Beranda / Romansa / Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya / Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

Share

Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

Penulis: THANISA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 14:32:04

Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.

Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.

Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi.

"Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."

Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."

Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"

Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."

Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."

Dante yang berdiri di sudut ruangan tertawa kecil, sementara Leon hanya menatapnya dengan ekspresi datar. "Kau pikir setelah semua yang terjadi malam ini, mereka akan membiarkanmu pergi begitu saja?"

"Apa maksudmu?" Elera menyipitkan matanya, tidak suka dengan nada suara Leon.

Leon menyandarkan dirinya ke sofa dengan santai, meskipun jelas masih menahan nyeri di perutnya. "Sergio Serrano tahu bahwa ada seseorang yang menolongku malam ini. Kau sudah terlihat, Elera. Jika mereka menemukan identitasmu, kau akan jadi target mereka."

Jantung Elera mencelos. "Jadi maksudmu… aku bisa dibunuh?"

Leon mengangguk. "Kau cukup pintar untuk memahami situasinya."

Elera terdiam, otaknya berusaha mencerna semua informasi ini. Ini terlalu cepat, terlalu kacau. Ia hanya ingin menjalani hidupnya sebagai dokter, bukan terlibat dalam perang mafia.

Namun, sebelum ia bisa menjawab, suara langkah kaki terdengar mendekat.

"Hah, ini benar-benar kejutan."

Suara familiar itu membuat Elera menoleh, dan matanya membelalak saat melihat sosok pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Kai?!"

"Jadi benar kau, Elera." Kai, pria dengan jas putih yang menunjukkan statusnya sebagai seorang dokter, menyeringai lebar. "Aku pikir mataku salah lihat saat mendapat laporan tentang seorang dokter wanita yang menangani si singa liar ini."

Elera mengerjap, masih belum bisa memproses fakta bahwa Kai Armand, seniornya di universitas dulu, kini berdiri di depan matanya—dan ternyata dokter pribadi Leon.

"Tunggu… kau?" Elera menatapnya dengan bingung.

Kai mengangguk santai. "Yap. Aku dokter pribadi pria ini." Ia melirik Leon dengan ekspresi geli. "Tapi ternyata aku datang terlambat karena dia sudah menemukan pengganti yang cukup berbakat."

Leon mendengus. "Terlambat adalah hal yang sudah biasa darimu."

Kai terkekeh. "Ya, ya. Aku memang tidak pernah buru-buru, apalagi kalau aku tahu pasienku ini masih bisa bertahan hidup."

Elera menatapnya tak percaya. "Kau dokter pribadi macam apa yang tidak segera tiba saat tuannya sekarat?"

Kai tersenyum miring, lalu duduk di kursi di seberang Leon. "Karena aku tahu dia tidak akan mati. Lagipula…"Kai menatap Leon dengan tatapan menggoda. "Aku juga tahu dia sudah menemukan seseorang yang bisa menghadapinya."

Dante tertawa kecil. "Haha! Jadi kau juga menyadarinya, Kai?"

Kai mengangguk, lalu menatap Elera dengan ekspresi penuh nostalgia. "Kau tahu, Leon, aku sudah lama mengenal wanita ini. Dan kalau kau pikir dia hanya dokter biasa, kau salah besar."

Leon menatap Kai malas. "Aku yakin kau akan mengatakan sesuatu yang menggangguku."

Kai tertawa pelan. "Elera adalah wanita paling keras kepala di universitas kami. Bahkan para profesor pun kewalahan berdebat dengannya."

Elera hanya mendesah dan menyilangkan tangan. "Aku tidak sekeras kepala itu."

Kai menoleh padanya dengan alis terangkat. "Oh ya? Kau ingat saat kau menantang dekan karena dia bilang wanita lebih baik jadi dokter anak daripada ahli bedah trauma?"

Elera memutar matanya. "Aku hanya mengatakan bahwa kompetensi tidak ditentukan oleh gender."

Kai menyeringai. "Dan kau ingat saat kau pergi ke Sudan untuk jadi relawan di zona perang selama enam bulan tanpa memberi tahu keluargamu?"

Elera menghela napas panjang. "Itu adalah kesempatan langka, dan aku ingin membantu."

Kai menoleh ke Leon dengan ekspresi penuh kemenangan. "Lihat? Dia ini tidak punya rasa takut, Leon. Bahkan medan perang pun tidak bisa membuatnya mundur. Aku rasa kau akhirnya menemukan lawan yang sepadan."

Leon mengamati Elera dengan tatapan baru, seolah menilai ulang wanita di depannya. Ia sudah menduga bahwa Elera bukan wanita biasa, tetapi fakta bahwa dia pernah berada di zona perang? Itu membuatnya semakin menarik.

Elera menatap Kai dengan kesal. "Kau bisa berhenti memberikan ceramah tentang masa laluku?"

Kai hanya terkekeh. "Aku hanya ingin Leon tahu bahwa dia tidak bisa menakutimu dengan cara biasa."

Leon hanya tersenyum tipis. "Aku tidak berencana menakutinya. Tapi aku juga tidak akan membiarkannya pergi."

Elera mendelik. "Aku tidak akan tinggal di sini, Leon."

Leon menyandarkan diri ke sofa, ekspresinya kembali dingin. "Kalau begitu, kau bebas pergi. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti kau ditemukan mati di selokan besok pagi."

Elera mengepalkan tangannya. "Kau mengancamku?"

Leon menatapnya lama, lalu mengangkat bahu santai. "Bukan ancaman, hanya kenyataan. Musuhku sekarang tahu kau terlibat. Jika kau pergi, aku tidak akan repot-repot menyelamatkanmu lagi."

Dante bersiul pelan. "Sial, bos. Itu terdengar manis dan kejam dalam satu kalimat."

Kai tertawa kecil. "Selamat, Elera. Sepertinya kau resmi menjadi bagian dari kekacauan ini."

Elera menutup wajahnya dengan tangan, berusaha meredam keinginannya untuk berteriak. "Aku benci kalian semua."

Dante menepuk pundaknya dengan ekspresi terhibur. "Selamat datang di dunia kami, Dokter."

Leon menatap Elera yang masih sibuk menggerutu sambil merapikan peralatan medisnya. Nada suaranya tajam, ekspresinya penuh ketegasan, dan gerakannya cekatan. Ia bukan tipe wanita yang gentar menghadapi situasi sulit—dan itu membuatnya terasa… familiar.

Ada sesuatu tentang wanita ini. Caranya berbicara tanpa rasa takut, sorot matanya yang penuh determinasi, bahkan cara ia menatapnya seolah enggan tunduk di bawah kendali siapa pun. Leon merasa pernah melihat tatapan itu sebelumnya.

Pikirannya kembali ke lima tahun lalu—masa yang sudah lama ia kubur. Waktu itu, ia berada di ambang kehancuran, dikepung oleh musuh-musuh yang menginginkannya mati. Namun, seseorang datang di saat genting, memberikan bantuan tak terduga yang membuatnya bisa bertahan. Seorang kepala polisi… pria yang cukup berani untuk menentang sistem demi keadilan.

Matanya menyipit, menelusuri wajah Elera dengan lebih dalam. Dia tidak bisa mengingatnya dengan pasti, tetapi perasaan itu tetap ada—seakan-akan dia pernah melihat wanita ini di suatu tempat, di masa lalu yang tidak bisa ia sentuh dengan jelas.

Namun, sebelum pikirannya bisa menggali lebih dalam, Elera menoleh dengan tatapan penuh amarah. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Ada yang salah?"

Leon tersenyum kecil, menyembunyikan pikirannya. "Tidak. Hanya merasa kau sedikit terlalu berani untuk seseorang yang baru saja bertemu denganku."

Elera mendengus. "Aku tidak takut padamu, Leon."

Ya. Sama seperti pria itu.

Leon tidak menjawab, tetapi di dalam kepalanya, benih-benih ingatan mulai bersemi. Siapa sebenarnya wanita ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada, mata tajam menatap pintu kamar yang tertutup rapat.Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima daripada tempat persembunyian. Tetapi tetap saja, ia merasa seperti tahanan.Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa hidupnya berubah drastis dalam semalam. Dari seorang dokter trauma yang sibuk di rumah sakit, kini ia menjadi ‘tamu’ dalam dunia seorang pria berbahaya.Leon Santiago.Memikirkan nama itu saja sudah cukup membuatnya mendengus kesal."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya sambil memijat pelipisnya.Di luar, suara langkah kaki mendekat.Elera langsung menegang. Pintu terbuka tanpa ketukan, dan pria yang ada dalam pikirannya kini berdiri di hadapannya.Leon.Ia masih mengenakan kemeja hitamnya yang sedikit berantakan, luka di tubuhnya masih terlihat, tetapi auranya tetap tajam dan mendominasi."Kau tidak bisa terus mengunci diri di sini," ucapnya santai, seolah-olah ia sedang memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Elera Vasqeuz

    Maya mondar-mandir di ruang tamu apartemen Elera, wajahnya penuh kekhawatiran dan frustrasi. Ponselnya tergenggam erat di tangan, siap menelepon polisi kapan saja.Seharusnya mereka sudah berada di Pattaya sekarang, menikmati liburan yang telah direncanakan berbulan-bulan. Tapi nyatanya? Sahabatnya malah menghilang tanpa kabar.Klik!Suara kunci berputar.Maya langsung menoleh ke arah pintu. Begitu pintu terbuka, sosok yang sejak tadi ia tunggu akhirnya muncul."ELERA!"Ia langsung berlari dan memeluk sahabatnya erat, hampir membuat Elera kehilangan keseimbangan."Ya Tuhan, kau ke mana saja?! Aku sudah hampir gila!"Elera tersenyum tipis, membalas pelukan itu dengan tepukan pelan di punggung Maya. "Aku baik-baik saja, Ma."Namun, Maya langsung menarik diri dan menatapnya penuh selidik."Tidak! Kau tidak baik-baik saja! Kau menghilang semalaman, tidak menjawab telepon, lalu tiba-tiba kembali seperti ini?"Elera membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi sebelum ia sempat mengeluarkan satu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Rahasia Lain

    Hening.Ketegangan menggantung di udara seperti pisau yang siap menebas kapan saja. Diego Alvarez berdiri tegap di ambang pintu apartemen, tatapannya tajam menusuk langsung ke arah Leon Santiago. Tidak ada yang berbicara, tetapi setiap detik yang berlalu terasa begitu berat, membuat Elera tanpa sadar menggenggam erat koper di tangannya.Leon tetap dalam posisi santainya, kedua tangan dimasukkan ke saku celana, tetapi Elera melihat sesuatu yang berbeda—rahangnya menegang, tatapannya lebih gelap dari biasanya.Maya berdiri di samping Elera, menelan ludah dengan gugup sebelum akhirnya melangkah maju."Ayah…?"Diego akhirnya mengalihkan pandangannya ke putrinya. Wajahnya tetap tenang, tetapi ada ketegasan dalam suaranya."Maya, sayang, aku akan menjelaskan nanti. Sekarang aku perlu bicara dengan Leon."Maya mengernyit, jelas tidak puas dengan jawaban itu, tetapi akhirnya mengangguk. Tatapannya masih penuh tanda tanya, tetapi ia memilih untuk diam… untuk saat ini.Diego kembali menatap Leon

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Awal dari Kekacauan Baru

    Hening.Suasana di dalam apartemen semakin menegang saat pintu akhirnya terbuka, dan Diego melangkah masuk dengan ekspresi serius. Maya dan Elera langsung menoleh, ingin tahu apa yang baru saja dibicarakan oleh ayah Maya dan Leon di luar.Di belakang Diego, Leon berjalan masuk dengan langkah santai, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang berbeda—lebih dingin, lebih tajam, lebih bertekad.Elera merasakan firasat buruk.Maya menatap ayahnya dengan penuh selidik. "Ayah, kau bicara apa dengan dia?"Diego tidak langsung menjawab, tetapi ia menatap Leon sebelum akhirnya berkata, "Aku sudah mendengar keputusannya. Sekarang, giliran Elera yang memutuskan."Elera mengerutkan kening. "Memutuskan apa?"Leon menyelipkan satu tangan ke dalam saku celana, suara rendahnya terdengar mantap dan tak terbantahkan."Kau akan ikut denganku."Hening.Elera menatapnya dengan tidak percaya, lalu mendengus pelan. "Kau bercanda, kan?"Leon tetap menatapnya tanpa ekspresi. "Tidak. Aku tidak bercanda."Elera

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Menikahlah Denganku

    Perjalanan menuju rumah baru itu tidak berjalan dengan tenang, sama sekali tidak.Di kursi belakang, Elera duduk dengan tangan terlipat di dada, menatap Leon tajam. Sementara itu, Leon tetap bersikap santai, menanggapi setiap protesnya dengan ekspresi dingin seolah tidak peduli.Di kursi pengemudi, Dante hanya bisa menahan tawa, menikmati pertengkaran kecil yang terjadi di belakangnya."Aku tidak percaya aku harus ikut denganmu!" gerutu Elera, menggerutu untuk kesekian kalinya sejak mereka meninggalkan apartemennya.Leon tetap tenang, matanya tetap lurus ke depan. "Kau tidak punya pilihan, Dokter."Elera mendesis. "Oh, aku punya banyak pilihan, kau saja yang tidak memberikannya padaku!"Leon meliriknya sekilas sebelum kembali menatap jalan. "Kalau begitu, silakan keluar dari mobil ini sekarang juga. Lihat seberapa jauh kau bisa bertahan di luar sana dengan Sergio yang mengincarmu."Elera terdiam sejenak, tetapi bukan karena ia kalah. Lebih karena ia tahu Leon benar.Dante menyeringai d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kebingungan Elera

    Elera menatap kosong ke arah layar ponselnya, jari-jarinya masih ragu untuk mengetik. Setelah percakapan gila dengan Leon tadi, otaknya masih berusaha mencerna kenyataan bahwa pria itu benar-benar baru saja melamarnya.Melamar.Untuk menikah.Dengan dia.Elera memijat pelipisnya, menghela napas panjang. Dia butuh seseorang untuk menertawakan semua ini bersamanya, atau setidaknya, seseorang yang bisa membantunya berpikir lebih jernih.Jadi, tanpa pikir panjang lagi, dia menekan nomor Maya.Dreet. Dreet. Dreet.Panggilan tersambung hanya dalam dua detik."AKHIRNYA KAU MENELPON!" Suara Maya langsung melengking di telinganya.Elera menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak sebelum kembali mendekatkannya. "Maya, tolong, jangan berteriak—""JANGAN BERTERIAK?! ELERA VASQUEZ, KAU MENGHILANG SELAMA SEMINGGU DAN SEKARANG BARU MENELPONKU?! APA KAU TAHU SEBERAPA BANYAK PERTANYAAN YANG KUPUNYA?!"Elera menghela napas panjang, berusaha meredam emosi sahabatnya. "Maya, aku tidak punya banyak waktu un

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Musuh yang Menemukan Mereka

    Ruangan itu dipenuhi ketegangan saat Diego Alvarez menatap Leon dan Elera tanpa ekspresi. Mata tajamnya menembus mereka, seolah mencoba menilai apa yang sebenarnya terjadi.Maya duduk di sofa dengan tangan disilangkan, jelas menikmati momen ini."Jelaskan," ulang Diego dengan nada lebih dalam.Leon tetap berdiri dengan tenang, ekspresinya tidak berubah sedikit pun. "Kami datang untuk membicarakan sesuatu denganmu."Diego menaikkan satu alis, lalu menatap ke arah Elera yang sejak tadi berdiri canggung di samping Leon."Elera," suaranya lebih lembut saat berbicara padanya. "Apa kau baik-baik saja?"Elera mengangguk cepat, tetapi kemudian menelan ludah sebelum berbicara. "Paman… aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu."Diego mengisyaratkan agar mereka duduk. Elera langsung menurut, tetapi Leon tetap berdiri, memilih untuk menyandarkan tubuhnya ke tiang kayu di sisi ruangan."Apa yang ingin kau tanyakan?"Elera menggenggam tangannya sendiri, mencoba mengumpulkan keberanian. "Paman… bagaim

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Tidak Aman untuk Elera

    Suasana yang semula tegang langsung berubah menjadi alarm penuh kewaspadaan.Diego bergerak lebih dulu, menekan tombol di arlojinya, dan dalam hitungan detik, pengawal pribadinya sudah bersiaga di sekitar rumah.Leon, tanpa membuang waktu, menarik Elera ke belakang tubuhnya, sementara Maya juga merapat ke sisi ayahnya, ekspresi serius menggantikan kehebohan biasanya."Jangan keluar dulu," kata Diego dingin.Leon mengangkat pistolnya, matanya tajam menyisir ruangan seolah musuh bisa muncul kapan saja. "Dante ada di luar?" tanyanya tanpa menoleh.Diego mengangguk. "Ya. Dan aku yakin dia juga sudah menyadari sesuatu."Elera mengepalkan tangannya, jantungnya masih berdebar cepat. "Apa ini mereka?" bisiknya.Leon menoleh sedikit ke arahnya, sorot matanya penuh peringatan. "Kita tidak akan mengambil risiko untuk menganggap ini bukan mereka."Maya menelan ludah. "Astaga, ini benar-benar seperti film thriller yang kutonton tadi malam," gumamnya.Diego menoleh tajam ke putrinya. "Fokus, Maya."

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Persiapan Pulang

    Pagi itu villa terasa lebih hidup dari biasanya. Sinar matahari menembus jendela besar, menari di atas lantai kayu hangat, sementara suara burung-burung kecil dari luar menjadi latar alami yang merdu.Leon dan Elera sibuk di kamar, mengemasi barang-barang mereka ke dalam koper.Elera duduk bersila di atas tempat tidur, melipat pakaian mereka dengan rapi, sementara Leon lebih banyak mondar-mandir, memasukkan berbagai benda ke dalam tas... bahkan beberapa barang yang sebenarnya bukan milik mereka.“Leon...” Elera memanggil sambil melipat blus. “Itu sandal villa. Bukan punya kita.”Leon melirik sandal di tangannya, lalu mengangkat bahu dengan cuek.“Mereka pasti mau memberikannya sebagai kenang-kenangan. Ini sandal saksi bisu pertempuran kita.”Elera memukul bantal di sebelahnya dengan geli. “Sandal villa, Leon.”Leon tertawa kecil, akhirnya meletakkan sandal itu kembali ke raknya. Dia lalu mendekat dan berjongkok di depan Elera, merebut blus dari tangannya dan mulai membantunya melipat

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Rencana Baru di Balik Canda

    Bulan madu mereka terasa seperti dunia milik berdua, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan mereka yang penuh dengan intrik dan tantangan. Di tengah keheningan pantai yang indah, hanya suara deburan ombak yang terdengar, Elara dan Leon menikmati momen penuh kedamaian, jauh dari segala ancaman.Leon terbaring di samping Elara, menatap wajah istrinya yang kini tengah berbaring santai di atas matras besar. Tangannya melingkar di pinggang Elara, membelai lembut perutnya. Mata Leon yang penuh perhatian tak lepas dari Elara, seakan mengekspresikan sejuta kata yang tak terucapkan.Dengan senyum nakal, dia mendekatkan wajahnya ke perut Elara, mencium lembut kulitnya yang halus. "Aku sangat senang," katanya dengan suara lembut yang hampir berbisik, "jika di dalam perutmu ini akan ada adik untuk Alvario."Elara menatapnya dengan sedikit rasa terkejut, namun senyum perlahan muncul di bibirnya. "Leon..." suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya, penuh kehangatan. "Apa yang kamu katakan itu... seriu

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Jalan - jalan

    Pagi di villa terasa cerah dan damai, dengan angin laut membawa aroma asin yang menyegarkan. Setelah sarapan bersama dan menghabiskan waktu bersantai, Elera—yang sudah mengganti mood menjadi ceria dan penuh energi—mengajak Leon untuk keluar berjalan-jalan.“Aku mau beli oleh-oleh,” katanya sambil memakai topi anyaman dan kacamata hitam. “Kita nggak bisa pulang tanpa bawa cinderamata buat yang di mansion.”Leon mengangguk, berdiri dari sofa sambil menyambar kunci mobil. “Ayo. Tapi kita pilih dengan niat balas dendam, kan? Gara-gara mereka main perang di rumah.”Elera tersenyum lebar. “Tentu. Ini untuk pembalasan yang manis.”~~~~~Mereka berjalan menyusuri jalanan kecil kawasan wisata, menyapa pedagang lokal dan mencicipi sedikit jajanan khas. Lalu, masuklah mereka ke sebuah toko suvenir kecil penuh gantungan warna-warni dan barang-barang aneh yang langsung memancing tawa.Leon menunjuk sebuah miniatur kerangka dokter dengan tulisan "DR. PAIN" di dadanya. “Untuk Maya, ini cocok. Apalag

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Waktu yang Terlupa

    Pagi yang tenang menyelimuti villa tempat mereka mengasingkan diri dari dunia. Udara sejuk dari pegunungan menyusup perlahan melalui celah jendela yang dibiarkan sedikit terbuka. Tirai tipis menari pelan mengikuti hembusan angin, sementara sinar matahari pagi mengendap pelan ke dalam kamar, membentuk pola-pola hangat di atas seprai kusut yang menjadi saksi malam penuh emosi dan amarah yang akhirnya mencair menjadi keintiman yang dalam.Elera terbangun lebih dulu.Pelan-pelan, dia menoleh, matanya menatap wajah suaminya yang masih tertidur di sampingnya. Leon terlihat damai, sangat berbeda dari singa pemilik dunia bawah yang dikenal semua orang. Di sini, di sisi Elera, dia hanyalah Leon—pria yang mencintainya dengan rakus, dengan cara yang kadang membingungkan, kadang menyakitkan, tapi juga selalu membuatnya merasa... milik.Lengan Leon masih melingkari pinggangnya, menarik tubuhnya mendekat. Dada hangat pria itu menjadi sandaran pipinya semalaman. Bekas-bekas 'pertempuran' yang belum

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Sweet Escape… or Sweet Trouble?

    Di pagi yang sedikit mendung, Leon berdiri di depan pintu kamar sambil menyender malas, satu tangan menyembunyikan kotak kecil dari belakang tubuhnya. Elera yang baru saja keluar dari kamar Alva menatapnya datar."Ada apa lagi, Leon?" tanyanya curiga, rambutnya masih agak berantakan tapi tetap terlihat memukau dengan piyama satin abu-abu yang longgar.Leon mendekat, memberikan senyumannya yang bisa membuat siapa pun curiga, tapi juga sulit ditolak. “Aku ingin menebus kesalahanku,” ucapnya pelan.Elera menyilangkan tangan. “Dengan?”“Berlibur. Hanya kita berdua.”Elera mendengus kecil, lalu menatapnya seperti baru saja mendengar lelucon gagal. “Dan bagaimana dengan Alva?”Leon mengangkat alis. “Dia aman di rumah. Lagipula… mungkin dia butuh teman main. Si kecil itu bosan bermain strategi melawan orang dewasa.”Elera langsung menegang. Pipi yang sempat memerah karena implikasi halus itu langsung digantikan oleh ekspresi setengah kesal.“Jadi kamu ngajak aku honeymoon ya?” Elera mengerut

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru dan Penyesalan

    Suasana ruang rawat kembali tenang. Maya masih duduk di kursi sebelah tempat tidur, sibuk membereskan bantal sambil pura-pura tidak mendengarkan percakapan yang hendak dimulai. Kai berdiri di dekat jendela, memeluk map medis Dante dengan ekspresi datar yang selalu ia pertahankan—meski ekor matanya mencuri-curi arah ke arah Elera.Elera, dengan langkah mantap, menghampiri sisi tempat tidur Dante. Tatapannya tenang, tapi jelas membawa beban yang berat. Dante yang semula mencoba tertawa, menjadi sedikit kikuk."Dokter Elera..." gumam Dante pelan, suaranya masih serak. "Maaf… aku nggak bisa jaga Leon. Harusnya aku bisa lebih cepat lihat tanda sniper-nya, mungkin—"Elera mengangkat tangannya pelan, menyela. “Berhenti, Dante.”Tatapan dingin khas Elera itu menusuk, tapi bukan karena marah—melainkan karena terluka. Dalamnya bukan dari Dante.“Bukan salahmu. Seharusnya dia…” Elera menoleh sejenak ke arah Leon yang berdiri di belakang. “...ingat kalau dia punya aku dan Alva. Jadi, lain kali, m

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Keheningan Pagi

    Langit masih malu-malu menampakkan warna jingganya ketika Leon bangun dari sofa ruang keluarga. Bekas semalaman berpikir masih tertinggal di wajahnya—lelah, sedikit kusut, dan penuh penyesalan. Ia langsung berdiri dan melangkah cepat ke kamar Alvario.Namun, kamar itu kosong.Selimut Alva sudah rapi, boneka favoritnya duduk manis di ujung tempat tidur, dan bantal kecilnya sudah disusun dengan sempurna. Leon mengernyit, berjalan ke kamar mandi, kemudian ke kamar mereka. Sunyi. Elera tidak ada.“Elera?” panggilnya sambil membuka lemari pakaian yang sebagian sudah kosong. Tidak, bukan kosong karena pergi—tapi karena memang Elera sudah bersiap sejak dini hari.Di meja rias, ada secarik catatan kecil yang ditulis cepat dengan tulisan tangan Elera yang khas.“Ada operasi penting. Aku harus pergi lebih awal. Jangan tanya kenapa aku nggak bangunin kamu. Alva udah aku titip ke Bibi Mara.”Leon menghela napas panjang, lalu duduk di tepi ranjang, menatap tulisan itu dengan pandangan kosong. Ia t

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Rahasia yang Terungkap di Malam Hari

    Langit sore mulai meredup, dan aroma khas rumah bercampur dengan ketenangan yang hanya bisa dirasakan setelah hari yang panjang di rumah sakit. Elera baru saja tiba di mansion, rambutnya sedikit berantakan dan langkahnya tampak berat. Tapi begitu pintu masuk terbuka, hal pertama yang menarik perhatiannya adalah Leon—duduk santai di ruang tengah, satu tangan terangkat, dibalut perban tebal yang tak bisa disembunyikan meski dengan kemeja lengan panjangnya.Elera menghentikan langkah.“Leon?” suaranya penuh nada curiga.Leon menoleh pelan, seperti seseorang yang tahu dia akan dimarahi tapi memilih tetap tenang. “Kau sudah pulang, Sayang,” katanya lembut, mencoba tersenyum.Tapi Elera menatapnya tajam. “Apa yang terjadi dengan tanganmu?”Sebelum Leon sempat menjawab, Maya muncul dari arah dapur sambil mengunyah sepotong biskuit. “YA AMPUN—akhirnya kau pulang juga! Eh, ngomong-ngomong, Dante di mana sih? Biasanya dia udah ngerecokin ruang tengah dari tadi.”Leon langsung memotong sebelum E

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Warisan Darah

    Di ruang keluarga yang terasa seperti ruang strategi militer versi mini, Alvario masih asik dengan permainan strategi dan pasukan boneka-bonekanya. Tangannya kecil, tapi gerakannya terarah, seperti sudah memahami konsep “flank attack” dan “defensive barrier” dari lahir. Pion-pion mungil dari set permainan Dante berserakan, sebagian besar sudah "kalah", dan Alva kini mengarahkan tank mainannya ke sisi kiri peta dengan suara:“Dooor! Ppaang! Majuu!”Leon dan Dante tertawa kecil, tapi tawa mereka terputus saat satu pesan masuk ke ponsel keduanya bersamaan. Wajah mereka langsung berubah. Tegas. Dingin.Leon mengangkat alis ke arah Dante. “Gudang di Pelabuhan Selatan.”Dante menyeringai sinis. “Mereka mulai cari celah lagi. Sudah cukup lama mereka diam.”Leon menatap Alva sebentar—anak kecilnya masih tenggelam dalam dunia perang-perangannya sendiri. Lalu ia berbalik dan memanggil, “Mara.”Bibi Mara yang sedang membawa botol susu langsung berubah sikap. Dalam beberapa detik, apron-nya sudah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status