Pelupuk mata Odelia bergerak. Wanita itu mengerjap kala sinar matahari menyentuh wajahnya. Perlahan Odelia mulai membuka mata. Namun, kala matanya telah terbuka, dia merasakan sakit luar biasa di inti tubuh bagian bawahnya. Odelia memijat pelan bahunya. Mata wanita itu masih menyipit akibat menahan sakit.
Beberapa kali Odelia meringis menahan perih. Entah dia tak mengerti kenapa inti tubuh bagian bawahnya sangat sakit. Detik selanjutnya Odelia mulai mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Seketika kening Odelia berkerut. Memperhatikan dirinya berada di sebuah kamar bernuansa putih.
“Kenapa aku di sini?” guman Odelia cemas.
Tiba-tiba napas Odelia tercekat melihat pakaiannya tergeletak sembarangan di lantai. Dengan cepat Odelia mengalihkan pandangannya, melihat tubuhnya. Jantung Odelia nyaris berhenti melihat tubuh polosnya hanya terbalut oleh selimut tebal.
Ditambah banyaknya bercak merah yang ada di dadanya, membuat wajah Odelia semakin pucat. Odelia menggelengkan kepalanya, meyakinkan ini semua mimpi. Tapi tidak, ini adalah nyata. Ini bukanlah mimpi.
“Ya Tuhan, Apa yang sudah aku lakukan?” Wajah Odelia begitu panik dan ketakutan.
Sejenak, Odelia memikirkan apa yang terjadi padanya hingga berakhir di hotel dengan tubuh polos yang hanya terbalut oleh selimut tebal. Seketika ingatan Odelia berputar tentang dirinya yang mabuk di klub malam.
Tak hanya mabuk saja, tapi Odelia bahkan mengajak pria berkenalan hingga berakhir di ranjang. Shit! Odelia merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya tidur dengan pria asing. Patah hati ditinggal kekasih tepat di hari pernikahan yang sudah di depan mata memang membuat Odelia terpuruk.
Lihatlah sekarang, harusnya Odelia berada di ranjang berpelukan dengan Victor—calon suaminya sendiri, tapi semua impian Odelia itu lenyap kala Victor memilih wanita yang lebih kaya dan memiliki segalanya. Tidak sepertinya yang hanya karyawan biasa.
“Odelia, kau bodoh sekali. Kenapa kau mencari masalah seperti ini?” Odelia meremas kuat rambutnya. Wanita itu merasa paling bodoh karena bisa-bisanya melakukan one night stand dengan pria asing.
Odelia mengatur napasnya berusaha mencari solusi yang paling tepat. Dalam hitungan beberapa detik sebuah ide muncul dalam benak Odelia. Ide di mana tak bisa dia untuk tunda-tunda.
“Lebih baik aku pergi sekarang.” Odelia pun mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Dia yakin bahwa pria asing itu masih berada di dalam kamar mandi. Odelia memutuskan untuk segera pergi.
Pasalnya dia sangat malu kalau sampai melihat wajah pria itu. Odelia segera mengambil tasnya, lalu dengan perlahan Odelia turun dari ranjang dan hendak memunguti pakaiannya yang tergeletak sembarangan di lantai ketika tiba-tiba …
Brukkk!
“Awwww!” Odelia menjerit keras, tubuh bagian bawahnya masih terasa begitu perih dan sekarang bokongnya harus terbentur lantai. Odelia mengumpat kasar, tubuhnya kini benar-benar terasa remuk. Rasa sakit itu menjalar ke sekujur tubuhnya. Membuat Odelia kesulitan untuk bangkit berdiri.
Jeritan Odelia itu bertepatan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Tampak pria tampan melangkah keluar dari sana. Sesaat Noah mengerutkan keningnya melihat Odelia tersungkur di lantai dan terbalut oleh selimut tebal. Sepasang iris mata cokelat Noah terhunus pada Odelia dengan begitu lekat.
“Apa yang kau lakukan?” Suara berat menegur Odelia sontak membuat Odelia gelagapan. Odelia beringsut. Wanita itu menarik selimut tebal demi menutupi tubuh polosnya.
“K-Kau …!” Tenggorokan Odelia seakan tercekat melihat sosok pria tampan keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya. Tampak wajah Odelia dilanda kepanikan dan kegugupan.
Pria di hadapan Odelia itu memiliki tubuh tinggi dan gagah, dada bidang, lengan kekar, juga otot perut yang kuat. Bahkan ada tato di lengan kekar dan tubuh pria itu. Wajahnya begitu tampan, dengan rahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu. Hidungnya mancung nan indah. Pria di hadapannya itu patut dikatakan seperti Dewa Yunani.
“Kau sudah bangun rupanya?” Noah melangkah mendekat. Refleks, Odelia memundurkan tubuhnya. Dia menjadi salah tingkah kala Noah terus mendekatinya.
“Aku …” Odelia gelagapan panik. Ditambah tubuh wanita itu masih terbalut oleh selimut tebal. Sungguh memalukan! Pipi Odelia merona merah menahan rasa malu.
Tanpa memberi respon Odelia segera berdiri dengan bersusah payah dan masuk ke kamar mandi masih dengan tubuhnya terbalut selimut. Sedangkan Noah masih bergeming di tempatnya. Tatapannya tak lepas menatap Odelia yang kini berada di dalam kamar mandi. Terlihat senyuman tipis di wajah Noah terlukis.
Hingga tak lama kemudian, Odelia sudah mengganti pakaiannya. Wanita itu melangkah seraya meringis menahan perih di inti tubuh bagian bawahnya. “A-Aku harus pergi. Terima kasih untuk tadi malam. Aku harap kita tidak bertemu lagi,” ucapnya seraya menyambar ponsel dan tasnya. Lalu Odelia hendak melangkah keluar. Namun suara pria itu menghentikannya.
“Bagaimana bisa aku melupakan kejadian manis tadi malam, hm?” Noah mendekat pada Odelia. Pria itu tepat berada di punggung Odelia. Raut wajah Odelia memucat kala merasakan embusan napas hangat pria itu di tengkuk lehernya. “Kau tahu? Tadi malam kau memberikanku fantasi yang baru. Kenapa kau harus buru-buru pergi?”
Odelia menelan salivanya susah payah. Wajahnya kian memucat mendengar ucapan Noah. Benak Odelia langsung mengingat pergulatan panas dengan Noah. Shit! Odelia tak henti-hentinya merutuki kebodohan dirinya sendiri.
“A-Aku tidak memiliki waktu. Aku harus berangkat bekerja. T-tadi malam lupakan saja. K-kita bertemu tidak sengaja. Kita berdua sama-sama mabuk,” ucap Odelia cepat karena panik.
Noah tersenyum penuh arti. “Kau yang mabuk. Aku tidak mabuk. Alkohol sebanyak apa pun tidak akan membuatku lepas kendali.”
Tenggorokan Odelia seperti ada batu keras. Lidahnya kelu. Beberapa kali Odelia memejamkan matanya. Sungguh, Odelia tak menyangka kalau dirinya akan melakukan hal segila ini.
“K-kalau begitu aku yang mabuk. Aku lepas kendali. Tolong lupakan kejadian tadi malam. Tidak usah diingat-ingat lagi. Terima kasih.” Tanpa menunggu jawaban dari Noah, Odelia langsung berlari cepat meninggalkan Noah yang masih bergeming di tempatnya.
Seringai di wajah Noah terlukis melihat Odelia pergi berlari meninggalkannya. Tatapan Noah tak lepas melihat bayang-bayang Odelia yang mulai lenyap dari pandangannya. Ini pertama kalinya ada wanita yang menghabiskan malam dengannya dan langsung meninggalkannya pergi begitu saja.
Detik selanjutnya, tanpa sengaja pandangan Noah teralih pada bercak darah yang ada di seprai. Ya, Noah tak menyangka wanita yang sengaja dia minta datang untuk menemaninya adalah wanita yang masih sangat bersih. Hanya satu yang Noah pikirkan, sepertinya dia telah meniduri wanita yang tengah patah hati. Mengingat sepanjang malam wanita itu meneriaki nama pria asing.
“She's the most attractive woman that I have ever seen,” gumam Noah dengan senyuman misterius di wajahnya.
“Sial … kenapa sakit sekali.” Odelia meringis perih merasakan inti tubuh bagian bawahnya. Odelia melangkahkan kakinya memasuki perusahaan di mana wanita itu bekerja.Sepulang dari hotel, Odelia segera menuju ke perusahaan. Beruntung, Odelia memiliki pakaian cadangan di dalam mobil. Andai saja dia tak memiliki pakaian cadangan di dalam mobil, sudah pasti Odelia terpaksa harus pulang ke apartemennya.Tak mungkin Odelia berangkat ke kantor dalam keadaan dress-nya yang sudah kacau. Meski masih bisa dipakai tapi tetap saja dress yang dia pakai tadi malam sedikit robek. Pria asing itu benar-benar menyebalkan!“Odelia?” Suara Darla—rekan kerja Odelia—memanggil Odelia dengan sedikit keras. Wanita berambut pirang itu berlari menyusul Odelia yang baru saja tiba di lobby perusahaan.“Darla?” Odelia berusaha menahan rasa perihnya di titik sensitive-nya. Terutama dia bertemu dengan rekan kerjanya. Dia tidak mau sampai Darla curiga padanya yang sedari tadi meringis perih.“Odelia … apa kau tahu kab
“Kau yakin melupakan tentang kejadian tadi malam, Nona Odelia Jakson?”Tubuh Odelia meremang mendengar apa yang dikatakan oleh Noah. Bulu kuduknya merinding. Otak Odelia menjadi blank seketika. Odelia menelan saliva-nya susah payah. Wanita itu sangat tahu bahwa dirinya menjadi pusat perhatian seluruh karyawan, termasuk Direkur Utamanya. Oh, Hell! Odelia tidak tahu harus berbuat apa. Jika saja ada mesin waktu, sudah pasti Odelia lebih memilih untuk berlari menuju ke mesin waktu.“A-aku—” Napas Odelia tercekat. Ada sebuah ucapan yang ingin dia katakan, namun semuanya tertahan di tenggorokannya, dan tak mampu terucap olehnya.Noah tersenyum samar melihat kepanikan di wajah Odelia. “Kenapa kau hanya diam, Odelia? Kau tidak mau mengatakan apa pun, hm?” bisiknya serak di telinga Odelia. Suara yang terdengar begitu menggoda hingga membuat seluruh saraf di tubuh wanita itu bergejolak tak menentu.Odelia bungkam dengan tangan berkeringat dingin.“Tuan Danzel, apa Anda mengenal Odelia?” Elvina
Odelia melepaskan heels dan tasnya, lalu meletakan ke sembarangan arah. Wanita itu masuk ke dalam kamar yang sama sekali tak tertata rapi. Banyak tumpukan barang di kardus itu. Barang-barang pemberian dari mantan kekasihnya.Ya, sebelumnya Odelia telah mengemasi barang-barang hadiah dari mantan kekasihnya. Termasuk foto-foto kenangan mereka di masa lalunya dengan sang mantan kekasih. Odelia bermaksud memasukan barang-barang itu ke dalam gudang penyimpanan barang yang sudah tak terpakai.Odelia ingin melupakan semua kenangan-kenangan palsu itu, dan mengubur dalam-dalam semuanya. Tiga tahun Odelia habiskan waktunya hanya untuk pria pengecut yang sama sekali tak mencintainya dengan tulus.Jika saja sejak awal Odelia tahu sifat Viktor, maka pasti Odelia tak akan membuang waktunya bertahun-tahun hanya untuk sia-sia. Rasanya Odelia ingin menertawakan kehidupannya yang amat menyedihkan ini.Patah hati, lalu berakhir one night stand dengan CEO baru di perusahaannya.Odelia yakin takdir sangat
Odelia memejamkan mata lelah di kala sudah selesai membuat laporan yang diinginkan oleh Noah. Wanita itu nampak sangat sedih bercampur dengan kesal. Entah, Odelia merasa hidupnya benar-benar seperti tengah dikutuk.Suara dering ponsel berbunyi. Odelia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor ibunya di sana. Raut wajah Odelia berubah di kala melihat nomor telepon ibunya.Odelia terdiam sejenak. Dia memang menghindari kedua orang tuanya. Sudah sejak tiga tahun lalu, Odelia memutuskan tinggal di New York. Sedangkan kedua orang tuanya berada di Florida.Odelia mendapatkan penawaran pekerjaan di New York, lalu bertemu dengan Viktor. Sayangnya, perjalanan hidup Odelia tak sempurna seperti apa yang dia imajinasikan.“Sorry, Mom.” Odelia menggeser tombol merah menolak panggilan ibunya itu. Dia mengirimkan pesan singkat pada ibunya mengatakan dusta; tengah meeting. Terpaksa, Odelia harus berbohong. Dia tidak memiliki pilihan lain. Pasalnya, Odelia tak ingin
“Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Noah? Kenapa kau memaksaku masuk ke dalam mobilmu?” Odelia memberikan tatapan dingin dan tajam Noah yang tengah melajukan mobil.Ya, sungguh Odelia tak mengira kalau Noah akan memaksanya masuk ke dalam mobil pria itu. Benak Odelia, pria itu akan meninggalkannya di pinggir jalan, namun ternyata apa yang dirinya pikirkan salah besar. “Terlalu lama kau menunggu pihak bengkel datang menemuimu.” Noah melirik Odelia sekilas, dan melukiskan senyuman tipis. “Anyway, aku jauh lebih menyukai kau memanggil nama depanku, bukan memanggilku dengan bahasa formal.”Odelia mendesah panjang. “Noah, ini tidak lucu. Turunkan aku di pinggir jalan. Aku akan naik taksi. Kau tidak usah membantuku. Aku mampu mengurus diriku sendiri.” Senyuman kembali terlukis di wajah Noah. Rupanya wanita di sampingnya itu memang sangat keras kepala, dan menjunjung tinggi harga diri. “Kalau aku menurunkanmu di pinggir jalan, lalu ada yang melihatmu, maka orang berpikir kau sedang tra
Odelia menghempaskan tubuhnya di ranjang, dan berusaha memejamkan matanya. Wanita itu benar-benar merasa dirinya berada di dalam jurang, dan tak bisa selamat. Odelia ingin menghindari Noah Danzel, tapi bagaimana caranya? Oh, God! Odelia masih sangat membutuhkan pekerjaannya. Odelia mengatur napasnya, namun tiba-tiba sesuatu hal di dalam diri Odelia menggerakan hatinya dan memaksa otaknya untuk melakukan tindakan. Wanita itu mengambil ponselnya yang ada di sampingnya, dan melihat di internet tentang ‘Noah Danzel’.Odelia membaca berita tentang Noah—yang berisikan tentang Noah banyak berkencan dengan wanita-wanita berbeda. Mulai dari model, artis ternama, bahkan anak pengusaha besar. Pun di internet bantak beredar paparazzi yang mengambil gambar Noah diam-diam tengah berlibur dengan salah satu artis ternama.“Dia memang berengsekk,” umpat Odelia kasar dan langsung menutup internet, tak lagi melihat berita tentang Noah Danzel.“Akhh! Kenapa aku harus melihat berita pria sialan itu?” O
Noah terbangun dari tidurnya seraya memijat pelipisnya yang sedikit pusing. Perlahan mata Noah mengendar ke sekitar—menyadari bahwa dirinya berada di kamar yang bukan miliknya.Pertama kali di kala pria itu sudah membuka mata, dia tahu bahwa dirinya memang bukan di kamarnya. Aroma pengharum ruangan bercampur dengan parfume di kamar itu—sudah menjadi jawaban bahwa dia berada di kamar seorang wanita.Ya, ingatan Noah perlahan mulai terkumpul satu demi satu. Pria itu ingat dirinya mendatangi apartemen Odelia setelah dari klub malam. Pun Noah ingat dirinya mencium bibir Odelia. Namun, karena rasa kantuk tak tertahan, membuat Noah akhirnya terlelap di ranjang wanita itu.Noah tersenyum samar mengingat tadi malam. Sebenarnya, dia ingin pulang, namun karena merasakan jenuh luar biasa membuat Noah memutuskan ke apartemen Odelia. Lagi pula, hari ini adalah dirinya tak terlalu memiliki banyak pekerjaan. Jadi dia bisa sedikit lebih bersantai. Noah menoleh ke samping melihat di samping ranjangn
Jemari Noah membelai bibir ranum Odelia. Manik mata cokelat pria itu tak lepas menatap keindahan manik mata Odelia. Tatapan seperti aliran sungai yang amat tenang dan teduh—hingga membuat kenyamanan yang timbul.Posisi Odelia masih di pangkuan Noah, sama sekali belum beranjak dari sana. Ya, Odelia tak menyadari kalau ‘masih’ berada di pangkuan Noah. Sentuhan pria itu benar-benar melumpuhkannya—seakan membuat Odelia melupakan banyak hal.Odelia memiliki kulit yang sangat putih. Hanya sedikit rona di pipinya saja, sudah sangat terlihat. Jika seperti ini, maka tak akan pernah ada yang tahu bahwa Odelia adalah wanita yang tengah mengalami patah hati. Debar jantung Odelia begitu terasa. Bahkan seakan ingin melompat dari tempatnya. Dadanya yang padat dan sintal menempel di dada bidang Noah. Aroma parfume yang melekat di tubuh Noah pun sukses membuat desiran di seluruh organ Odelia.Noah menggerakan jemarinya menyentuh pipi putih mulus Odelia yang sedikit merona. “You’re so damn beautiful,