“Sial … kenapa sakit sekali.” Odelia meringis perih merasakan inti tubuh bagian bawahnya. Odelia melangkahkan kakinya memasuki perusahaan di mana wanita itu bekerja.
Sepulang dari hotel, Odelia segera menuju ke perusahaan. Beruntung, Odelia memiliki pakaian cadangan di dalam mobil. Andai saja dia tak memiliki pakaian cadangan di dalam mobil, sudah pasti Odelia terpaksa harus pulang ke apartemennya.
Tak mungkin Odelia berangkat ke kantor dalam keadaan dress-nya yang sudah kacau. Meski masih bisa dipakai tapi tetap saja dress yang dia pakai tadi malam sedikit robek. Pria asing itu benar-benar menyebalkan!
“Odelia?” Suara Darla—rekan kerja Odelia—memanggil Odelia dengan sedikit keras. Wanita berambut pirang itu berlari menyusul Odelia yang baru saja tiba di lobby perusahaan.
“Darla?” Odelia berusaha menahan rasa perihnya di titik sensitive-nya. Terutama dia bertemu dengan rekan kerjanya. Dia tidak mau sampai Darla curiga padanya yang sedari tadi meringis perih.
“Odelia … apa kau tahu kabar perusahaan saat ini?” seru Darla dengan nada yang begitu cemas, dan dilanda ketakutan hebat.
Odelia menghela napas dalam. Tentu dia tahu keadaan Gaston Group—perusahaannya di mana dia bekerja. Odelia bekerja sudah lima tahun di perusahaan ini. Dan tepatnya tiga tahun yang lalu, Odelia naik jabatan sebagai Operations Manager.
Awalnya Odelia sangat bahagia karena dia telah naik jabatan. Paling tidak kerja kerasnya membuahkan hasil. Namun, di tahun ini Odelia harus mengalami titik terendah dalam hidupnya. Perusahaan di mana dia bekerja berada di ambang keberangkutan.
Bayang-bayang pemecatan selalu berputar di kepala Odelia. Ditambah dia ditinggalkan begitu saja oleh calon suaminya yang lebih memilih wanita kaya, semua masalah yang terjadi membuat Odelia benar-benar terpuruk. Entah bagaimana cara dia untuk bertahan. Karena memang Odelia sendiri sudah merasa seperti mayat hidup. Dibuang, dicampakan, dan karir yang berantakan. Semua masalah datang bertubi-tubi di hidupnya.
“Ada apa, Darla? Apa perusahaan tidak bisa terselamatkan lagi?” tanya Odelia dengan raut wajah yang frustrasi. Sebelumnya Odelia telah berjuang agar perusahaannya bisa bertahan. Akan tetapi, semua usahanya sia-sia dan tak membuahkan hasil sedikit pun. Putus asa dan pasrah. Hanya itu yang bisa Odelia lakukan.
Darla terdiam beberapa saat. Wanita itu tampak begitu sama frustasinya seperti Odelia. Pun tatapan Darla terus menatap lekat Odelia. “Gaston Group akan diambil alih oleh Danzel Group. Aku tidak tahu apa pihak Danzel Group akan tetap memakai karyawan lama dari Gaston Group atau malah mengganti semua karyawan dengan sistem baru mereka. Tapi aku dengar CEO dari Danzel Group sangat kejam dalam memimpin perusahaan. Bahkan terakhir CEO dari Danzel Group memecat karyawannya yang melakukan sedikit kesalahan. Bagaimana ini, Odelia? Aku takut sekali dengan nasib kita.”
Odelia menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Raut wajanya semakin terlihat muram, dan dilanda ketakutan hebat. Kini Odelia memijat pelipisnya kala merasakan kepalanya benar pusing luar biasa.
Rupanya perusahaan di mana dia bekerja saat ini telah diambil alih oleh salah satu perusahaan besar. Dan entah apa mungkin perusahaan besar itu masih mau mempertahankan karyawan lama atau tidak.
Pasalnya banyak perusahaan yang mengambil alih sebuah perusahaan yang nyaris bangkrut dengan mengganti ulang sistem perusahaan lama. Dan salah satunya mengganti sumber daya manusia yang ada di perusahaan lama. Jika itu sampai terjadi, habislah hidup Odelia. Hubungan percintaan hancur. Karir pun hancur. Rasanya penderitaan yang dia alami begitu berat, dan bahkan dia tak mampu lagi bertahan.
“Aku tidak tahu, Darla. Lebih baik kita berdoa saja agar CEO dari Danzel Group mau mempertahankan kita.” Odelia berujar dengan suara pelan, dan lemah. “Yasudah, kita masuk ke dalam saja. Aku ingin segera ke ruang kerjaku.”
“Tunggu, Odelia. Kita tidak usah masuk ke dalam. Sebentar lagi CEO dari Danzel Group akan datang. Semua karyawan juga nantinya akan ke lobby,” ujar Darla memberitahu.
“CEO dari Danzel Group akan ke sini?” ulang Odelia dengan tatapan terkejut kala mendengar apa yang diucapkan oleh Darla.
Darla menganggukan kepalanya. “Iya, CEO dari Danzel Group akan ke sini. Aku juga baru diberitahu mendadak. Beruntung kau datang tepat waktu, Odelia. Tadi aku pikir kau datang terlambat.”
Odelia mendesah lega. Kalau saja dia sampai terlambat maka masalah baru akan muncul. Sesaat Odelia mengatur napasnya. Berusaha untuk tenang. Pun wanita itu segera merapikan dress berwarna mustard-nya.
Detik selanjutnya tatapan Odelia dan Darla mulai teralih pada banyaknya karyawan yang keluar dari lift, dan mulai memenuhi lobby. Tampak wajah Odelia, dan Darla pun ikut cemas. Mereka pun melihat wajah semua karyawan lainnya begitu cemas.
“Odelia … Darla … segera kalian berkumpul dengan divisi kalian masing-masing. Pimpin para team kalian.” Suara Elvina Dwyne—Direktur Utama Gaston Group.
Odelia dan Darla menganggukan kepala mereka. Lalu mereka melangkah mendekat pada team mereka masing-masing. Ya, Odelia menuju ke team departemen operasional. Sedangkan Darla menuju team departemen keuangan. Darla menjabat sebagai Finance Manager. Sama seperti Odelia, Darla pun merintih karir dari bawah. Itu kenapa Odelia dan Darla sangatlah dekat.
“Semuanya perhatian. Sebentar lagi CEO dari Danzel Group akan datang. Aku mau kalian semua menunjukan keramahan. Singkirkan wajah kecemasan kalian. Kita semua memiliki harapan yang sama yaitu bisa bertahan di perusahaan ini.” Suara Elvina—sang Direkur Utama—dengan nada yang lantang, dan tegas pada semua divisi.
“Baik, Nyonya.” Para karyawan pun menjawab serempak termasuk Odelia.
Hingga tak berselang lama, tatapan semua orang teralih pada sosok pria yang baru saja turun dari mobil sport berwarna hitam. Tampak seorang pria dengan jas berwarna navy sukses membuat semua wanita yang di area lobby menatap pria itu dengan tatapan kagum. Tubuh tinggi tegap dan wajah yang begitu tampan telah menyihir semua wanita yang ada di area lobby.
Jika semua wanita menatap sosok pria itu dengan tatapan lapar, lain halnya dengan Odelia yang menatap pria itu dengan mata yang terbelalak terkejut. Bahkan tubuh Odelia nyaris ambruk. Beruntung salah satu staff-nya menangkap tubuhnya. Andai saja tidak, maka Odelia akan sangat malu kalau sampai jatuh.
“Odelia? Kau kenapa?” Darla sedikit mendekat pada Odelia kala menatap temannya itu terlihat berbeda.
“D-Darla … pria itu—” Lidah Odelia begitu kelu. Dia tak mampu merangkai kata-kata. Terlebih sosok pria yang datang itu berada di tengah-tengah. Wajah tampan pria itu begitu terlihat jelas.
“Odelia … kau mengenal CEO Danzel Group?” tanya Darla seraya mengerutkan keningnya, menatap bingung Odelia.
‘CEO Danzel Group?’ Odelia membatin dengan wajah yang memucat.
“Odelia?” tegur Darla kala temannya itu masih juga bungkam. Tapi terlihat jelas raut wajah Odelia berubah ketika sosok pria yang merupakan CEO dari Danzel Group datang.
“Ah … tidak-tidak. Aku tidak mengenalnya.” Odelia menjawab gelagapan. Dia langsung menundukan kepalanya, tak mau melihat sosok pria itu.
“Aneh sekali.” Darla mengerutkan keningnya bingung. Melihat perubahan Odelia. Detik selanjutnya, Darla mengalihkan pandangannya pada CEO dari Danzel Group.
“Selamat pagi, Tuan Danzel.” Elvina menyapa CEO dari Danzel Group dengan sopan.
Pria itu hanya mengangguk singkat merespon sapaan Elvina. Sepasang iris mata cokelat pria itu begitu dingin dibalik wajahnya yang tegas.
Kini Elvina mengalihkan pandangannya pada seluruh karyawan yang berkumpul di lobby. “Perkenalkan di sampingku adalah Tuan Noah Danzel, CEO dari Danzel Group, dan mulai dari ini Gaston Group telah resmi diambil alih oleh Danzel Group.” Elvina berujar dengan suara tegas, dan lantangnya.
Suara tepuk tangan riuh memenuhi lobby perusahaan. Deretan para karyawan di sana membungkukan kepala mereka menyapa Noah Danzel dengan sopan, dan penuh hormat.
Namun tiba-tiba tatapan Noah teralih pada seorang wanita berambut cokelat dengan dress berwarna mustard telah sukses menarik perhatiannya. Kening Noah mengerut melihat wanita itu.
Sorot mata Noah menangkap dengan jelas tubuh sang wanita memakai dress berwarna mustard itu bergetar ketakutan. Bahkan kepala wanita itu tertunduk agar wajahnya tak terlihat. Tapi dari postur tubuh dan rambutnya, Noah seperti mengenali wanita itu.
“Siapa wanita yang memakai dress berwarna mustard itu?” tanya Noah dengan suara pelan tapi tegas pada Elvina.
Mendengar pertanyaan Noah; Elvina segera mengalihkan pandangannya melihat ke arah yang di maksud oleh Noah. “Oh, itu adalah Nona Odelia Jackson. Operations Manager di Gaston Group, Tuan,” ucapnya memberitahu.
Seringai di wajah Noah terlukis mendengar nama ‘Odelia’ seperti takdir yang sengaja mempermainkan mereka, dan sekarang mereka kembali bertemu.
“Minta dia untuk ke sini,” tukas Noah tegas.
“Anda ingin berbicara dengan Nona Odelia, Tuan?” tanya Elvina sopan.
Noah menganggukan kepalanya. “Ya, aku ingin berbicara dengannya.”
Elvina segera mengarahkan pandangannya pada Odelia yang berdiri tak jauh darinya. “Odelia kemarilah,” panggilnya tegas.
Odelia masih bergeming kala Elvina memanggilnya. Dalam hati wanita itu terus mengumpat. Terlihat kegugupan dan kepanikan melanda wanita itu.
“Hey, Odelia. Kau dipanggil. Jangan mencari masalah.” Darla menyenggol bahu Odelia untuk segera maju.
‘Sial! Sial! Sial! Kenapa bisa pria itu ada di sini?’ batin Odelia dengan wajah yang tampak cemas.
Odelia mengatur napasnya. Detik selanjutnya, Odelia memberanikan diri melangkah mendekat pada Elvina. Terlihat berkali-kali Odelia berusaha untuk tenang. Walau tak dipungkiri ketakutan begitu terlihat jelas di wajahnya.
Hingga saat Odelia tiba di depan Noah dan Elvina; Odelia masih tetap tidak mau mengangkat wajahnya. Wanita itu masih menunduk, dan tidak berani menatap Noah.
“Angkat wajahmu, Nona Jackson. Bagaimana bisa aku berbicara dengan seseorang jika wajahnya terus menunduk,” ucap Noah dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Sorot matanya terus terhunus pada Odelia yang berdiri di hadapannya.
Perlahan Odelia mulai mengangkat wajahnya. Wanita itu menelan salivanya susah payah. Jantungnya nyaris berhenti. Manik mata cokelat gelap milik pria itu sangat dia kenali. Ya, kini Noah dan Odelia saling menatap satu sama lain. Tatapan Odelia terlihat begitu panik. Sedangkan Noah sejak tadi menatapnya seperti tatapan penuh kemenangan.
“Sepertinya wajahmu tidak asing, Nona Odelia Jackson. Aku seperti pernah melihatmu sebelumnya,” ucap Noah dengan seringai di wajahnya.
Wajah Odelia memucat. Ditambah perhatian seluruh orang tertuju padanya. Terutama Elvina—sang Direktur Utama itu tak henti menatap dirinya dan Noah. Sungguh, Odelia seperti merasa tengah diadili. Jantung Odelia berpacu semakin keras. Seperti ingin melompat dari tempatnya.
Odelia segera memaksakan senyuman di wajahnya. “Tidak mungkin, Tuan. Anda pasti salah orang. Saya bahkan belum pernah melihat Anda.”
Noah mengangguk-anggukan kepalanya seolah memercayai perkataan Odelia. Kemudian, pria itu melangkah mendekat pada Odelia, dan berbisik dengan nada rendah di telinga wanita itu, “Kau yakin melupakan tentang kejadian tadi malam, Nona Odelia Jakson?”
“Kau yakin melupakan tentang kejadian tadi malam, Nona Odelia Jakson?”Tubuh Odelia meremang mendengar apa yang dikatakan oleh Noah. Bulu kuduknya merinding. Otak Odelia menjadi blank seketika. Odelia menelan saliva-nya susah payah. Wanita itu sangat tahu bahwa dirinya menjadi pusat perhatian seluruh karyawan, termasuk Direkur Utamanya. Oh, Hell! Odelia tidak tahu harus berbuat apa. Jika saja ada mesin waktu, sudah pasti Odelia lebih memilih untuk berlari menuju ke mesin waktu.“A-aku—” Napas Odelia tercekat. Ada sebuah ucapan yang ingin dia katakan, namun semuanya tertahan di tenggorokannya, dan tak mampu terucap olehnya.Noah tersenyum samar melihat kepanikan di wajah Odelia. “Kenapa kau hanya diam, Odelia? Kau tidak mau mengatakan apa pun, hm?” bisiknya serak di telinga Odelia. Suara yang terdengar begitu menggoda hingga membuat seluruh saraf di tubuh wanita itu bergejolak tak menentu.Odelia bungkam dengan tangan berkeringat dingin.“Tuan Danzel, apa Anda mengenal Odelia?” Elvina
Odelia melepaskan heels dan tasnya, lalu meletakan ke sembarangan arah. Wanita itu masuk ke dalam kamar yang sama sekali tak tertata rapi. Banyak tumpukan barang di kardus itu. Barang-barang pemberian dari mantan kekasihnya.Ya, sebelumnya Odelia telah mengemasi barang-barang hadiah dari mantan kekasihnya. Termasuk foto-foto kenangan mereka di masa lalunya dengan sang mantan kekasih. Odelia bermaksud memasukan barang-barang itu ke dalam gudang penyimpanan barang yang sudah tak terpakai.Odelia ingin melupakan semua kenangan-kenangan palsu itu, dan mengubur dalam-dalam semuanya. Tiga tahun Odelia habiskan waktunya hanya untuk pria pengecut yang sama sekali tak mencintainya dengan tulus.Jika saja sejak awal Odelia tahu sifat Viktor, maka pasti Odelia tak akan membuang waktunya bertahun-tahun hanya untuk sia-sia. Rasanya Odelia ingin menertawakan kehidupannya yang amat menyedihkan ini.Patah hati, lalu berakhir one night stand dengan CEO baru di perusahaannya.Odelia yakin takdir sangat
Odelia memejamkan mata lelah di kala sudah selesai membuat laporan yang diinginkan oleh Noah. Wanita itu nampak sangat sedih bercampur dengan kesal. Entah, Odelia merasa hidupnya benar-benar seperti tengah dikutuk.Suara dering ponsel berbunyi. Odelia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor ibunya di sana. Raut wajah Odelia berubah di kala melihat nomor telepon ibunya.Odelia terdiam sejenak. Dia memang menghindari kedua orang tuanya. Sudah sejak tiga tahun lalu, Odelia memutuskan tinggal di New York. Sedangkan kedua orang tuanya berada di Florida.Odelia mendapatkan penawaran pekerjaan di New York, lalu bertemu dengan Viktor. Sayangnya, perjalanan hidup Odelia tak sempurna seperti apa yang dia imajinasikan.“Sorry, Mom.” Odelia menggeser tombol merah menolak panggilan ibunya itu. Dia mengirimkan pesan singkat pada ibunya mengatakan dusta; tengah meeting. Terpaksa, Odelia harus berbohong. Dia tidak memiliki pilihan lain. Pasalnya, Odelia tak ingin
“Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Noah? Kenapa kau memaksaku masuk ke dalam mobilmu?” Odelia memberikan tatapan dingin dan tajam Noah yang tengah melajukan mobil.Ya, sungguh Odelia tak mengira kalau Noah akan memaksanya masuk ke dalam mobil pria itu. Benak Odelia, pria itu akan meninggalkannya di pinggir jalan, namun ternyata apa yang dirinya pikirkan salah besar. “Terlalu lama kau menunggu pihak bengkel datang menemuimu.” Noah melirik Odelia sekilas, dan melukiskan senyuman tipis. “Anyway, aku jauh lebih menyukai kau memanggil nama depanku, bukan memanggilku dengan bahasa formal.”Odelia mendesah panjang. “Noah, ini tidak lucu. Turunkan aku di pinggir jalan. Aku akan naik taksi. Kau tidak usah membantuku. Aku mampu mengurus diriku sendiri.” Senyuman kembali terlukis di wajah Noah. Rupanya wanita di sampingnya itu memang sangat keras kepala, dan menjunjung tinggi harga diri. “Kalau aku menurunkanmu di pinggir jalan, lalu ada yang melihatmu, maka orang berpikir kau sedang tra
Odelia menghempaskan tubuhnya di ranjang, dan berusaha memejamkan matanya. Wanita itu benar-benar merasa dirinya berada di dalam jurang, dan tak bisa selamat. Odelia ingin menghindari Noah Danzel, tapi bagaimana caranya? Oh, God! Odelia masih sangat membutuhkan pekerjaannya. Odelia mengatur napasnya, namun tiba-tiba sesuatu hal di dalam diri Odelia menggerakan hatinya dan memaksa otaknya untuk melakukan tindakan. Wanita itu mengambil ponselnya yang ada di sampingnya, dan melihat di internet tentang ‘Noah Danzel’.Odelia membaca berita tentang Noah—yang berisikan tentang Noah banyak berkencan dengan wanita-wanita berbeda. Mulai dari model, artis ternama, bahkan anak pengusaha besar. Pun di internet bantak beredar paparazzi yang mengambil gambar Noah diam-diam tengah berlibur dengan salah satu artis ternama.“Dia memang berengsekk,” umpat Odelia kasar dan langsung menutup internet, tak lagi melihat berita tentang Noah Danzel.“Akhh! Kenapa aku harus melihat berita pria sialan itu?” O
Noah terbangun dari tidurnya seraya memijat pelipisnya yang sedikit pusing. Perlahan mata Noah mengendar ke sekitar—menyadari bahwa dirinya berada di kamar yang bukan miliknya.Pertama kali di kala pria itu sudah membuka mata, dia tahu bahwa dirinya memang bukan di kamarnya. Aroma pengharum ruangan bercampur dengan parfume di kamar itu—sudah menjadi jawaban bahwa dia berada di kamar seorang wanita.Ya, ingatan Noah perlahan mulai terkumpul satu demi satu. Pria itu ingat dirinya mendatangi apartemen Odelia setelah dari klub malam. Pun Noah ingat dirinya mencium bibir Odelia. Namun, karena rasa kantuk tak tertahan, membuat Noah akhirnya terlelap di ranjang wanita itu.Noah tersenyum samar mengingat tadi malam. Sebenarnya, dia ingin pulang, namun karena merasakan jenuh luar biasa membuat Noah memutuskan ke apartemen Odelia. Lagi pula, hari ini adalah dirinya tak terlalu memiliki banyak pekerjaan. Jadi dia bisa sedikit lebih bersantai. Noah menoleh ke samping melihat di samping ranjangn
Jemari Noah membelai bibir ranum Odelia. Manik mata cokelat pria itu tak lepas menatap keindahan manik mata Odelia. Tatapan seperti aliran sungai yang amat tenang dan teduh—hingga membuat kenyamanan yang timbul.Posisi Odelia masih di pangkuan Noah, sama sekali belum beranjak dari sana. Ya, Odelia tak menyadari kalau ‘masih’ berada di pangkuan Noah. Sentuhan pria itu benar-benar melumpuhkannya—seakan membuat Odelia melupakan banyak hal.Odelia memiliki kulit yang sangat putih. Hanya sedikit rona di pipinya saja, sudah sangat terlihat. Jika seperti ini, maka tak akan pernah ada yang tahu bahwa Odelia adalah wanita yang tengah mengalami patah hati. Debar jantung Odelia begitu terasa. Bahkan seakan ingin melompat dari tempatnya. Dadanya yang padat dan sintal menempel di dada bidang Noah. Aroma parfume yang melekat di tubuh Noah pun sukses membuat desiran di seluruh organ Odelia.Noah menggerakan jemarinya menyentuh pipi putih mulus Odelia yang sedikit merona. “You’re so damn beautiful,
Odelia tak tenang. Hatinya selalu saja gelisah sepanjang dirinya membuatkan laporan yang akan nanti dia berikan pada Noah. Jika biasanya, Odelia mampu mengerjakan pekerjaan dengan cepat kali ini berbeda. Entah hal apa yang mengusik ketenangan Odelia. Tak mungkin dirinya tak tenang di kala Noah kedatangan tamu wanita cantik. Memangnya apa hubungannya dengan pria itu?Shit! Odelia mengumpat dalam hati merutuki kebodohannya. Dia yakin otaknya pasti sedang mengalami gangguan. Odelia nampak mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Odelia tak akan membiarkan dirinya terjebak dalam sebuah kebodohan lagi. Suara dering ponsel berbunyi. Refleks, Odelia mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang ada di atas meja. Wanita itu awalnya ingin mengabaikan, namun entah kenapa malah hatinya mendorongnya untuk melihat siapa yang menghubunginya. Pun Odelia khawatir kalau yang menghubunginya itu adalah salah satu client pentingnya. Odelia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke laya