Layla menoleh dengan ekspresi datarnya. “Percayalah pada Tuan Eric, Nona. Ayah Anda akan baik-baik saja.”
“Tapi … Eric sama sekali tidak mengenal ayahku. Bagaimana dia bisa memastikan jika ayahku baik-baik saja?” tanya Caroline dengan wajah cemas. Susan bisa menghabisi ayahnya dengan mudah, terlebih tidak ada siapa pun yang melindunginya.
“Tuan Eric meminta Susan Boldaner untuk tidak menyakiti Tuan Anthony. Jika Susan berani melakukannya, Tuan Eric akan melemparnya ke penjara.”
“Benarkah?” Caroline tercenung selama beberapa waktu.
“Anda tidak perlu mengkhawatirkan ayah Anda lagi. Aku memastikan Anda bisa bertemu dengan Ayah Anda dalam waktu dekat.”
Caroline merasa sangat aneh dengan semua ini. Apa ia bisa mempercayai Eric?
“Aku meminta bukti.”
“Aku mengerti.” Layla menunjukkan sebuah video di mana Anthony tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan seorang dokter yang memeriksanya. “Apa ini cukup, Nona?”
“Ya, itu cukup membantuku.”
Mobil memasuki pusat kota Lovatown. Caroline mengamati keadaan kota yang cukup ramai. Semakin memikirkan Eric, semakin ia penasaran dengan siapa pria itu sebenarnya.
“Kita sudah sampai, Nona,” ujar Layla.
Caroline mengawasi keadaan sekeliling, keluar dari mobil setelah Layla membukakan pintu untuknya. Ia merasa canggung karena mendapatkan perlakukan selayaknya putri kerajaan.
“Bukankah ini adalah Mylux Mall, sebuah pusat perbelanjaan mewah yang hanya bisa dikunjungi oleh keluarga kelas atas saja?” Caroline mengawasi gedung megah nan mewah di depannya. Ia juga melihat deretan mobil mahal yang terpakir. “Aku rasa kita tidak perlu berbelanja di tempat ini. Harga-harganya pasti sangat mahal. Kita bisa memilih tempat lain.”
Caroline terdiam ketika melihat mobil yang dinaikinya. Ia tidak terlalu mengetahui soal kendaraan. Akan tetapi, ia bisa menebak jika mobil yang dinaikinya berharga mahal. “Siapa Eric sebenarnya?”
“Sebelum Anda berbelanja, Anda sebaiknya makan siang terlebih dahulu, Nona. Aku akan mengantar Anda ke salah satu restoran terbaik di mall ini.”
“Apa kau yakin kita harus memasuki mall ini, Layla?”
“Anda tidak perlu khawatir, Nona.”
Caroline memasuki mall, mengamati deretan toko dan orang-orang kelas atas dengan busana yang mewah. Ini pengalaman pertamanya mengunjungi Mylux Mall, dan ia takut membuat masalah di tempat ini.
Caroline dan Layla memasuki sebuah restoran, melewati beberapa pengunjung.
“Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?” Caroline menyusul Layla. “Layla, apa kau tidak salah membawaku ke tempat ini?”
Dua pelayan wanita menyambut Caroline. Salah satu dari mereka berkata, “Selamat datang di Restoran Mylux. Kami sudah mempersiapkan ruangan VVIP untuk Anda.”
“Ruangan VVIP?” Caroline menoleh pada Layla. “Layla, siapa yang akan membayar semua biayanya?”
“Anda tidak perlu memikirkan hal itu, Nona.”
Caroline mengikuti dua pelayan ke sebuah ruangan mewah. Ia terpana dengan keindahan dekorasi ruangan. Sajian lezat sudah terhidang di atas meja.
“Makan siang Anda sudah siap. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa memanggilku, Nona.”
Caroline tercenung selama beberapa waktu, menatap sajian di meja meski ia sudah merasa lapar. Apa yang terjadi padanya sekarang? Kenapa dia berada di tempat ini? Apa jadinya jika ia membuat masalah?
“Apa Anda tidak menyukai makanannya, Nona?” tanya Layla, “jika iya, aku bisa mencari restoran lain untuk Anda.”
“Aku menyukai makanannya.” Caroline mulai menikmati hidangan meski agak ragu-ragu. “Makanan ini sangat lezat. Layla, makanlah bersamaku. Aku tidak akan bisa menghabiskan semua makanan ini sendirian.”
“Aku sudah makan siang sebelum kita pergi, Nona.”
“Kau yakin, Layla?”
Caroline menghabiskan makanan tanpa, membersihkan mulut dengan tisu. “Astaga, aku benar-benar kalap sampai menghabiskan semua makanan ini.”
“Nona Mayler, apa ada hal yang bisa kami lakukan lagi untuk Anda?” tanya seorang wanita yang merupakan manager restoran Mylux dengan hormat.
“Mayler?” Caroline tampak kebingungan. “Apa kau sedang berbicara denganku?”
Manager itu mengangguk.
“Aku tidak membutuhkan apa pun lagi.” Caroline berdiri, menoleh pada Layla. Ia baru mengingat jika Mayler adalah nama keluarga dari Eric. Jika pelayan itu memanggilnya dengan nama keluarga dari Eric, itu berarti pelayan itu sudah tahu bahwa ia adalah istri dari Eric.
“Astaga.” Caroline memijat keningnya. “Bagaimana ini bisa terjadi? Apa Eric sudah menyiapkan semua ini untukku?”
“Apa Anda baik-baik saja?” Layla tampak khawatir. “Aku akan memanggil dokter untuk mengecek kondisi Anda.”
Caroline menahan tangan Layla. “Kau tidak perlu melakukannya, Layla. Bawa aku keluar dari tempat ini sekarang juga.”
Caroline keluar dari ruangan, berusaha mengabaikan beberapa pengunjung yang menoleh padanya. Manager restoran dan enam pelayan mengantarnya hingga keluar restoran.
Caroline mengamati penampilannya sekarang. “Mereka pasti terheran-heran karena aku keluar dari ruangan VVIP dengan penampilanku seperti ini.”
Caroline berbisik di telinga Layla. “Layla, bagaimana dengan biaya restorannya?”
“Tuan Eric sudah membayarnya, Nona.”
“Eric berhutang penjelasan padaku,” gumam Caroline.
Caroline fokus memperhatikan sekitar sehingga tidak sadar menabrak seseorang.
“Apa yang kau lakukan? Kau menjatuhkan tasku yang mahal!” teriak seorang wanita. Ia memelotot tajam pada Caroline, memperhatikan dari atas hingga bawah.
“Maafkan aku.” Caroline membungkuk singkat, mengulurkan tangan untuk mengambil tas yang terjatuh di lantai.
Wanita itu menepis tangan Caroline dengan kasar. “Jangan menyentuh tasku dengan tangan kotormu. Pergilah sebelum kau mendapatkan masalah besar dariku.”
“Anda harus menjaga kata-kata Anda pada tamu VVIP kami, Nona,” ujar si manager.
“Tamu VVIP?” Wanita itu menatap Caroline dari atas hingga bawah. “Kau pasti bercanda. Dia hanya memakai pakaian seharga beberapa ratus dolar ke tempat ini. Bagaimana mungkin dia menjadi tamu VVIP?”
Wanita itu sengaja menabrak Caroline, bergegas pergi. “Dasar menyebalkan! Bagaimana bisa para pelayan mengizinkan wanita sialan itu berada di restoran ini?”
“Wanita sialan?” Caroline seketika menoleh pada wanita tadi, mengepalkan tangan.
“Aku bisa menghajar wanita itu jika Anda mau,” ujar Layla, “Tuan Eric memerintahkanku untuk melindungi Anda.”
“Menghajar wanita itu?” Caroline terkejut, menoleh pada wanita tadi yang tengah menghubungi seseorang. Ia memang kesal dengan wanita itu, tetapi ia tidak ingin menimbulkan masalah. “Kau tidak perlu melakukannya, Layla.”
“Kami meminta maaf atas keteledoran kami, Nona.” Si manager dan keenam pelayan seketika membungkuk pada Caroline di pintu masuk. “Katakan apa yang bisa kami lakukan untuk membayar kesalahan kami.”
Caroline tampak kebingungan, tersenyum ketika mendapatkan sebuah ide. “Jika kalian tidak ingin mengecewakanku, kalian harus mengusir wanita itu dari restoran ini dan memasukkannya ke dalam daftar hitam di seluruh cabang restoran kalian.”
“Kami mengerti, Nona. Kami akan mengusir wanita itu sekarang juga.”
Caroline berada di gerbang restoran ketika melihat para pelayan mengusir wanita sombong tadi. “Apa Eric benar-benar bisa membantuku membalaskan dendam?”
“Kalian akan membayar mahal perlakukan kalian padaku!” teriak wanita itu ketika diserat paksa oleh beberapa pelayan keluar restoran. “Kalian harus tahu jika kekasihku adalah seorang CEO terkenal! Dia bisa menghancurkan restoran ini!”
Seorang pria tiba-tiba mendekat pada wanita itu. “Luna, kenapa mereka mengusirmu dari restoran ini?”
“Ethan?” gumam Caroline dengan tatapan kesal.
Caroline tanpa sadar mengikuti sepasang kekasih itu, memperhatikan sosok pria itu dengan lekat-lekat. Dari berebagai sisi, ia merasa bahwa pria itu adalah Ethan. “Pria itu memang Ethan.”Caroline mengepalkan tangan erat-erat. “Dasar pria sialan! Dia berselingkuh dengan Rebecca, dan sekarang dia berselingkuh dengan wanita lain.”Caroline mengembus napas panjang, tersenyum. “Aku memang seharusnya tidak bersama dengan pria menjijikkan sepertimu, Ethan.”“Ada apa, Nona?” tanya Layla seraya memperhatikan Ethan dan Luna. “Apa sepaasng kekasih itu menganggu Anda?”“Pria itu adalah mantan kekasihku. Dia berselingkuh dengan saudara tiriku, dan sekarang dia berselingkuh di belakang saudara tiriku” Caroline tersenyum saat mendapatkan sebuah rencana. “Layla, perintahkan bawahanmu untuk mengikuti mereka dan rekam semua kedekatan mereka.”“Aku mengerti, Nona.” Layla segera menghubungi bawahannya.Caroline meninggalkan restoran, berjalan-jalan untuk membeli beberapa barang. “Aku masih belum percaya
Semua perhatian seketika tertuju pada Luna. Wanita itu tersenyum, menatap sinis Caroline. Ia masih kesal karena Caroline sudah membuatnya terusir dari restoran. “Kenapa kau selalu membuat masalah denganku?” Luna memutar bola mata. “Apa maksudmu?” tanya Caroline dengan tatapan kesal. “Kaulah yang menyenggolku hingga semua pakaian itu berhamburan ke lantai.” “Kau menuduhku?” Luna mengibas rambut. “Kau benar-benar tidak tahu diri! Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Luna Pauland, member ekslusif di outlet ini. Astaga, bagaiamana bisa outlet ini meneriama orang sepertimu.” “Aku tidak peduli kau member ekslusif atau apa pun itu. Kau sudah menyenggolku, dan kau harus meminta maaf padaku,” ujar Caroline. Kasir keluar dari meja, membungkuk singkat pada Luna. “Tolong maafkan kejadian tidak mengenakkan ini, Nona Luna.” Kasir itu menatap sinis Caroline. “Ambil pakaian yang sudah kau jatuhkan sekarang juga. Jika tidak, kau akan harus mengganti pakaiannya dengan harga sepuluh kali
Semua orang terkejut ketika mendengar ucapan Caroline, terutama Ethan. Pria itu tahu jika Caroline berasal dari keluarga menengah, dan kekayaannya tidak akan cukup untuk membeli outlet ini, terlebih Rebecca dan Susan sudah mengalihkan perusahaan keluarga wanita itu pada mereka berdua.Luna dan hampir semua orang tiba-tiba menertawakan Caroline. Mereka tahu jika wanita itu hanya membual saja. Lihatlah bagaimana pakaian yang dikenakan Caroline sekarang. Memang tidak bisa dibilang murah, tetapi tidak cukup pantas digunakan untuk seseorang yang ingin membeli sebuah outlet ternama.“Aku pikir kau hanya sombong, tetapi kau juga seorang wanita bodoh!” Luna tertawa terbahak-bahak hingga memeluk perutnya. “Astaga, aku mendapatkan hiburan yang sangat luar biasa siang ini.”Ethan justru terdiam ketika mendengar ucapan Caroline. Ia tahu wanita itu dijual ke seorang rentenir tua. Akan tetapi, ia tidak tahu siapa pria tua itu dan seberapa kaya pria tua itu.Pikirannya justru bertanya-tanya sekaya ap
Caroline tersenyum lebar. “Hans, aku ingin kau memasukkan semua orang yang berada di tempat ini ke dalam daftar hitam orang-orang yang tidak boleh mengunjungi outletku. Tempelkan wajah mereka di website dan di depan outlet.”“Apa?” Ethan, Luna dan semua orang yang sudah menghina Caroline sontak terkejut.Caroline merasa sangat puas melihat wajah mereka, terutama Ethan dan Luna. “Selain itu, aku ingin mereka mengganti rugi sebanyak seratus ribu dolar karena sudah menghinaku. Jika mereka tidak mampu membayar, laporkan mereka pada polisi. Peraturan ini juga berlaku untuk para staff outlet ini.”Para staff seketika menunduk, saling menoleh satu sama lain.“Aku yakin ini adalah sebuah kesalahan. Wanita ini tidak mungkin membeli outlet ini. Outlet ini pasti berharga antara tujuh puluh juta sampai sembilan puluh juta dollar,” ujar Luna seraya menatap tajam.“Aku membeli outlet ini sebesar seratus juta dolar.” Caroline tersenyum, menoleh pada Hans. “Betul begitu, Hans?”“Betul, Nona.” Hans mem
“Kalian sudah membuang-buang waktuku yang berharga. Aku akan menghitung sampai sepuluh. Jika wanita itu dan kekasihnya tidak segera meminta maaf, aku akan melaporkan kalian semua pada polisi sekaligus meminta ganti rugi pada kalian,” ujar Caroline.“Nona, tolong maafkan kami!”“Nona, aku mohon!”“Nona, jangan laporkan kami!”Luna masih sesegukan, menatap kesal Caroline. Ia menarik-narik tangan Ethan, tetapi pria itu hanya terdiam tanpa bisa melakukan apa pun.“Cepatlah minta maaf sebelum aku memaksamu!”“Minta maaflah pada nona itu sekarang!”“Minta maaflah sekarang!”Para pengunjung terus mendesak Ethan dan Luna. Suasana outlet menjadi sangat ramai dengan teriakan dan tangisan. Para polisi mendekat, dan hal itu membuat para pengunjung semakin geram pada Luna dan Ethan.Ethan mengembus napas panjang. “Luna, sebaiknya kita meminta maaf pada wanita itu. Kita akan mendapat masalah semakin besar jika kita tidak melakukannya. Para pengunjung juga semakin marah pada kita.”Luna menyeka tang
“Tuan Eric mengatakan jika aku harus menjaga sekaligus mematuhi semua keinginan Anda. Outlet itu hanya sebuah barang kecil untuk Tuan Eric,” ujar Layla.“Apa kau serius?” Caroline memastikan. Ia merasa menyesal karena menghamburkan uang milik pria itu. Masalahnya, ia tidak tahu bagaimana harus mengganti uang tersebut.“Anda adalah istri Tuan Eric sekarang. Tuan Eric tentu tidak akan keberatan mengeluarkan uang selama Anda bahagia.”Caroline sontak terbatuk beberapa kali. “Astaga.”“Anda baik-baik saja, Nona. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa Anda.”“Aku baik-baik saja. Aku … aku hanya butuh beristirahat sekarang.”Caroline kembali tertidur hingga mobil tiba di rumah. Ia bergegas keluar dan seketika terdiam ketika melihat Eric dan Leon berada di teras.“Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang? Eric menungguku di teras. Apa dia marah karena aku menghabiskan uangnya?” Caroline mengembus napas panjang. “Sampai saat ini aku belum tahu apa tujuan dari Eric sebenarnya. Dia mungki
Ethan berbaring di ranjang. Ketika memejamkan mata, ia teringat dengan peristiwa di outlet tadi. Caroline tampil sebagai wanita sombong, dan ia justru menjadi pria rendahan. Dadanya sesak dengan amarah. Wanita yang sudah dibuangnya berubah menjadi wanita yang sangat menyebalkan.“Ethan.” Rebecca menampar pelan pipi Ethan.“Ah, aku hanya teringat dengan kecelakaan yang menimpaku tadi. Itu peristiwa yang singkat, tetapi membuatku cukup kesulitan.”Rebecca mengambil segelar air, menyimpan di atas nakas. “Aku akan menemanimu malam ini untuk merawatmu. Aku tidak ingin kau mengalami hari yang semakin buruk.”“Terima kasih, Rebecca.” Ethan mengembus napas panjang.“Sejujurnya, aku tidak terlalu kenal dengan rentenir tua itu. Ibuku hanya mengatakan soal dia yang memiliki utang yang banyak pada seorang pria tua. Ibuku sangat terkejut ketika rentenir tua itu memintaku menjadi pasangannya, tetapi aku menyarankan agar Caroline menjadi pasangannya.” Rebecca tertawa. “Si rentenir tua itu langsung se
“Apa yang kau lakukan, Eric?” ketus Caroline seraya menjauh dari Eric.“Aku tidak melakukan apa pun. Kau terus mengamatiku sejak tadi, dan sekarang kau tiba-tiba memelukku dengan sangat erat,” ujar Eric tenang.“A-apa maksudmu?” Caroline menoleh ke arah lain, terkejut ketika melihat wajahnya sangat merah. “Ja-jangan mengada-ada. Aku tidak memperhatikanmu. Aku juga tidak memelukmu. A-aku hanya terkejut.”“Kau bisa memeluk kursi di depanmu jika kau mau.”Caroline memutar bola mata. “Aku tidak ingin berbicara denganmu.”“Baiklah.”Caroline melirik Eric, terdiam cukup lama. “Eric benar-benar tidak mau berbicara denganku. Dasar pria menyebalkan.”Perjalanan diisi oleh kehilangan nyaris sepanjang jalan. Caroline beberapa kali melirik Eric, berdeham cukup sering. Akan tetapi, Eric tetap tidak mau bicara.Caroline memunggungi Eric, dan sialnya ia justru melihat wajah pria itu di jendela mobil. “Eric sangat … jelek.”Caroline memutar bola mata dan tak lama setelahnya tertidur.“Nona Caroline,