Teriakan Romi membuat Rayna terkejut.
Dalam hatinya ia sangat gembira layaknya anak kecil mendapatkan sebuah hadiah.Begitulah perasaan Rayna di saat dua insan saling menderita ia malah bahagia.Hatinya berbunga-bunga kini tak ada lagi penghalang hubungannya dengan Romi."Lebih baik memang begitu tidak sekalian dia menghilang dari muka bumi ini."Romi terlihat frustasi ia langsung saja mengenakan baju dan meninggalkan Rayna."Rom! Tunggu!" Rayna menahan tangan Romi."Rom, kamu pikir aku wanita murahan. Kamu tinggal begitu saja setelah kamu puas?" hardiknya.Wajah Romi menoleh matanya menatap gadis ini dengan tajam.
Ia menghempas tangan Rayna membuat gadis itu tersungkur di lantai."Romi. Romi sebucin itu kamu sama Rara," Rayna berdecak.Sepanjang jalan Romi menyetir mobil dengan perasaan tak karuan.Fikirannya hanya Rara rara dan rara.Sesampainya di rumah, Romi bergegas menyuruh para bodyguard untuk menjemput Rara di bandung.Otaknya sekarang tak bisa bekerja rasa takut kehilangan mendominasi perasaannya.
"Rara, maafkan aku," lirihnya.Sementara itu Rayna yang sedang merasa bahagia.Pulang dari hotel ia segera memanjakan diri.Mulai dari ujung rambut hingga ujung kuku.Sentuhan lembut kulit Romi masih terngiang di kepalanya.Hari ini dia berencana akan menggoda Romi lagi.Membuat lelaki itu bertekuk lutut kepadanya dan bila perlu.
Sampai ia tak mengingat Rara lagi.Di dalam rumah Romi sedang sibuk menghubungi satu persatu bodyguadnya."Hai, Rom?" sapa Rayna.Romi mengacuhkan Rayna dan itu membuat Rayna sangat marah.Baru kali ini ada seorang laki-laki mengacuhkannya biasanya mereka akan bertekut lutut dan memohon cinta."Rom," Rayna duduk di meja kerja Romi.Tingkah laku Rayna sontak saja membuat Romi jengkel.
Lantas ia melempar vas bunga yang berada di meja kerja.Prang....Suara keras menggema di ruangan. "Pergi kamu dari sini! Apa kamu tidak malu menggoda kekasih adikmu sendiri!""Heh, malu. Kamu juga sama. Apa kamu tidak takut kalau Rara tahu bahwa kekasihnya bercumbu dengan kakaknya, Hah!"
Mata mereka sama sama menatap tajam.Rasanya percuma Romi melawan Rayna.Dia gadis yang pintar berkilah dan pandai berbohong.Keesokan harinya....Dengan di kawal para bodygruand Rara masuk ke dalam rumah Romi.Rumah yang terkesan mewah dengan guci besar menghiasi setiap sudut rumah.
Disana juga terdapat foto Romi dan Rara saat berlibur di Jerman.Seutas senyum terlihat di wajah Rara.Mengenang bahagianya kisah cinta mereka dulu sebelum kedatangan Rayna.Melihat Rara berada di rumahnya langsung saja Romi berlari kearah wanita itu dan memeluknya."Jangan pernah tinggalkan aku," ucapnya.Kemudian Romi menghujani wajah Rara dengan ciuman.Batin Rara teramat tersiksa, kali ini dia harus ikhlas melepas Romi."Rom, maaf kita harus berpisah," ungkap Rara.
"Kenapa? Dan apa salahku? Apa selama ini kamu tidak bahagia?""Bahagia sangat bahagia, namun," ucapan Rara terhenti."Kenapa, sayang?"Rara menarik nafas dalam bersiap mengatakan yang sejujurnya."Rayna, mencintaimu. Rom. Aku takut dia bunuh diri lagi.""Rayna?" Kening Romi berkernyit."Oh pantas saja dasar wanita gila." "Gila kenapa! Asal kamu tahu Rara. Kemarin dia bercinta denganku saat kamu tak ada," ungkap Rayna.Wajah Rara seketika nampak pucat. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Akankan Romi memang seperti itu atau hanya rekayasa Rayna."Sayang, ku mohon dengarkan aku," pinta Romi."Apa itu namaya setia?""Diam! Kamu brengsek!" jerit Romi."Hai, Romi sadarlah kekasihmu mungkin sekarang pasti tak ingin lagi bersamamu."Mata Romi memerah menahan amarah jika saja Rayna laki-laki mungkin sedari tadi Romi akan menghajarnya."Ra, aku mohon aku bisa jelaskan semua. Aku terpengaruh minuman yang di kasih Rayna."
Butiran bening mulai membasahi pipi mulus Rara.Isak tangis perlahan mulai terdengar.Romi yang mengetahui kekasih hatinya menangis segera memeluknya.
Namun na'as saat Romi hendak memeluk tubuh Rara.
Tangan Rara menangkis terlebih dahulu.Langkah kakinya perlahan mundur."Sayang, maafkan aku. Sayang!"Rara berlari ke luar rumah kenyataan tak sesuai harapan.Hancur perasaannya saat ini. Kesetiaan yang terucap hanya janji belaka.
Sementara di rumah Romi mengamuk sejadi-jadinya.Barang-barang yang berada di rumah mejadi tempat pelampiasan kemarahannya.Para pekerja yang bekerja di rumahnya memilih bersembunyi.
Mereka takut akan jadi tempat pelampiasan kemarahan Romi.Entah mendapat keberanian dari mana.
Rayna tetap berdiri mematung sambil melihat Romi yang sedang mengamuk."Nona, ayo pergi," seorang pelayan menarik tangan Rayna."Lepaskan! Aku ini calon istri Romi Johanes. Kamu tahu!"
"Bukannya mbak Rara?""Bukan sekarang aku calon istrinya jadi aku ingin tahu. Seberapa sih kemarahan Romi, agar aku bisa menenangkannya.""Terserah anda saja. Kalau ada apa-apa. Kami tidak tanggung jawab."
Pelayaan itu pergi meninggalkan Rayna. Rayna entah wanita seperti apa kamuWanita itu mengacuhkan nasihat yang di berikan oleh pelayan di rumah Romi. Romi nampak frustasi barang-barang di ruang tamu hancur lebur.
Mendapat keberanian dari mana seorang Rayna. Ia tetap berdiri tanpa bergerak sama sekali.
Hanya terlihat sedikit senyum di ujung bibirnya. Senyum yang susah di artikan.
Kemenangan saat ini ada digengamam tangan Rayna.
Ia yakin kali ini usahanya menghancurkan hubungan adiknya dengan Romi akan sukses.
Rara adalah seorang yang benci dengan perselingkuhan. Jangan harap setelah ini Romi akan ia terima kembali.
"Rara, aku pemenangnya sekarang," ujarnya.
Hatinya terasa sakit perasaannya hancur. Inikah yang di namakan cinta di balas dusta.Rasa sesak terasa di dada Rara. Butiran bening nampak membasahi pipinya.Gadis itu berjalan dengang langkah gontai sembari menangis.Orang-orang yang menjumpainya nampak heran.Kenapa gadis cantik itu? Kenapa ia menanggis di sepajang langkah kakinya.Setibanya di rumah, Rara masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.Hari ini seolah menjadi hari yang sangat menyakitkan.Dimana ia mengetahui jika selama ia pergi.Kekasihnya bukannya setia namun mencari kehangatan wanita lain.Jika wanita itu bukan saudarnya sendiri mungkin ia masih sedikit lega. Akan tetapi wanita lain itu tak lain adalah kakaknya sendiri.Isakan tangis Rara terdengar hingga keluar kamar.Bu Lastri yang mendengar anak bungsunya menangis segera mendekati pintu kamar Rara."Ra, kamu kenapa
Syarat Dari RomiAlangkah terkejutnya Rara mendengar syarat yang di berikan Romi.Ia tak habis fikir di mana otak Romi."Jangan gila, Rom. Aku bukan wanita seperti itu.""Ya terserah kamu saja. Aku juga mau untung, Ra. Bukan hanya kakak mu."Mulut Rara tak bisa berkata-kata lagi. Hatinya merasa dilema.Haruskah ia menerima syarat Romi agar Rayna bisa menikah dengannya.Namun jika ia tak menyanggupi syarat Romi bayang kehancuran Rayna berada di depan mata.Bak buah simalakama maju mudur tetap salah.Tanpa pamit bergegas Rara pergi meninggalkan Romi.Sedangkan Romi hanya diam ia tahu ini pasti sangat menyakitkan untuk dia tapi di sisi lain Romi juga tak ingin kehilangan Rara.Dia tak habis fikir jika ia menikahi Rayna, wanita yang kadang lembut lalu tiba-tiba kasar dan mau menyakiti diri sendiri."Maaf, Ra," ucapnya menyesal.Sungguh dari hati yang terdalam tak ingin me
Kecurigaan Rayna"Terima kasih, Rom."Bibir Rara berkedut rasanya ia tak tahan lagi menahan cairan bening yang ia bendung.Sesakit inikah rasanya merelakan seseorang yang di cinta.Perlahan air mata membasahi pipi mulus gadis itu.Dengan sigap Romi menyeka air mata Rara, bukan hanya dia yang tersakiti.Dirinya juga menikah dengan orang yang tak di cintai, menikah karena terpaksa."Sudah, jangan menangis. Kita masih bersama walau pun dengan cara menyakitkan," ungkap Romi sembari memeluk kekasih pujaan hatinya.Lama Rara berada di rumah Romi mencurahkan segala cinta dan kasih sayang."Sayang, kita jalan-jalan yuk," ajak Romi."Ayuk," Rara bergegas bangun dari tempat duduk.Tangannya masih menggengak erat tangan kekasihnya.Seoalah besok sudah tak ada hari lagi.Hari ini Romi mengajak kekasihnya berjalan-jalan di sebuah taman bunga.Taman bunga yang indah
Diam DiamMenyadari bahwa suaminya tidak pulang semalam membuat Rayna gelisah.Beberapa kali ia menelfon Romi tetapi tak di angkat.Biasanya seorang pengantin baru akan merasa bahagia di pagi hari.Bahagia bisa melihat orang yang di cinta sepanjang hari."Huh."Rayna mendengkus kesal apa yang di harapankan tak sesuai dengan kenyataan.Bagai cinta bertepuk sebelah tangan rasanya begitu sakit.Menyadari suasana hati putrinya bu Lastri langsung mendekat kearah Rayna.Mencoba memenangkan fikirannya agar tidak memikirkan yang bukan-bukan agar tak menimbulkan perdepabatan."Sudah makan, Ray?" tanya bu Lastri."Belum nafsu. Kemana perginya suamiku.""Apakah semalam kalian bertengkar?"Rayna menggeleng entah di mana kini Romi berada."Sudah, kamu tau kan pernikahan kalian begitu cepat. Mungkin Romi belum bisa menerima kamu, Ray. Tapi percayalah suatu saat kepopongpong berubah menjadin kupu-kupu. Be
Rindu RaraTak ada jawaban dari Romi mulutnya tetap diam seribu bahasa."Jawab aku, Rom!""Kalau iya kenapa! Bukankah kamu yang menjadi duri di hubungan kami,"Romi bersunggut dirinya tak mau kalah dengan Rayna.Mendengar ucapan Romi, Rayna terdiam ya memang semua ini salah dia.Namun ini bukan salah dia sendiri juga bukan salah cinta.Sebelum Rara mengenal Romi ia lebih dulu mengenalnya, bahkan Rayna lah yang merekomendasi Rara untuk bekerja di tempat Romi.Bukan salah cinta.Ya memang cinta tak tahu dimana akan berlabuh, cinta juga dapat membuat manusia buta.Pertengkaran mereka terdengar hingga kamar pak Burhan."Ma, anak kita," ucap pak Burhan."Biar, Pa. Mereka berdua sudah besar."Rayna membanting semua barang yang dia pegang hatinya terasa sakit.Ia merasa frustasi berkali-kali ia mengacak rambutnya.Membeturkan kepala di dinding berharap Romi akan peduli.Tetapi ke
Ahirnya Aku TahuTermenung mengenang masa lalu, indah jika di kenang.Mengingat dahulu betapa kompaknya mereka berdua.Air mata perlahan jatuh membasahi pipi, meluncur dengan sendirinya tanpa terkendali.Koyakan hati masih sangat terasa, rasa marah sedikit tersimpan di jiwa.Bukan ingin mereka berdua mencintai lelaki yang sama tetapi semua sudah takdir bagian dari rencana sang Maha Kuasa.Sinar matahari perlahan masuk menebus kaca jendela.Menyilaukan seberkas cahaya dan harapan."Sayang.""Weh, Tuan putri bangun. Selamat pagi," Di kecupnya pelan punduk kepala Rra."Kamu kerja?" tanya Rara sembari menurunkan kakiny dari ranjang."Iya dong, tentunya emang kenapa?""Tidak.""Masih kangen ni e...," goda Romi."Ih, apa sih kamu, Rom."Rara beranjak dari kamar lalu membuka pintu aparetemennya.Saat pintu di buka betapa terkejutnya Rara melihat Rayna berd
Dua tahun berlalu kehidupan Rara berubah drastis.Kini ia dan papanya, Burhan tinggal di sebuah kampung di pinggir kota. Kenangan Romi terkadang teringat di fikiran Rara, dialah cinta pertama bagi Rara. Akan tetapi takdir berkata lain mereka tak bisa bersama. "Ra!" Keadaan Burhan yang sakit-sakitan membuatnya tak bisa bekerja.Hanya Rara tulang punggung keluarga ini. "Iya, Pa," Rara berjalan mendekati Burhan yang sedang duduk di sebuah kursi tua. "Kamu enggak makan?" tanyanya. "Sudah, Pa. Papa makan yang banyak ya biar cepat sehat," kata Rara menyemangati Burhan. Di umur yang sudah tak muda lagi, yang mana dirinya tinggal menikmati masa mudanya hanya anggan. "Maafkan papa, Ra," lirih Burhan seketika air mata luruh membasahi pipi. "Pa, kenapa harus seperti ini. Aku ikhlas melakukan semua ini
Jiwa penasaran meronta-ronta dengan mengendap-endap ia mengikuti kemana langkah suara itu."Hey, apa yang kau lakukan," seorang menepuk pundaknya.Hati Rara menjadi amat gelisah ingin rasanya menoleh tapi ia takut.Sejenak ia terdiam, menarik nafas sedikit merendam rasa gugup.Dengan pasrah Rara memutar badannya."Ngapain, Lu?" tanya lelaki berambut gondrong dengan wajah datar."Ak--u," jawab Rara terbata. Lidahnya terasa sangat kelu."Urusi aja pekerjaan, Lu. Jangan urusi hidup orang lain," Laki-laki pergi meninggalkan Rara begitu saja."Huh," Rara membuang nafas.Ini pertama kali baginya ketahuan saat mencoba mencari tahu.Lelaki itu berjalan menuju anak tangga. Rara menatap lelaki itu dengan seksama di lihatnya penampilan pria yang membuatnya merasa sanggat gugup.Tanpa Rara sadari tiba-tiba pria itu men