Home / CEO / Terjerat Pesona CEO Tampan / Bab 7. Apa Kau Sudah Kehilangan Akal Sehatmu?

Share

Bab 7. Apa Kau Sudah Kehilangan Akal Sehatmu?

“Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Noah? Kenapa kau memaksaku masuk ke dalam mobilmu?” Odelia memberikan tatapan dingin dan tajam Noah yang tengah melajukan mobil.

Ya, sungguh Odelia tak mengira kalau Noah akan memaksanya masuk ke dalam mobil pria itu. Benak Odelia, pria itu akan meninggalkannya di pinggir jalan, namun ternyata apa yang dirinya pikirkan salah besar.  

“Terlalu lama kau menunggu pihak bengkel datang menemuimu.” Noah melirik Odelia sekilas, dan melukiskan senyuman tipis. “Anyway, aku jauh lebih menyukai kau memanggil nama depanku, bukan memanggilku dengan bahasa formal.”

Odelia mendesah panjang. “Noah, ini tidak lucu. Turunkan aku di pinggir jalan. Aku akan naik taksi. Kau tidak usah membantuku. Aku mampu mengurus diriku sendiri.” 

Senyuman kembali terlukis di wajah Noah. Rupanya wanita di sampingnya itu memang sangat keras kepala, dan menjunjung tinggi harga diri. “Kalau aku menurunkanmu di pinggir jalan, lalu ada yang melihatmu, maka orang berpikir kau sedang transaksi jual diri. Apa kau ingin orang berpikir buruk padamu, Odelia?” Noah membalikan ucapan Odelia.

Seketika raut wajah Odelia memucat mendengar ucapan Noah. Perkataan Noah benar. Dirinya tak mungkin turun di pinggir jalan. Jika sampai ada yang melihat, pasti orang akan berpikir buruk padanya. Terlebih mobil yang dia naiki ini adalah mobil mewah. Ah, sial! Odelia mengumpat dalam hati. Odelia membenci kondisi dirinya terjebak, menjadi dekat dengan pria sialan itu.  

“Bagaimana? Kau masih ingin aku turunkan di pinggir jalan?” Noah sengaja menanyakan ini, demi sedikit menggoda Odelia yang nampak sangat marah.

Odelia mendecakkan lidahnya kesal. “Ya sudah, kau bisa mengantarku ke apartemenku.”

Alright.” Noah menyunggingkan senyumannya, lalu menginjak pedal gas, menambah laju kecepatan mobilnya.

***

Thanks, sudah mengantarkanku pulang.” Kalimat pertama yang Odelia ucap, di kala mobil Noah memasuki lobby gedung apartemen di mana unitnya berada. Tampak Odelia sudah melepas seat belt. Sejak tadi, dia memang sudah ingin segera turun dari mobil Noah. Namun, tentu dia harus menahan diri sampai mobil Noah tiba di depan lobby apartemennya.

“Ucapan terima kasihmu, belum bisa aku terima. Harusnya kau mengajakku masuk ke dalam apartemenmu, paling tidak menawarkan teh atau kopi. Itu baru bentuk ucapan terima kasih yang tepat,” jawab Noah seraya menatap Odelia dengan tatapan penuh arti.

“Aku tidak memiliki teh atau kopi.”

“Oke, kalau begitu air putih.”

“Air putih sedang habis. Tidak ada.”

“Alkohol?”

“Demi menghemat, aku tidak membeli minuman beralkohol.”

Noah mengulum senyumannya mendengar ucapan Odelia. Pria itu tahu bahwa Odelia berbohong padanya. Odelia tak ingin dirinya mampir ke apartemen wanita itu. Well, tapi bukan Noah Danzel namanya kalau tak bisa membujuk.

“Kalau begitu, aku akan meminta asistenku membawakan minuman dan makanan ke apartemenmu.” Noah mengambil ponselnya, dan hendak menghubungi asistennya itu, namun seketika gerak Noah terhenti di kala tangan Odelia menahan tangannya.

“Noah, aku ingin istirahat. Lebih baik kau pulang,” seru Odelia semakin kesal.

Noah mendekatkan bibirnya ke bibir Odelia dan berbisik serak, “Aku akan pulang nanti. Sekarang kau izinkan aku masuk ke dalam apartemenmu. Jika tidak, maka aku akan masuk ke dalam apartemenmu tanpa izin darimu, Nona Jackson.”

Odelia mengumpat dalam hati seraya menatap tajam Noah. Sial, dirinya benar-benar terjebak. “Oke, fine. Kau boleh masuk ke apartemenku.” Dengan penuh terpaksa, akhirnya Odelia mengizinkan Noah untuk masuk ke dalam apartemennya.

Odelia lebih dulu turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam lobby apartemennya. Noah tersenyum penuh kemenangan. Detik selanjutnya, Noah turun dari mobil dan memberikan kunci mobilnya pada security. Pria itu meminta security untuk memarkirkan mobilnya.

***

Aroma lembut bunga lily menyambut indra penciuman Noah, di kala memasuki apartemen pribadi Odelia. Apartemen sederhana, namun tertata rapi. Noah menyukai kerapian di apartemen Odelia ini.

“Kau ingin minum apa?” tanya Odelia sedikit ketus.

“Bukankah tadi kau bilang kau tidak memiliki minuman?” jawab Noah sengaja meledek. Padahal dia tahu Odelia memang tengah berbohong padanya.

Odelia tak menggubris ucapan Noah. Wanita itu langsung mengambil botol wine yang ada di tempat minuman, lalu menuangkan ke dua gelas berkaki tinggi. “Berhenti meledekku, Noah. Minumlah.”

Noah mengambil gelas yang sudah diisi oleh wine, dan menyesap perlahan. “Apa mantan kekasihmu dulu sering datang ke sini?” tanyanya ingin tahu.

Odelia menatap tajam Noah. “Berhenti membahas tentang mantan kekasihku!” 

Noah terkekeh pelan melihat kemarahan Odelia. Pria itu mendekat, mengikis jarak di antaranya dan Odelia. “Di klub malam, aku lihat wajahmu sangatlah patah hati. Aku yakin kau dan kekasihmu itu sudah menjalin hubungan lama.” Noah menjeda, dan mendekatkan bibirnya ke telinga Odelia. “Tapi, sayangnya dia belum pernah memasukimu. Seperti apa gayamu dalam hubungan percintaan, Odelia? Usiamu sudah bukan anak-anak, tapi waktu itu, kau malah masih perawan. Ah, mungkin kau selalu menolak kekasihmu. Itu kenapa dia berselingkuh.”

Wajah Odelia memanas mendengar apa yang dikatakan oleh Noah. Kilat mata wanita itu sudah memerah menahan air mata. “Ya, kau benar. Aku memang kuno sampai kekasihku meninggalkanku. Tapi alasan utama kekasihku meningalkanku, bukan karena aku kuno! Ada alasan lain kenapa dia sampai meninggalkanku!”

Sebelah alis Noah terangkat. “Bisa kau katakana apa alasan utama kekasihmu meninggalkanmu?”

Tangan Odelia mengepal begitu kuat. “Bukan urusanmu! Lagi pula kenapa kau begitu tertarik pada kehidupanku?” serunya dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

Noah menarik dagu Odelia. “Kau ingin tahu kenapa aku begitu tertarik pada kehidupanmu, hm?” Noah membelai bibir ranum Odelia. “Itu semua karena dirimu. Kau tidak lupa kan? Kau mengajakku berhubungan seks, dan kau malah menyebut nama pria lain di saat kita sedang berhubungan.”

“Aku mabuk, Noah! Bisakah kau berhenti—”

Perkataan Odelia terpotong kala Noah mencium bibirnya. Tampak Odelia berontak sekuat tenaga saat Noah memagut liar bibirnya. Beberapa kali Odelia memukuli tubuh Noah, tetap saja pagutan itu tak bisa terlepas.

“Hmmmptttt!” Odelia kembali berusaha melepaskan pagutan itu.

Noah menarik tengkuk leher Odelia, memperdalam ciuman itu seraya menyelipkan tangannya ke dress Odelia, dan meremas gundukan kembar di dada gadis itu. Mata Odelia melebar di kala Noah meremas dadanya.

“Ah!” erang Odelia di sela-sela ciuman itu saat jemari Noah mengusap puncak dadanya.

Noah melepaskan pagutan itu dan tangan yang terus meremas dada Odelia. “Kau mabuk, tapi aku tidak, Odelia.” Noah mengecup leher Odelia. “Aku merindukan berada di dalammu.”

Wajah Odelia menegang. “N-Noah—”

Noah tersenyum melihat wajah tegang Odelia. Pria itu melepaskan cumbuannya sambil berbisik, “Relaks, Odelia. Aku tidak akan memasukimu lagi sekarang. Baiklah, aku harus pulang. Aku hanya ingin tahu di mana kau tinggal.” Noah mengecup bibir Odelia, lalu melangkah pergi meninggalkan wanita itu—dengan wajah yang menyeringai puas.

Odelia merapikan dress-nya yang berantakan akibat Noah. Raut wajah wanita itu memerah, menunjukkan jelas rasa malunya. “Berengsekk!” umpatnya kasar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status