“Odelia, maafkan aku kita harus membatalkan pernikahan kita. Aku sudah memutuskan memilih wanita lain. Sejak awal keluargaku kurang menyukaimu. Aku tidak mau menentang mereka, Odelia. Maafkan aku.”Odelia menenggak kasar vodka yang ada di tangannya hingga tandas. Dia mengumpat kala pikirannya masih terngiang perkataan calon suaminya yang meninggalkan dirinya dan memilih wanita lain. Rasanya, Odelia ingin menertawakan kebodohannya, menjalin hubungan hampir tiga tahun pada pria itu tapi dia tidak benar-benar mengetahui sifatnya.“Berikan aku vodka lagi,” ucap Odelia pada sang Bartender.Sang Bartender tampak ragu memberikan minuman karena melihat Odelia sudah benar-benar mabuk. Namun Odelia terus memintanya paksa. Akhirnya, Sang Bartender pun memberikan kembali vodka yang dipesan Odelia.Odelia langsung menegak kembali minumannya. Entah sudah berapa gelas dia minum. Dia sungguh tidak peduli, dirinya mabuk. Minum adalah hal yang terbaik saat ini. Hanya dengan minum, Odelia jauh lebih sed
Pelupuk mata Odelia bergerak. Wanita itu mengerjap kala sinar matahari menyentuh wajahnya. Perlahan Odelia mulai membuka mata. Namun, kala matanya telah terbuka, dia merasakan sakit luar biasa di inti tubuh bagian bawahnya. Odelia memijat pelan bahunya. Mata wanita itu masih menyipit akibat menahan sakit.Beberapa kali Odelia meringis menahan perih. Entah dia tak mengerti kenapa inti tubuh bagian bawahnya sangat sakit. Detik selanjutnya Odelia mulai mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Seketika kening Odelia berkerut. Memperhatikan dirinya berada di sebuah kamar bernuansa putih.“Kenapa aku di sini?” guman Odelia cemas.Tiba-tiba napas Odelia tercekat melihat pakaiannya tergeletak sembarangan di lantai. Dengan cepat Odelia mengalihkan pandangannya, melihat tubuhnya. Jantung Odelia nyaris berhenti melihat tubuh polosnya hanya terbalut oleh selimut tebal.Ditambah banyaknya bercak merah yang ada di dadanya, membuat wajah Odelia semakin pucat. Odelia menggelengkan kepalanya,
“Sial … kenapa sakit sekali.” Odelia meringis perih merasakan inti tubuh bagian bawahnya. Odelia melangkahkan kakinya memasuki perusahaan di mana wanita itu bekerja.Sepulang dari hotel, Odelia segera menuju ke perusahaan. Beruntung, Odelia memiliki pakaian cadangan di dalam mobil. Andai saja dia tak memiliki pakaian cadangan di dalam mobil, sudah pasti Odelia terpaksa harus pulang ke apartemennya.Tak mungkin Odelia berangkat ke kantor dalam keadaan dress-nya yang sudah kacau. Meski masih bisa dipakai tapi tetap saja dress yang dia pakai tadi malam sedikit robek. Pria asing itu benar-benar menyebalkan!“Odelia?” Suara Darla—rekan kerja Odelia—memanggil Odelia dengan sedikit keras. Wanita berambut pirang itu berlari menyusul Odelia yang baru saja tiba di lobby perusahaan.“Darla?” Odelia berusaha menahan rasa perihnya di titik sensitive-nya. Terutama dia bertemu dengan rekan kerjanya. Dia tidak mau sampai Darla curiga padanya yang sedari tadi meringis perih.“Odelia … apa kau tahu kab
“Kau yakin melupakan tentang kejadian tadi malam, Nona Odelia Jakson?”Tubuh Odelia meremang mendengar apa yang dikatakan oleh Noah. Bulu kuduknya merinding. Otak Odelia menjadi blank seketika. Odelia menelan saliva-nya susah payah. Wanita itu sangat tahu bahwa dirinya menjadi pusat perhatian seluruh karyawan, termasuk Direkur Utamanya. Oh, Hell! Odelia tidak tahu harus berbuat apa. Jika saja ada mesin waktu, sudah pasti Odelia lebih memilih untuk berlari menuju ke mesin waktu.“A-aku—” Napas Odelia tercekat. Ada sebuah ucapan yang ingin dia katakan, namun semuanya tertahan di tenggorokannya, dan tak mampu terucap olehnya.Noah tersenyum samar melihat kepanikan di wajah Odelia. “Kenapa kau hanya diam, Odelia? Kau tidak mau mengatakan apa pun, hm?” bisiknya serak di telinga Odelia. Suara yang terdengar begitu menggoda hingga membuat seluruh saraf di tubuh wanita itu bergejolak tak menentu.Odelia bungkam dengan tangan berkeringat dingin.“Tuan Danzel, apa Anda mengenal Odelia?” Elvina
Odelia melepaskan heels dan tasnya, lalu meletakan ke sembarangan arah. Wanita itu masuk ke dalam kamar yang sama sekali tak tertata rapi. Banyak tumpukan barang di kardus itu. Barang-barang pemberian dari mantan kekasihnya.Ya, sebelumnya Odelia telah mengemasi barang-barang hadiah dari mantan kekasihnya. Termasuk foto-foto kenangan mereka di masa lalunya dengan sang mantan kekasih. Odelia bermaksud memasukan barang-barang itu ke dalam gudang penyimpanan barang yang sudah tak terpakai.Odelia ingin melupakan semua kenangan-kenangan palsu itu, dan mengubur dalam-dalam semuanya. Tiga tahun Odelia habiskan waktunya hanya untuk pria pengecut yang sama sekali tak mencintainya dengan tulus.Jika saja sejak awal Odelia tahu sifat Viktor, maka pasti Odelia tak akan membuang waktunya bertahun-tahun hanya untuk sia-sia. Rasanya Odelia ingin menertawakan kehidupannya yang amat menyedihkan ini.Patah hati, lalu berakhir one night stand dengan CEO baru di perusahaannya.Odelia yakin takdir sangat
Odelia memejamkan mata lelah di kala sudah selesai membuat laporan yang diinginkan oleh Noah. Wanita itu nampak sangat sedih bercampur dengan kesal. Entah, Odelia merasa hidupnya benar-benar seperti tengah dikutuk.Suara dering ponsel berbunyi. Odelia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor ibunya di sana. Raut wajah Odelia berubah di kala melihat nomor telepon ibunya.Odelia terdiam sejenak. Dia memang menghindari kedua orang tuanya. Sudah sejak tiga tahun lalu, Odelia memutuskan tinggal di New York. Sedangkan kedua orang tuanya berada di Florida.Odelia mendapatkan penawaran pekerjaan di New York, lalu bertemu dengan Viktor. Sayangnya, perjalanan hidup Odelia tak sempurna seperti apa yang dia imajinasikan.“Sorry, Mom.” Odelia menggeser tombol merah menolak panggilan ibunya itu. Dia mengirimkan pesan singkat pada ibunya mengatakan dusta; tengah meeting. Terpaksa, Odelia harus berbohong. Dia tidak memiliki pilihan lain. Pasalnya, Odelia tak ingin
“Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Noah? Kenapa kau memaksaku masuk ke dalam mobilmu?” Odelia memberikan tatapan dingin dan tajam Noah yang tengah melajukan mobil.Ya, sungguh Odelia tak mengira kalau Noah akan memaksanya masuk ke dalam mobil pria itu. Benak Odelia, pria itu akan meninggalkannya di pinggir jalan, namun ternyata apa yang dirinya pikirkan salah besar. “Terlalu lama kau menunggu pihak bengkel datang menemuimu.” Noah melirik Odelia sekilas, dan melukiskan senyuman tipis. “Anyway, aku jauh lebih menyukai kau memanggil nama depanku, bukan memanggilku dengan bahasa formal.”Odelia mendesah panjang. “Noah, ini tidak lucu. Turunkan aku di pinggir jalan. Aku akan naik taksi. Kau tidak usah membantuku. Aku mampu mengurus diriku sendiri.” Senyuman kembali terlukis di wajah Noah. Rupanya wanita di sampingnya itu memang sangat keras kepala, dan menjunjung tinggi harga diri. “Kalau aku menurunkanmu di pinggir jalan, lalu ada yang melihatmu, maka orang berpikir kau sedang tra
Odelia menghempaskan tubuhnya di ranjang, dan berusaha memejamkan matanya. Wanita itu benar-benar merasa dirinya berada di dalam jurang, dan tak bisa selamat. Odelia ingin menghindari Noah Danzel, tapi bagaimana caranya? Oh, God! Odelia masih sangat membutuhkan pekerjaannya. Odelia mengatur napasnya, namun tiba-tiba sesuatu hal di dalam diri Odelia menggerakan hatinya dan memaksa otaknya untuk melakukan tindakan. Wanita itu mengambil ponselnya yang ada di sampingnya, dan melihat di internet tentang ‘Noah Danzel’.Odelia membaca berita tentang Noah—yang berisikan tentang Noah banyak berkencan dengan wanita-wanita berbeda. Mulai dari model, artis ternama, bahkan anak pengusaha besar. Pun di internet bantak beredar paparazzi yang mengambil gambar Noah diam-diam tengah berlibur dengan salah satu artis ternama.“Dia memang berengsekk,” umpat Odelia kasar dan langsung menutup internet, tak lagi melihat berita tentang Noah Danzel.“Akhh! Kenapa aku harus melihat berita pria sialan itu?” O