Caroline sontak terkejut ketika tubuhnya melayang dan ambruk di kolam renang. Ia seperti tertarik ke dasar kolam. Ingatannya ketika ia hampir meninggal karena tenggelam seketika muncul. Hal itu membuatnya panik sehingga tidak bisa bergerak dengan normal.Caroline berusaha menuju permukaan. Kedua tangannya timbul tenggelam di atas air. Dadanya sesak dan mulutnya mendadak kaku. “To-tolong! To-tolong!” Daniel, Donald, Dennis, dan hampir semua anggota keluarga Stormind sontak tertawa terbahak-bahak. Mereka bahagia karena wanita gila itu kesulitan.“Wanita gila itu ternyata tidak bisa berenang.” Darius tertawa terbahak-bahak. “Aku terkejut karena ayahku mendorong si wanita gila itu, padahal aku sudah bersiap-siap untuk mendorongnya dengan penuh tenaga.”“Aku harap dia akan mati malam ini,” sahut Daisy dengan senyum melintang.“Caroline!” teriak Eric seraya mendekat. Sayangnya, Delta dan Darius menghalangi jalannya. “Menjauh dariku sekarang juga! Aku harus menolong Caroline!”Delta tertawa
Eric tiba di halaman samping, memberi tanda pada Leon untuk meninggalkannya sendirian. Wajahnya tampak tenang, tetapi hatinya bergemuruh oleh amarah dan dendam.Evan duduk di kursi roda, mendekat pada Eric. Para pengawalnya segera menjauh.“Eric,” panggil Evan sembari menghentikan kursi roda di belakang Eric. Ia mengembus napas panjang. “Kenapa kau tidak ingin bergabung untuk mengurus mega proyek itu?”Eric menghadap Evan, menoleh ke arah lain. Ia melihat Caroline tengah berbincang dengan Layla dan beberapa pengawal wanita. “Aku sama sekali tidak tertarik. Aku bahkan tidak tertarik dengan semua hal yang berhubungan dengan keluarga ini.”Eric menatap Evan tak gentar. “Aku harus memberitahumu jika ini adalah kunjungan terkahirku ke pertemuan keluarga sekaligus kunjungan terakhirku ke rumah ini. Setelah ini, aku akan memutuskan semua hubungan denganmu dan semua orang.”“Eric.” Evan mendekat, berusaha menahan tangis. “Aku bisa mengerti kenapa kau sangat membenciku dan keluarga ini. Aku ti
Caroline dan Eric tidak memedulikan tatapan dan cibiran keluarga Stormind. Mereka puas karena bisa membuat orang-orang menyebalkan itu jengkel.Daniel, Donald, dan Dennis tampak sangat kesal hingga tak henti menatap tajam Caroline dan Eric selama beberapa waktu. Andai saja tidak ada aturan keluarga yang mengikat, mereka pasti sudah menyingkirkan keduanya sejak awal.“Kita berkumpul di pesta ini untuk merayakan kebahagiaan kita semua. Ayah dan kakek kita masih dalam keadaan sehat dan berada di tengah-tengah kita. Selain itu, keluarga kita masih berada di puncak dan terus mencapai pucak lebih tinggi dari sebelumnya. Kabar yang paling membahagiakan bagi kita adalah kita sedang menangani mega proyek yang akan memberikan banyak keuntungan sangat besar untuk keluarga kita,” ujar Daniel dengan semringah.Daniel melanjutkan, “Kita memiliki tugas yang sangat penting untuk menyukseskan mega proyek itu maupun tugas untuk membawa keluarga ini ke tingkat yang lebih tinggi. Kesulitan akan terus mun
“Apa kau gila?” Darius berteriak tertahan, menatap tajam Drako. “Kenapa aku harus membuat wanita gila itu tergila-gila padaku? Dia hanya wanita sialan yang tidak pantas untuk bersanding dengan siapa pun di keluarga kita, bahkan bayangan kita.”Drake tertawa. “Lihatlah wanita itu baik-baik. Darius. Dia cantik dan menarik. Kau tidak akan malu membawa wanita itu ke mana pun. Kau hanya perlu sedikit memolesnya.”“Dasar sinting! Aku tidak akan melakukan tindakan gila itu.” Darius mendengkus kesal, menegak minuman seraya mengamati Caroline. “Aku bisa mendapatkan wanita seperti dia sebanyak apa pun yang aku mau. Kalaupun hanya si wanita gila itu wanita yang tersisa di dunia, aku tidak akan mau menyentuhnya.”“Kau akan termakan oleh ucapanmu sendiri, Darius.” Drako tertawa.“Kenapa kau tidak mendekati wanita gila itu, Drako?” ketus Darius yang masih tidak lepas dari Caroline. Ia mendengkus kesal saat mengingat perlakukan wanita itu padanya.“Ayolah, Darius. Aku masih dua puluh tahun sekarang.