Bab 3. Lost Memory

Joy menunggu di dekat pelabuhan. Dia mengawasi para tamu yang turun dari atas kapal dari jarak yang cukup jauh. Dia sangat berharap Harmoni dapat melarikan diri setelah melewatkan malam tak menyenangkan itu dengan Aiken Smith.

Tidak seharusnya dia salah orang, tapi siapa yang bisa membedakan antara Aiken dan Archer? Mereka berdua kembar identik yang memiliki rupa sama sehingga membuat siapapun sulit membedakan mereka berdua tapi dia pernah mendengar gosip, jika Archer seperti seorang idiot sedangkan Aiken tidak.

Seharusnya dia meminta video kepada Harmoni bukannya sebuah foto karena dengan sebuah foto, akan sulit membedakan mereka berdua tapi dia juga tidak tahu seidiot apa Archer Smith.

Joy memantau menggunakan sebuah teropong. Dia melihat satu persatu orang yang turun dari atas kapal yacht itu tapi dia belum melihat keberadaan Harmoni. Dia juga berusaha mencari keberadaan Aiken, tapi pria itu pun tidak terlihat.

Ke mana sebenarnya Harmoni pergi? Apa telah terjadi sesuatu dengannya setelah kejadian semalam? Dia justru khawatir, Aiken telah membunuh Harmoni dan membuangnya ke tengah laut. pria itu tidak mungkin membiarkan orang yang hendak menghabisi nyawanya tapi apakah Harmoni benar-benar telah terbunuh?

***

Ombak yang begitu besar, menerjang bibir pantai dan menerjang dua sosok manusia yang sedang terbaring di atas pasir laut yang putih bersih. Mereka sudah pasti Harmoni dan Aiken.

Mereka berdua terdampar di sebuah pulau setelah ombak menggulung dengan keras dan menghempaskan mereka di sebuah pulau kosong tak berpenghuni. Mereka berdua pun dalam keadaan tak sadarkan diri.

Ombak yang menerjang kembali menghantam tubuh mereka dan pada saat itu, Aiken mulai mendapatkan kesadarannya kembali.

Kepalanya begitu sakit, seluruh tubuh terasa remuk. Dia berusaha untuk mengumpulkan kekuatan untuk menyeret tubuhnya menuju sisi pantai. Beruntungnya tidak ada luka serius yang dia dapatkan meski tenaganya habis karena harus melawan ombak.

Aiken berusaha mengangkat tubuhnya. Dia pun melihat sekitar. Pulau yang begitu asing, sepertinya dia berada di pulau tak berpenghuni tapi apakah dia hanya seorang diri?

Dia melihat ke arah bibir pantai dan mendapati Harmoni masih berada di sana. Tubuhnya terombang-ambing diterjang oleh ombak laut. Rasanya tidak ingin memperdulikan wanita itu tapi dia justru tidak tega.

Dia bergegas menghampiri Harmoni untuk melihat apakah wanita itu masih hidup atau tidak.

“Hei, apa kau masih hidup?” Aiken membalikkan tubuh Harmoni. Dia memeriksanya dan rupanya Harmoni masih bernafas meski lemah. Kepalanya pun mengeluarkan darah karena ada sebuah luka di sana.

Dengan susah payah Aiken menarik Harmoni sampai ke tempat kering. Dia juga merobek bajunya untuk menutupi luka yang ada di kepala Harmoni.

“Hei, sadarlah!” Aiken menepuk wajahnya, “Jika kau tidak juga sadar maka aku akan meninggalkanmu seorang diri di sini!” Dia kembali menepuk wajah Harmoni.

“Sakit,” Harmoni menggerakkan kepalanya. Melihat itu membuat Aiken duduk di atas pasir dan menghela nafasnya lega. Setidaknya wanita itu tidak mati di sana

“Kau benar-benar merepotkan. Aku tidak pernah berbaik hati pada seorang pembunuh bayaran sebelumnya!” Dia meraba saku celana untuk mengambil rokoknya tapi sayang, dia tidak menemukan apa pun karena dia tidak membawa apa pun akibat diserang oleh Harmoni.

“Sial!” Dia harap anak buahnya segera menemukan keberadaannya.

“Dingin!” Harmoni memeluk tubuhnya. Dia mulai menggigil. Aiken hanya memandangi dirinya tanpa melakukan apa pun. Apakah dia harus membantu pembunuh bayaran itu?

Dia tidak bergeming, hatinya tidak tergerak sama sekali meskipun Harmoni terus mengeluh kedinginan. Dia bisa melihat, bibir Harmoni telah membiru.

Dia tidak peduli, tidak boleh peduli tapi semua itu kalah oleh rasa iba. Aiken kembali mengumpat, mau tidak mau dia menarik tubuh Harmoni lalu memeluknya. Hanya kali ini saja dia berbaik hati tapi setelah keadaan wanita itu membaik, maka dia akan melemparkannya ke dalam laut dan menjadikannya sebagai umpan untuk ikan hiu.

Harmoni memeluknya dengan erat, dia tampak bergumam dan mengatakan sesuatu.

“Jangan tinggalkan aku, Kakak. Aku menyayangimu, tolong jangan tinggalkan aku!” Air matanya jatuh, Harmoni semakin memeluk Aiken dengan erat.

Dia kembali menggumamkan hal yang sama. Ekspresi wajahnya terlihat sedih seolah-olah telah terjadi hal buruk dengan kakaknya.

“Jangan tinggalkan aku, kakak!”

“Aku bukan kakakmu!” Ucap Aiken kesal. Tidak bisa, mereka berdua tidak bisa terlalu lama berada di tempat itu karena mereka akan segera mati. Tidak ada makanan, tidak ada persediaan minuman. Mereka akan mati kelaparan dan kehausan di pulau itu.

Sekarang dia ingin mengumpulkan tenaga dan setelah itu dia harus mencari cara untuk mendapatkan air bersih. Dia yakin anak buahnya akan menemukan mereka.

Aiken memilih beristirahat sambil memeluk Harmoni yang kedinginan. Dia memberikan hangat tubuhnya untuk gadis itu. Mereka berdua puntertidur cukup lama tanpa menyadari jika matahari telah terbenam.

Aiken terbangun karena mendengar teriakan Harmoni. Sebelum dia sadar, sebuah pukulan mendarat di wajahnya.

“Siapa kau?” Harmoni berteriak sambil memundurkan tubuhnya. Dia juga memeriksa keadaannya dan terlihat ketakutan.

“Siapa kau, kenapa aku bisa bersamamu dan di mana ini?” Dia tampak kebingungan melihat sekitar yang tampak asing. Harmoni juga memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Kenapa dia tidak mengingat apa pun?

“Jangan pura-pura bodoh, Harmoni. Apa ini cara seorang pembunuh bayaran untuk menipu mangsanya?”

“Apa?” Gadis itu benar-benar tak mengerti dengan apa yang Aiken katakan.

“Sudah aku katakan, jangan pura-pura bodoh. Sekarang katakan padaku, siapa yang telah membayarmu?”

“Ka-kau sedang membicarakan apa?”

“Jangan pura-pura bodoh!” Aiken beranjak, saatnya menjadikan gadis itu sebagai umpan ikan.

“Kepalaku sakit, aku tidak mengingat apa pun. Siapa kau dan siapa aku? kenapa kita berdua bisa berada di tempat ini dan apa yang terjadi sebenarnya?"

"Apa?" Aiken memandanginya dengan kedua mata melotot. Apa wanita itu kehilangan ingatannya? Mereka berdua justru saling pandang. Harmoni benar-benar seperti orang bodoh yang tak dapat mengingat apa pun. Itu karena kepalanya dihantam karang begitu keras sehingga membuatnya kehilangan ingatannya.

“Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Apa yang telah terjadi dan kenapa kita bisa berada di sini?” Dia berusaha mengingat tapi dia tak dapat mengingat apa pun.

“Kenapa kau tidak menjawab?” Harmoni kembali bertanya padanya karena Aiken diam saja?

"Kau tidak ingat siapa dirimu?"

"Tidak, memangnya siapa aku dan kau?" Harmoni memandanginya, "Kau siapa?" Dia kembali bertanya.

Senyuman tipis terukir di wajah. Bagus, umpan ikannya akan menjadi umpan buaya setelah ini.

“kau adalah istriku, Harmoni.”

“Apa?” Kedua mata Harmoni terbelalak.

“Kau adalah istriku, Harmoni. Kita berdua terdampar di Pulau ini karena aku menolongmu yang terjatuh di dalam laut,” Dia sengaja berdusta karena dia ingin tahu siapa yang telah memerintahkan Harmoni untuk membunuh adiknya.

Jika Harmoni bersama dengannya, dia yakin pembunuh itu pasti akan datang mencari Harmoni. Dia ingin lihat, siapa yang telah berani menantang dirinya?

“Ka-kau suamiku?” Harmoni terlihat tidak mempercayai apa yang dia katakan.

“Ya, aku suamimu!” Aiken menariknya mendekat dan memeluknya seolah-olah mereka berdua benar-benar suami istri. Tunggu saja, selama Harmoni bersama dengannya dia pasti akan menemukan dalangnya.