“Jangan menghalangiku!” Caroline mendengkus kesal.
“Aku tidak akan menghalangimu. Kau harus tahu jika rumah ini berada di tengah hutan dan jauh dari perkotaan. Kau hanya akan menjadi mangsa hewan buas di laur sana. Masuklah dan aku akan menceritakan semuanya padamu.” Pria itu memasuki rumah.
Caroline mengawasi keaadaan sekeliling. Ia memang melihat pepohonan hampir di sekeliling rumah. “Pria tampan itu … maksudku pria menyebalkan itu benar. Aku hanya akan menjadi mangsa hewan buas jika keluar dari rumah ini sekarang. Aku harus mendengarkan semua penjelasannya untuk memutuskan apa yang akan aku lakukan setelahnya.”
Caroline memasuki rumah, mencari keberadaan pria itu. “Aku belum bertanya siapa nama pria tampan … maksudku pria menyebalkan itu. Kenapa lidahku menjadi bodoh?”
Caroline mengawasi keadaan sekeliling. “Rumah ini … cukup bagus.”
Caroline berhenti di dekat meja makan. Beragam hidang lezat tersaji di atas meja. Ia meneguk ludah, mendengar perutnya berbunyi. “Aku belum makan sejak semalam. Aku mengerahkan tenagaku untuk menghajar para pengkhianat sialan itu. Sayangnya, aku harus berakhir di tempat ini.”
Caroline memejamkan mata ketika mengingat peristiwa semalam.
“Duduklah. Kita akan makan bersama.” Pria tampan itu muncul di belakang Caroline.
Caroline setika berbalik, menahan napas ketika melihat penampilan pria itu. “Sial, dia sangat tampan meski hanya memakai kaus dan celana jin,” gumamnya.
“Apa kau mengatakan sesuatu?”
“Tidak!” Caroline duduk di kursi, menatap hidangan.
Pria itu duduk di depan Caroline. “Makanlah.”
“Apa kau menaruh racun di makanan ini?”
“Tidak. Untuk apa aku melakukannya?”
Caroline memutar bola mata. “Aku tidak cukup lapar sekarang. Jadi, aku hanya akan mencicipi sedikit makanan. Aku akan langsung memuntahkannya jika rasanya tidak enak. Jika aku mati, aku akan menghantuimu sepanjang hidupmu.”
“Kau akan menghantuiku saat aku mandi?”
“Diam.” Caroline merasakan pipinya memanas karena tiba-tiba memikirkan hal-hal aneh. “Caroline, pria tampan biasanya hanya akan membuat masalah,” gumamnya.
Caroline nyatanya menikmati hidangan sampai tidak sadar menghabiskan sebagian besar makanan di meja. Ia seakan lupa jika pria asing itu berada di dekatnya.
“Kau tampak sangat menikmati hidangan. Aku masih memiliki banyak makan lezat. Aku bisa meminta asistenku untuk membawakan makanan lagi.”
Caroline tiba-tiba terbatuk, meneguk air dengan terburu-buru. Ia terkejut ketika melihat banyak piring kosong di dekatnya. “Kau benar-benar cerewet!”
Caroline mengambil tisu, membersihkan mulutnya seraya menatap halaman. Matanya seringkali menoleh pada pria itu. “Cepat katakan apa yang ingin kau katakan padaku. Aku tidak memiliki banyak waktu sekarang. Tapi sebelum itu, katakan siapa namamu.”
“Aku Eric Malyer.”
“Malyer?” Caroline terdiam. “Aku seperti pernah mendengar nama itu.”
“Kau sepertinya keliru mengenai sesuatu. Ibu tirimu, Susan Boldaner, berhutang banyak uang padaku, bukan pada ayahku. Dia meminjam pada salah satu anak perusahaanku sekaligus mencuri beberapa ratus ribu dolar beberapa tahun lalu.”
Caroline terkejut, menatap Eric saksama, mengalihkan pandangan ke sembarang arah. “Jadi, rentenir tua yang disebut wanita sialan itu adalah kau?”
Eric mengangguk. “Aku sudah memberi Susan Boldaner peringatan agar segera membayar hutangnya. Dia mengatakan akan mengirim seseorang sebagai ganti rugi untuk membayar hutang-hutangnya. Aku menyetujuinya dan menyuruh Susan Boldaner untuk mengirim orang itu ke rumah ini.”
Caroline menggebrak meja sangat keras, berdiri dari kursi. “Kau sudah melakukan tindakan kejahatan! Aku akan melaporkanmu pada polisi!”
“Sayangnya, kau tidak bisa melakukannya. Dalam surat perjanjian yang sudah ditanda tangani oleh Susan Boldaner, kau harus mengganti rugi sebanyak lima puluh juta dolar jika kau melarikan diri dariku.”
“Apa?” Caroline kembali memukul meja, mengepalkan tangan erat-erat. “Wanita tua sialan itu benar-benar brengsek! Aku pasti akan membalasnya!”
Caroline menjatuhkan diri ke kursi, memijat kepalanya yang pening. “Hidupku benar-benar sudah berakhir sekarang.”
“Hidupmu belum berakhir. Kau masih memiliki kesempatan.”
“Apa maksudmu?” ketus Caroline.
“Kau sudah mengalami banyak hal buruk karena perselingkuhan kekasih dan saudari tirumu serta kejahatan yang ibu tirimu lakukan.”
“Bagaimana kau tahu?”
“Bukankah kau yang mengatakan semua itu padaku di halaman tadi?”
Caroline memutar bola mata, mendengkus kesal. “Kenapa aku mendadak bodoh?”
“Apa kau ingin membalas perbuatan mereka?”
Caroline menatap Eric lekat-lekat. “Aku tentu saja sangat ingin membalas kejahatan mereka. Mereka bukan hanya menyakitiku, tetapi mereka juga menyakiti ayahku dan menghancurkan hidup kami.”
“Aku akan menawarkan sebuah kesepakatan padamu.”
“Kesepakatan?”
Eric tersenyum. “Aku akan membantumu untuk membalaskan dendam pada kekasih, saudari tiri dan ibu tirimu, tapi kau harus setuju dengan syarat yang aku ajukan.”
“Syarat?”
“Kau harus menjadi istriku.”
“Men-menjadi istrimu? A-apa kau sudah gila?” Caroline kembali menggebrak meja, tidak memdulikan tangannya yang kesakitan. “Kita bahkan baru pertama kali bertemu. Bagaimana mungkin kau memintaku menjadi istrimu, terlebih kau …”
“Aku adalah pria cacat?”
Caroline terdiam, mengembus napas panjang. Ia memang ingin membalas dendam pada Ethan, Rebecca, dan Susan sekaligus ingin menyelamatkan ayahnya. Akan tetapi, Eric adalah pria asing yang sama sekali ia tidak kenal. Ia juga tidak tahu bagaimana pria itu bisa menolongnya untuk membalas dendam.
“Kau hanya memiliki satu kesempatan. Jika kau menolak atau kau tidak menjawab sampai hitungan sepuluh detik, maka kau akan kehilangan kesempatanmu. Kau akan berakhir menjadi pembantuku seumur hidupku.”
Caroline mengamati sekeliling ruangan, memejamkan mata erat-erat, mengembus napas panjang, menatap Eric lekat-lekat. Ia nyaris tidak memiliki harapan lagi untuk melanjutkan hidup, kecuali untuk ayahnya dan membalaskan dendam pada Ethan, Rebecca, dan Susan. Bisakah orang asing seperti Eric membantunya membalas dendam?
Ini adalah keputusan yang sangat sulit untuk Caroline.
“Waktumu sudah berakhir. Jadi, apa keputusanmu, Caroline?”
Caroline menarik napas panjang, mengembuskan perlahan. “Baiklah, aku setuju.”
Eric tersenyum, menepuk tangan sekali. “Baiklah, kita akan menandatangani surat perjanjian pernikahan kita sekarang.” “Astaga. Apa yang sebenarnya kau sudah rencanakan? Apa kau sudah menyiapkan semua ini sejak awal?” Caroline mengepalkan tangan erat-erat. Kepalanya seperti akan meledak sekarang. Kenapa kejadian menyedihkan terus terjadi padanya? Seorang pria berpakaian hitam mendekat ke arah meja. “Tuan, aku membawakan dokumen yang Anda minta.” Eric memberikan satu salinan dokumen pada Caroline. “Kau bisa membacanya sebelum kau menandatangani surat perjanjian ini.” Caroline mendengkus sebal, mengambil dokumen itu dengan raut jengkel. Matanya membulat lebar ketika membaca satu per satu butir perjanjian. “Aku harus menjadi istri si pria cacat itu selama tiga tahun?” gumamnya “Waktumu habis. Kau harus menandatangi surat perjanjian sekarang juga.” “Bagaimana jika aku menolaknya?” Caroline melemparkan dokumen pada Eric, menyilangkan kedua tangan di depan dada. “Kau memiliki pilihan u
Layla menoleh dengan ekspresi datarnya. “Percayalah pada Tuan Eric, Nona. Ayah Anda akan baik-baik saja.” “Tapi … Eric sama sekali tidak mengenal ayahku. Bagaimana dia bisa memastikan jika ayahku baik-baik saja?” tanya Caroline dengan wajah cemas. Susan bisa menghabisi ayahnya dengan mudah, terlebih tidak ada siapa pun yang melindunginya. “Tuan Eric meminta Susan Boldaner untuk tidak menyakiti Tuan Anthony. Jika Susan berani melakukannya, Tuan Eric akan melemparnya ke penjara.” “Benarkah?” Caroline tercenung selama beberapa waktu. “Anda tidak perlu mengkhawatirkan ayah Anda lagi. Aku memastikan Anda bisa bertemu dengan Ayah Anda dalam waktu dekat.” Caroline merasa sangat aneh dengan semua ini. Apa ia bisa mempercayai Eric? “Aku meminta bukti.” “Aku mengerti.” Layla menunjukkan sebuah video di mana Anthony tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan seorang dokter yang memeriksanya. “Apa ini cukup, Nona?” “Ya, itu cukup membantuku.” Mobil memasuki pusat kota Lovatown. Caroli
Caroline tanpa sadar mengikuti sepasang kekasih itu, memperhatikan sosok pria itu dengan lekat-lekat. Dari berebagai sisi, ia merasa bahwa pria itu adalah Ethan. “Pria itu memang Ethan.”Caroline mengepalkan tangan erat-erat. “Dasar pria sialan! Dia berselingkuh dengan Rebecca, dan sekarang dia berselingkuh dengan wanita lain.”Caroline mengembus napas panjang, tersenyum. “Aku memang seharusnya tidak bersama dengan pria menjijikkan sepertimu, Ethan.”“Ada apa, Nona?” tanya Layla seraya memperhatikan Ethan dan Luna. “Apa sepaasng kekasih itu menganggu Anda?”“Pria itu adalah mantan kekasihku. Dia berselingkuh dengan saudara tiriku, dan sekarang dia berselingkuh di belakang saudara tiriku” Caroline tersenyum saat mendapatkan sebuah rencana. “Layla, perintahkan bawahanmu untuk mengikuti mereka dan rekam semua kedekatan mereka.”“Aku mengerti, Nona.” Layla segera menghubungi bawahannya.Caroline meninggalkan restoran, berjalan-jalan untuk membeli beberapa barang. “Aku masih belum percaya
Semua perhatian seketika tertuju pada Luna. Wanita itu tersenyum, menatap sinis Caroline. Ia masih kesal karena Caroline sudah membuatnya terusir dari restoran. “Kenapa kau selalu membuat masalah denganku?” Luna memutar bola mata. “Apa maksudmu?” tanya Caroline dengan tatapan kesal. “Kaulah yang menyenggolku hingga semua pakaian itu berhamburan ke lantai.” “Kau menuduhku?” Luna mengibas rambut. “Kau benar-benar tidak tahu diri! Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Luna Pauland, member ekslusif di outlet ini. Astaga, bagaiamana bisa outlet ini meneriama orang sepertimu.” “Aku tidak peduli kau member ekslusif atau apa pun itu. Kau sudah menyenggolku, dan kau harus meminta maaf padaku,” ujar Caroline. Kasir keluar dari meja, membungkuk singkat pada Luna. “Tolong maafkan kejadian tidak mengenakkan ini, Nona Luna.” Kasir itu menatap sinis Caroline. “Ambil pakaian yang sudah kau jatuhkan sekarang juga. Jika tidak, kau akan harus mengganti pakaiannya dengan harga sepuluh kali
Semua orang terkejut ketika mendengar ucapan Caroline, terutama Ethan. Pria itu tahu jika Caroline berasal dari keluarga menengah, dan kekayaannya tidak akan cukup untuk membeli outlet ini, terlebih Rebecca dan Susan sudah mengalihkan perusahaan keluarga wanita itu pada mereka berdua.Luna dan hampir semua orang tiba-tiba menertawakan Caroline. Mereka tahu jika wanita itu hanya membual saja. Lihatlah bagaimana pakaian yang dikenakan Caroline sekarang. Memang tidak bisa dibilang murah, tetapi tidak cukup pantas digunakan untuk seseorang yang ingin membeli sebuah outlet ternama.“Aku pikir kau hanya sombong, tetapi kau juga seorang wanita bodoh!” Luna tertawa terbahak-bahak hingga memeluk perutnya. “Astaga, aku mendapatkan hiburan yang sangat luar biasa siang ini.”Ethan justru terdiam ketika mendengar ucapan Caroline. Ia tahu wanita itu dijual ke seorang rentenir tua. Akan tetapi, ia tidak tahu siapa pria tua itu dan seberapa kaya pria tua itu.Pikirannya justru bertanya-tanya sekaya ap
Caroline tersenyum lebar. “Hans, aku ingin kau memasukkan semua orang yang berada di tempat ini ke dalam daftar hitam orang-orang yang tidak boleh mengunjungi outletku. Tempelkan wajah mereka di website dan di depan outlet.”“Apa?” Ethan, Luna dan semua orang yang sudah menghina Caroline sontak terkejut.Caroline merasa sangat puas melihat wajah mereka, terutama Ethan dan Luna. “Selain itu, aku ingin mereka mengganti rugi sebanyak seratus ribu dolar karena sudah menghinaku. Jika mereka tidak mampu membayar, laporkan mereka pada polisi. Peraturan ini juga berlaku untuk para staff outlet ini.”Para staff seketika menunduk, saling menoleh satu sama lain.“Aku yakin ini adalah sebuah kesalahan. Wanita ini tidak mungkin membeli outlet ini. Outlet ini pasti berharga antara tujuh puluh juta sampai sembilan puluh juta dollar,” ujar Luna seraya menatap tajam.“Aku membeli outlet ini sebesar seratus juta dolar.” Caroline tersenyum, menoleh pada Hans. “Betul begitu, Hans?”“Betul, Nona.” Hans mem
“Kalian sudah membuang-buang waktuku yang berharga. Aku akan menghitung sampai sepuluh. Jika wanita itu dan kekasihnya tidak segera meminta maaf, aku akan melaporkan kalian semua pada polisi sekaligus meminta ganti rugi pada kalian,” ujar Caroline.“Nona, tolong maafkan kami!”“Nona, aku mohon!”“Nona, jangan laporkan kami!”Luna masih sesegukan, menatap kesal Caroline. Ia menarik-narik tangan Ethan, tetapi pria itu hanya terdiam tanpa bisa melakukan apa pun.“Cepatlah minta maaf sebelum aku memaksamu!”“Minta maaflah pada nona itu sekarang!”“Minta maaflah sekarang!”Para pengunjung terus mendesak Ethan dan Luna. Suasana outlet menjadi sangat ramai dengan teriakan dan tangisan. Para polisi mendekat, dan hal itu membuat para pengunjung semakin geram pada Luna dan Ethan.Ethan mengembus napas panjang. “Luna, sebaiknya kita meminta maaf pada wanita itu. Kita akan mendapat masalah semakin besar jika kita tidak melakukannya. Para pengunjung juga semakin marah pada kita.”Luna menyeka tang
“Tuan Eric mengatakan jika aku harus menjaga sekaligus mematuhi semua keinginan Anda. Outlet itu hanya sebuah barang kecil untuk Tuan Eric,” ujar Layla.“Apa kau serius?” Caroline memastikan. Ia merasa menyesal karena menghamburkan uang milik pria itu. Masalahnya, ia tidak tahu bagaimana harus mengganti uang tersebut.“Anda adalah istri Tuan Eric sekarang. Tuan Eric tentu tidak akan keberatan mengeluarkan uang selama Anda bahagia.”Caroline sontak terbatuk beberapa kali. “Astaga.”“Anda baik-baik saja, Nona. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa Anda.”“Aku baik-baik saja. Aku … aku hanya butuh beristirahat sekarang.”Caroline kembali tertidur hingga mobil tiba di rumah. Ia bergegas keluar dan seketika terdiam ketika melihat Eric dan Leon berada di teras.“Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang? Eric menungguku di teras. Apa dia marah karena aku menghabiskan uangnya?” Caroline mengembus napas panjang. “Sampai saat ini aku belum tahu apa tujuan dari Eric sebenarnya. Dia mungki