Patah hati
Semua yang berada di meja makan terdiam termasuk juga Rara.
Ia mengakhiri aktifasnya, wajahnya tertunduk.
Benar-benar suasana yang sangat menengangkan.
“Tom, kita bisa bicara kan ini.”
Alexander memilih hati Tomi yang terbakar api cemburu.
Terlihat Tomi menarik nafas dalam-dalam, m
"Ya Tuhan!"Jerit terdengar di setiap ruangan, bu Lastri berteriak keras kala melihat Rayna sedang terbujur kaku dengan mulut mengeluarkan busa.Tanpa pikir panjang ia langsung menghampiri anaknya."Pa, Papa! Tolong!"Pak Burhan Hadinata yang sedang duduk di balkon langsung berlari mendekati arah suara."Iya, Ma. Ya Allah."Pak Burhan tak kala terkejutnya dengan istrinya."Cepat, Pa. Bawa Rayna ke rumah sakit.""Ayo, Ma."Dengan di bantu beberapa karyawan yang bekerja di rumahnya.Pak Burhan membawa anak tirinya itu ke rumah sakit.Air mata tak henti-henti keluar dari mata bu Lastri. Melihat istrinya yang sedang kacau pak Burhan segera memenangkan istrinya.Tak lama tibalah mereka di rumah sakit. Rayna segera di baringkan di keranjang pasien dan di bawa keruang IGD.
Pertayaan PahitTubuh munggilnya bersender di dinding sebelah pintu.Rara merasa tak percaya selama ini ternyata kakaknya mencintai Romi.Hancur, mungkin itu sekarang yang di rasakan Rara."Ra, kamu ngapain di sini?"Sebuah suara membangunkannya dari lamunan.Nampak di depan Rara, pak Burhan sedang berdiri sembari membawa dua buah paper back."Enggak, Pa. Tadi rara kecapen," ujar Rara bohong."Ayo masuk."Perlahan Rara membuka pintu kamar disana terlihat Rayna sedang duduk dengan selang infus tertancap di tangannya."Kak," sapa Rara.Ia memeluk kakaknya rasanya ia seperti mimpi.Mengetahui bahwa Rayna begitu mengharap cinta Romi.Air mata yang sedari tadi ia bendung luruh.Isak tangis terdengar di telinga Rayna."Kamu, kenapa nangis, Ra?""Tidak, Kak.""Tapi tadi?""Aku hanya tak ingin kakak sakit," ucapnya.Padahal d
"Rara!"Terdengar seseorang memangilnya dari sana. Terlihat Romi sedang berjalan kearah mereka berdua."Usapa air matamu, cepat," ujar Rayna.Ia memang seorang wanita yang pandai bersandiwara.Maka tak heran terkadang semua kesalaha Rayna di limpahkan ke Rara."Ray, kamu di sini?" tanya Romi."Iya aku ingin melihat kantor kerja adikku," kilahnya."Dengan pakaian begini?"Ucapan Romi membuat Rayna teringat bahwasanya saat ia datang tadi masih mengenakan baju pasien."Ah, itu, A--nu," Rayna gugup.Mungkin ia pandai berbohong di depan semua orang, namun di depan Romi jangan berharap bisa membohongi laki-laki satu ini."Sudah tak usah di pikirkan. Ayo sayang kita masuk. Sudah waktunya makan siang. Rayna kau mau ikut?" ajak Romi."Tidak usah repot-repot. Aku akan pulang mama pasti menunggu," Rayna tetap bersikap baik.Agar dimata Romi ia adalah gadis yang tak hanya cant
Putus SajaDua hari waktu yang terlalu singkat untuk memikirkan perasaan yang sangat mendalam.Akan tetapi bagaimana lagi Rara tak mungkin membiarkan bu Lastri di siksa anaknya sediri.Sepanjang hari Rara tak beranjak dari kamarnya.Ia hanya duduk termenung memikirkan bagaimana caranya ia mengatakan kepada Romi.Kecewa itu pasti yang akan di rasakan Romi.Saat ia terdiam suara seseorang membuatnya terkejut."Rara, you are the best sister. Aku merasa bahagia memeliki saudara seperti mu."Gadis itu tersenyum menyeringai, siapa lagi kalau bukan Rayna.Wanita dengan sejuta otak liciknya.Entah sifat siapa yang menurun padanya, mengingat sifat ia dan bu Lastri sangat bertentangan.Seperti biasa keluarga ini setiap malam, memiliki acara makan malam bersama.Rayna terlihat sangat bahagia sementara Rara ia t
Teriakan Romi membuat Rayna terkejut.Dalam hatinya ia sangat gembira layaknya anak kecil mendapatkan sebuah hadiah.Begitulah perasaan Rayna di saat dua insan saling menderita ia malah bahagia.Hatinya berbunga-bunga kini tak ada lagi penghalang hubungannya dengan Romi."Lebih baik memang begitu tidak sekalian dia menghilang dari muka bumi ini."Romi terlihat frustasi ia langsung saja mengenakan baju dan meninggalkan Rayna."Rom! Tunggu!" Rayna menahan tangan Romi."Rom, kamu pikir aku wanita murahan. Kamu tinggal begitu saja setelah kamu puas?" hardiknya.Wajah Romi menoleh matanya menatap gadis ini dengan tajam.Ia menghempas tangan Rayna membuat gadis itu tersungkur di lantai."Romi. Romi sebucin itu kamu sama Rara," Rayna berdecak.Sepanjang jalan Romi menyetir mobil dengan perasaan tak karuan.Fikirannya hanya Rara rara dan rara.Sesampainya di rumah, Romi b
Hatinya terasa sakit perasaannya hancur. Inikah yang di namakan cinta di balas dusta.Rasa sesak terasa di dada Rara. Butiran bening nampak membasahi pipinya.Gadis itu berjalan dengang langkah gontai sembari menangis.Orang-orang yang menjumpainya nampak heran.Kenapa gadis cantik itu? Kenapa ia menanggis di sepajang langkah kakinya.Setibanya di rumah, Rara masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.Hari ini seolah menjadi hari yang sangat menyakitkan.Dimana ia mengetahui jika selama ia pergi.Kekasihnya bukannya setia namun mencari kehangatan wanita lain.Jika wanita itu bukan saudarnya sendiri mungkin ia masih sedikit lega. Akan tetapi wanita lain itu tak lain adalah kakaknya sendiri.Isakan tangis Rara terdengar hingga keluar kamar.Bu Lastri yang mendengar anak bungsunya menangis segera mendekati pintu kamar Rara."Ra, kamu kenapa
Syarat Dari RomiAlangkah terkejutnya Rara mendengar syarat yang di berikan Romi.Ia tak habis fikir di mana otak Romi."Jangan gila, Rom. Aku bukan wanita seperti itu.""Ya terserah kamu saja. Aku juga mau untung, Ra. Bukan hanya kakak mu."Mulut Rara tak bisa berkata-kata lagi. Hatinya merasa dilema.Haruskah ia menerima syarat Romi agar Rayna bisa menikah dengannya.Namun jika ia tak menyanggupi syarat Romi bayang kehancuran Rayna berada di depan mata.Bak buah simalakama maju mudur tetap salah.Tanpa pamit bergegas Rara pergi meninggalkan Romi.Sedangkan Romi hanya diam ia tahu ini pasti sangat menyakitkan untuk dia tapi di sisi lain Romi juga tak ingin kehilangan Rara.Dia tak habis fikir jika ia menikahi Rayna, wanita yang kadang lembut lalu tiba-tiba kasar dan mau menyakiti diri sendiri."Maaf, Ra," ucapnya menyesal.Sungguh dari hati yang terdalam tak ingin me
Kecurigaan Rayna"Terima kasih, Rom."Bibir Rara berkedut rasanya ia tak tahan lagi menahan cairan bening yang ia bendung.Sesakit inikah rasanya merelakan seseorang yang di cinta.Perlahan air mata membasahi pipi mulus gadis itu.Dengan sigap Romi menyeka air mata Rara, bukan hanya dia yang tersakiti.Dirinya juga menikah dengan orang yang tak di cintai, menikah karena terpaksa."Sudah, jangan menangis. Kita masih bersama walau pun dengan cara menyakitkan," ungkap Romi sembari memeluk kekasih pujaan hatinya.Lama Rara berada di rumah Romi mencurahkan segala cinta dan kasih sayang."Sayang, kita jalan-jalan yuk," ajak Romi."Ayuk," Rara bergegas bangun dari tempat duduk.Tangannya masih menggengak erat tangan kekasihnya.Seoalah besok sudah tak ada hari lagi.Hari ini Romi mengajak kekasihnya berjalan-jalan di sebuah taman bunga.Taman bunga yang indah