Kembalinya Joy membuat mereka lebih serius. Harmoni selalu mendapatkan informasi dari Joy dan tak hentinya dia meminta Joy untuk berhati-hati. Dia pun sedang menunggu kabar dari Stuart. Dia ingin tahu apakah Stuart telah berhasil mengamankan keluarga Joy atau tidak karena dia harus menyampaikan kabar itu pada sahabat baiknya. Joy perlu berkonsentrasi supaya Denzel tidak mencurigai dirinya. Jika keluarganya sudah diamankan maka Joy dapat berkonsentrasi dengan penuh. "Bagaimana, Harmoni. Apa keluargaku sudah berhasil diamankan?" Sebentar lagi dia akan pergi ke markas karena Denzel memintanya untuk datang. "Tunggulah sebentar lagi, aku yakin Stuart akan segera memberi aku kabar!" "Kau tahu, aku sangat berharap pria itu dapat meyakinkan keluargaku dan membawa mereka pergi!" Terus terang saja dia khawatir keluarganya tidak mempercayai Stuart. "Jika kau mencemaskan hal itu, kenapa kau tidak menghubungi Stuart saja? Bukankah kalian sudah saling bertukar nomor ponsel?" "A-ak
Joy bertugas meretas sistem milik Danzel untuk menemukan nama orang yang hendak membunuh Archer.Dia harus menemukan identitas orang itu terlebih dahulu sebelum dia pergi melakukan misinya dengan Danzel dan anak buahnya. Joy melakukannya ketika tidak ada siapapun yang bersama dengannya. Dia harus berhati-hati dan tidak hanya itu saja, dia telah memasang CCTV agar Harmoni dapat memantau tempat itu. Sebuah earphone telah terpasang di telinganya. Dia melihat situasi terlebih dahulu dan setelah itu dia mengendap dengan perlahan menuju ruangan Danzel. Dia kembali memasang CCTV setiap kali dia melewati lorong. Dia berhenti dan bersembunyi ketika mendengar suara orang berbicara. "Kamera ke-5 sudah terpasang, apa kalian sudah bisa melihatnya?" Joy bertanya pada Harmoni yang sedang mengawasi dan sedang berbicara dengannya. "Roger!" Mereka telah melihat rekaman dari kamera ke-5 yang baru saja dipasang. Harmoni sedang bersama dengan Aiken. Dia bukan ahli dalam bidang itu jadi dia memerluka
“Apa yang kau lakukan, Joy?” Danzel mencurigainya. Dia tahu Joy baru saja dari ruangannya.“A-aku mencarimu, Sir,” Joy berusaha menenangkan diri. “Kau mencariku, untuk apa?” Danzel memandangi tas yang dibawa oleh Joy. Firasatnya mengatakan jika anak buahnya itu telah melakukan sesuatu. “Aku hanya ingin memberikan laporan kepadamu jika situasi sudah cukup aman. Kita sudah bisa menjalankan rencana kita.”“Baiklah, pergilah berkumpul dengan yang lain. sebentar lagi kita akan menuju lokasi!”“Baik, Sir,” Joy melangkah pergi, melewati dirinya.Tatapan mata Danzel Mengikuti Joy. Entah kenapa dia curiga dengan anak buahnya itu. Gerak-geriknya terlihat mencurigakan. Terus terang saja, dia mulai meragukan Joy. Apakah ada yang pernah melarikan diri setelah ditangkap oleh Aiken Smith? “Sir, apa kau tidak menaruh rasa curiga terhadap dirinya?” Tanya orang kepercayaannya yang selalu bersama dengannya.“Entahlah. Aku rasa dia memang harus dicurigai," dia semakin meragukan Joy saja. “Sebaikny
Danzel hanya mengawasi dari jauh. Dia mempercayai para anak buahnya untuk melakukan misi itu. Bagaimanapun dia adalah pemilik organisasi jadi dia tidak pernah terlibat secara langsung dalam misi yang dijalankan. Dia hanya perlu menunggu kabar baik dari para anak buahnya. Dia pastikan semuanya dapat berjalan dengan lancar. Dia juga memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memantau joy. Sudah banyak orang berkerumun di tempat bersejarah itu karena wakil Presiden akan berorasi di sana. Rencana itu tentu saja bukan direncanakan satu atau dua bulan sebelumnya tapi telah direncanakan oleh Danzel begitu lama. Dia mendapatkan bayaran yang cukup besar untuk misi itu. Setiap misi yang dia dapatkan tentu mempertaruhkan reputasinya. Tidak saja dituntut untuk berhasil tapi dia pun tidak boleh mengecewakan klien yang mempercayai dirinya dalam misi tersebut. Dia memantau melalui CCTV yang telah diretas oleh Joy. Tugas Joy adalah menunjukkan pada Danzel apa yang terjadi di tempat itu tapi
Telepon berdering, Danzel tampak frustasi. Dia tahu itu pasti dari kliennya yang melihat kejadian itu karena berita itu disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi.Anak buahnya sedang membuat kekacauan. Mereka menyerang semua orang yang ada di sana dan menargetkan sang wakil presiden. Kepanikan orang-orang membuatnya kesulitan melihat musuh tapi itu berapa saat saja karena secara tidak terduga, anak buahnya diserang oleh sekelompok orang yang muncul secara tiba-tiba.Kedua mata melotot, Danzel terkejut melihat itu tapi yang membuatnya lebih terkejut adalah kemunculan Aiken dan Harmoni yang menyerang anak buahnya.“Kurang ajar!” Danzel memukul meja. Dia berusaha berbicara dengan anak buahnya tapi suara mereka tidak terdengar jelas.“Joy, apa kau mendengar aku?!” Dia mencari Joy tapi dia juga tak bisa mendengar suara Joy. Lama-lama rekaman mulai kacau. Itu karena Joy yang mengacaukannya supaya Danzel tidak melihat terlalu jauh apa yang dia lakukan.Danzel kembali mengump
Anak buahnya sudah tidak bisa menjawab tapi sambungan telepon mereka masih tersambung. Danzel dapat mendengar suara ledakan juga beberapa letusan senjata api. Dia mencoba memanggil orang kepercayaannya tapi tidak ada lagi jawaban.Tiba-tiba saja suasana menjadi hening. Yang terdengar hanya laju mobil saja. Tidak ada yang menyadari jika ponsel anak buahnya terpental di sisi jalan dan berada di rerumputan.“Apa kau mendengar aku, Tom?!” Danzel berteriak, memanggil orang kepercayaannya itu.Dia melakukannya cukup lama sampai akhirnya dia tak mau melakukannya lagi dan mengumpat penuh emosi.“Kurang ajar!” Ponsel dilempar, benda itu membentur dinding hingga hancur berkeping-keping.Semua gara-gara Joy. Dia tidak akan membiarkan wanita itu hidup dengan nyaman setelah menghancurkan seluruh rencananya. Dia pun akan menghancurkan Harmoni yang telah begitu berani mengkhianati dirinya.Danzel keluar dari ruangan. Dia memerintahkan anak buahnya yang tersisa untuk mengikuti dirinya. Saatnya mela
Tom masih saja tidak mau memberitahu siapa yang telah membunuh Kakak Harmoni. Dia berusaha mempertahankan kesetiaannya agar dia tidak menghianati Danzel. Harmoni semakin kesal dibuatnya. Dia memecut tubuh pria itu dengan tali cambuk berdiri. Dia bahkan memerintahkan anak buah Aiken untuk membantunya. Dia harus mendapatkan jawaban akan kematian kakaknya. Segala cara akan dia lakukan untuk mendapatkan informasi itu. Pada"Kau tidak akan mendapatkan apa pun, Harmoni. Aku tidak akan pernah memberitahu dirimu siapa yang telah membunuh kakakmu!" Dia berteriak setelah mendapatkan satu cambukan dari anak buah Aiken"Kau tidak akan mati dengan mudah. Aku bersumpah tidak akan membiarkan kau mati dengan mudah.""Aku tidak peduli! Ha... Ha... Ha!" Dia justru tertawa terbahak walaupun dia kembali mendapatkan cambukan. "Aku masih ingat bagaimana dengan keadaannya dulu. Kami semua mengeroyoknya dan memukulnya sampai babak belur. Dia memohon pada kami untuk tidak membunuhnya tapi apa kau tahu apa
Hujan mengguyur dengan begitu deras pada malam itu. Begitu mengetahui lokasi keberadaan jasad kakaknya, Harmoni langsung bergegas pergi ke lokasi yang Tom tunjukkan.Markas itu telah kosong karena telah ditinggalkan oleh Danzel dan anak buahnya. Rupanya pria itu bergerak dengan cepat untuk melarikan diri padahal mereka sudah membawa beberapa anak buah untuk menangkapnya. Dia tahu Danzel bukanlah orang bodoh yang akan duduk diam menunggu kematian mendatangi dirinya.Setidaknya mereka tidak perlu bersusah payah walaupun sangat disayangkan karena mereka gagal menangkap Danzel hari itu juga.Di bawah guyuran hujan yang begitu deras, anak buah Aiken berusaha keras menggali tanah untuk menemukan keberadaan jasad Kakak Harmoni. Terdapat tiga pohon besar di belakang markas dan mereka tidak tahu yang mana.Tidak ingin menerka membuat Aiken memerintahkan anak buahnya untuk segera menggali. Dia juga memerintahkan Stuart untuk membawa alat berat supaya mereka tidak menghabiskan waktu terlalu ba
Semua puing sudah dibongkar, mereka tidak juga menemukan Harmoni. Jasadnya tidak ada, jejak kematiannya pun tidak ada. Mereka menghabiskan waktu belasan jam untuk mencari tapi nihil. Hujan mulai mengguyur. Cuaca tidak mendukung dan semua anak buahnya mulai kelelahan.Joy tidak mau dibawa ke rumah sakit, dia tetap bertahan di sana karena dia ingin tahu bagaimana dengan nasib Harmoni. Dia masih berharap ada keajaiban tapi sudah lama mereka mencari, tidak ada tanda-tanda mereka akan menemukan Harmoni walau serpihan tubuhnya saja. "Berhenti mencari!" Perintah yang diucapkan oleh Aiken mengejutkan Joy. "Apa maksudmu? Apa kau menyerah?""Tidak ada gunanya, mereka sudah kelelahan tapi tidak ada hasil!""Harmoni masih hidup, kau tidak boleh berhenti mencarinya!" Joy merangkak mendekatinya, dia harap pria itu tidak menyerah. Aiken tidak menjawab. Apa lagi yang bisa mereka lakukan? Hampir semua puing sudah disingkirkan tapi tidak ada yang mereka temukan. Aiken melangkah pergi, dengan peras
“Harmoni!” Joy berteriak dengan keras setelah ledakan itu terjadi.Api membumbung tinggi, membakar apa saja yang ada di dekatnya. Setelah ledakan itu, mereka harus melarikan diri dan melindungi diri agar mereka tidak terkena ledakan senjata peluru yang mengarah ke sembarang tempat.Beberapa pistol tertembak secara otomatis akibat panas dan beberapa ledakan kembali terjadi.Joy meringkuk dalam persembunyian. Dia tak berhenti menyebut nama Harmoni karena dia tidak yakin sahabatnya itu bisa selamat akibat ledakan yang bertubi-tubi.“Mana Harmoni, Katakan padaku!” Aiken mendesaknya agar memberi tahu dimana Harmoni berada. Dia masih belum tahu jika Harmoni berada di dalam ruangan yang meledak karena Joy belum mengatakannya secara rinci. Joy hanya menggeleng. Dia tak sanggup mengatakan jika Harmoni berada di dalam ruangan itu yang sudah hancur berkeping-keping akibat ledakan. Sangat mustahil bagi Harmoni untuk selamat dan jika sampai hal itu terjadi, itu terjadi karena sebuah keajaiban.
Kedatangan Aiken benar-benar tidak terduga. Danzel bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi. Pria itu menerjang masuk, menyerang anak buahnya yang melawan. Sungguh kurang ajar, rupanya Harmoni membawa pria itu serta.Harmoni menyeret tubuhnya dengan susah payah untuk mendekati Joy. Selagi Danzel sibuk, dia harus membebaskan sahabatnya itu. Walaupun keadaannya sudah babak belur dan tak memungkinkan tapi dia tetap berusaha.Dia bahkan berteriak ketika mengangkat tubuhnya agar dapat berdiri. Rasa sakit di seluruh tubuh, dia tahan mati-matian sampai dia berhasil berdiri.“Kau harus pergi, Joy. Kau harus segera menyelamatkan dirimu!” Suaranya bergetar, darah menetes dari lengannya.“Kita akan pergi bersama, Harmoni. Kita berdua akan pergi bersama!”“Tidak. Aku tidak mau mempersulit hidupmu lagi. Selamatkanlah dirimu dan jangan pedulikan aku. Sekalipun aku bisa lolos dari Danzel, tapi aku tidak akan bisa lolos dari Aiken Smith.”“Kenapa kau begitu bodoh, Harmoni. Kenapa kau mengikut
Dia tidak peduli dengan apa yang terjadi dengannya, yang harus dia lakukan adalah menyelamatkan Joy dan membunuh Danzel. Dia harap Joy masih hidup sehingga dia memiliki kesempatan untuk menyelamatkan sahabat baik yang telah berkorban untuk membantunya. Harmoni terpaksa mengikuti keinginan Danzel agar pria itu tidak membunuh Joy. Dia tidak diberi kesempatan untuk berpikir karena dia diawasi. Dia mendapatkan pilihan yang sulit, antara menyelamatkan nyawa Joy atau menghianati Aiken. Dia harus memilih salah satunya sampai akhirnya dia terpaksa menghianati Aiken untuk menyelamatkan nyawa Joy. Dia tahu pria itu pasti akan sangat marah dan membenci dirinya karena penghianatan itu tapi itu lebih baik daripada dia membiarkan Joy mati begitu saja. Dia tidak akan hidup dengan tenang jika dia tidak melakukan apa pun untuk menyelamatkan nyawa Joy. Dia tidak peduli akan hubungannya dengan Aiken asalkan dia dapat menyelamatkan Joy dan dia pun sudah tak peduli dengan nyawanya. Motor yang dia ba
Serangan tiba-tiba yang dilakukan oleh Harmoni, membuat kekacauan di rumah mereka. Archer yang sudah terkapar di atas lantai membuat Aleandra sangat marah. Aiken memegang tangan adiknya. Dia tidak melakukan perlawanan. Dia merasa semua yang terjadi tidaklah benar. Tidak mungkin Harmoni melakukan hal itu. Suara tembakan itu membangunkan Maximus. Dia bergegas keluar dari kamar dan terkejut melihat apa yang telah terjadi. Pria itu sangat marah karena Putra keduanya sudah bersimbah darah. Maximus berlari keluar dan lagi-lagi dia terkejut ketika melihat orang yang telah membuat kekacauan itu. Harmoni tidak luput, dia diserang habis-habisan oleh Aleandra dengan anak buah yang berjaga di luar. Dia menyerang mereka sambil menuju pintu karena dia harus melarikan diri sebab misinya telah selesai. Telinga Aiken seolah tuli. Suara tembakan semakin lama semakin tak terdengar. Dia mendadak linglung, dia masih belum bisa menerima itu. Dia memegangi tangan adiknya tanpa melakukan apa pun
Aiken tidak menaruh curiga sama sekali. Dia telah menghubungi pelayannya untuk menanyakan keadaan Harmoni. Pelayannya berkata Harmoni sedang tidur. Mendengarnya membuatnya sangat lega. Setelah selesai dengan adiknya, dia akan segera pulang.“Jadi bagaimana, apa kau telah menangkap orang yang hendak membunuhmu? Jika kau belum melakukannya, aku yang akan pergi menangkapnya!”“Tidak perlu, Kakak. Dia sudah berada di markas!”“Wow, begitu cepat?” Dia tahu Archer tidak akan berlama-lama.“Sangat mudah menangkapnya karena dia tidak tahu aku telah menyadari jika dialah pelakunya. Bagaimana denganmu, apa kau sudah menangkap musuhmu?”“Kau tahu, pemilik organisasi itu melarikan diri. Harmoni sedang sakit, aku harus menjaga Harmoni terlebih dahulu barulah aku bisa fokus mencari dirinya,” setelah menggagalkan misi Danzel, dia memang berencana untuk mencari pria itu karena telah melarikan diri darinya.Namun, keadaan Harmoni yang tidak memungkinkan harus membuatnya menunda hal itu terlebih dahul
Harmoni terbangun karena sentuhan tangan Aiken. Rasanya dingin dan menenangkan. Aiken justru mengkhawatirkan dirinya karena suhu tubuhnya begitu tinggi. Harmoni pun menggigil karena kedinginan.Dia demam setelah hujan-hujanan dan angin malam yang dingin membuat keadaannya memburuk. Padahal dia sudah memperingati Harmoni untuk kembali tapi lihatlah sekarang, dia terbaring tak berdaya di bawah selimut.“Aiken?” Harmoni tak dapat membuka kedua matanya yang berat. Kepalanya terasa sakit, dia merasa keadaannya tidak baik-baik saja.“Beristirahatlah, kau sedang demam.”“A-aku harus pergi!” Harmoni mencoba mengangkat tubuhnya tapi dia kembali jatuh terbaring karena dia tidak memiliki tenaga sama sekali.“Jangan memaksakan diri, Harmoni. Sudah aku katakan kau harus beristirahat.”“Tidak, bagaimana dengan kakakku? Aku harus segera membawanya pulang.”“Tulang belulang itu sedang diperiksa, jadi tunggulah. Dalam keadaanmu yang seperti ini, bagaimana kau bisa membawanya kembali?”“Aku baik-baik
Hujan mengguyur dengan begitu deras pada malam itu. Begitu mengetahui lokasi keberadaan jasad kakaknya, Harmoni langsung bergegas pergi ke lokasi yang Tom tunjukkan.Markas itu telah kosong karena telah ditinggalkan oleh Danzel dan anak buahnya. Rupanya pria itu bergerak dengan cepat untuk melarikan diri padahal mereka sudah membawa beberapa anak buah untuk menangkapnya. Dia tahu Danzel bukanlah orang bodoh yang akan duduk diam menunggu kematian mendatangi dirinya.Setidaknya mereka tidak perlu bersusah payah walaupun sangat disayangkan karena mereka gagal menangkap Danzel hari itu juga.Di bawah guyuran hujan yang begitu deras, anak buah Aiken berusaha keras menggali tanah untuk menemukan keberadaan jasad Kakak Harmoni. Terdapat tiga pohon besar di belakang markas dan mereka tidak tahu yang mana.Tidak ingin menerka membuat Aiken memerintahkan anak buahnya untuk segera menggali. Dia juga memerintahkan Stuart untuk membawa alat berat supaya mereka tidak menghabiskan waktu terlalu ba
Tom masih saja tidak mau memberitahu siapa yang telah membunuh Kakak Harmoni. Dia berusaha mempertahankan kesetiaannya agar dia tidak menghianati Danzel. Harmoni semakin kesal dibuatnya. Dia memecut tubuh pria itu dengan tali cambuk berdiri. Dia bahkan memerintahkan anak buah Aiken untuk membantunya. Dia harus mendapatkan jawaban akan kematian kakaknya. Segala cara akan dia lakukan untuk mendapatkan informasi itu. Pada"Kau tidak akan mendapatkan apa pun, Harmoni. Aku tidak akan pernah memberitahu dirimu siapa yang telah membunuh kakakmu!" Dia berteriak setelah mendapatkan satu cambukan dari anak buah Aiken"Kau tidak akan mati dengan mudah. Aku bersumpah tidak akan membiarkan kau mati dengan mudah.""Aku tidak peduli! Ha... Ha... Ha!" Dia justru tertawa terbahak walaupun dia kembali mendapatkan cambukan. "Aku masih ingat bagaimana dengan keadaannya dulu. Kami semua mengeroyoknya dan memukulnya sampai babak belur. Dia memohon pada kami untuk tidak membunuhnya tapi apa kau tahu apa