"Noura, ada yang datang berkunjung untukmu!" Cupi memberitahu. "Melihat penampilannya, aku rasa pria itu adalah seorang pengacara," tambahnya."Pengacara ...?" Noura keheranan. Sembari mengulurkan kedua tangannya, dia bertanya lagi. "Siapa yang membawanya?"Setelah kepergian Mike, Noura seperti anak ayam kehilangan induknya. Dia sudah pasrah menjalani hukumannya. Bahkan Chelsea hanya sesekali datang mengunjunginya dalam beberapa bulan terakhir."Aku kurang tahu, mereka datang bertiga dan semuanya laki-laki," jawab Cupi."Cepatlah temui mereka!" Tanti menyemangati Noura. "Siapa tahu dokter Mike yang merekomendasikan pengacara baru untuk meringankan hukumanmu."Noura juga berharap demikian, tapi hati kecilnya justru berkata lain. Setelah beberapa bulan senyap tanpa kabar, bisa saja Nader kembali datang mencari masalah baru dengannya. Siang itu, Noura dibawa ke sebuah ruangan yang berbeda. Ada beberapa kursi dan sebuah meja persegi panjang di dalam ruangan itu. Di bawah tatapan sang peng
Bayi Angel menangis dengan kencang setelah Aida meletakkannya dengan kasar di atas lantai. "Diam kamu, bocah sialan!" marah Aida sembari menunjuk wajah bayi berusia delapan bulan itu. Dia memperlakukan anak yang tak berdosa itu layaknya orang dewasa. "Gara-gara kehadiran kamu, kami mengalami kerugian yang sangat besar. Anakku tidak hanya kehilangan pekerjaan, tapi kepercayaan dari rekan-rekan sejawat kami."Aida akan selalu marah dan menganggap bayi Angel sebagai pembawa sial. Dia turut membenci Angel karena kehadiran anak itu mengakibatkan banyak masalah, termasuk para wanita yang langsung menolak lamaran dari mereka.Pekerjaan Mike belum bisa dikatakan mapan hingga saat ini, ditambah lagi dia harus menyandang status baru sebagai seorang ayah tanpa pernikahan. Mana ada wanita yang mau menerima pria itu untuk dijadikan sebagai suami?Bayi Angel masih menangis saat Mike tiba di dalam rumah. Langkahnya yang panjang segera menuju anak malang itu. "Ibu, kenapa Ibu begitu tega pada bayi s
Senyum devil itu seketika mengembang di bibir Nader. "Kita berjumpa kembali, Noura," suaranya terdengar dingin menembus ulu hati. Sudah lama mereka tidak bisa bertemu secara langsung seperti ini. Nader tampak lebih antusias dalam pertemuan itu..Sementara Noura masih menutup mulutnya dengan rapat. Pandangannya juga lurus ke depan. Dia tidak tertarik dengan obrolan apapun karena sedikit kesalahan kata pasti akan memicu pertengkaran baru di antara mereka.Jarak antara Nader dan Noura hanya dipisahkan oleh meja di depan mereka. Karena Noura tidak kunjung membuka suara dan terkesan seperti mengabaikannya, Nader berjalan mengitari sisi meja, menuju ke arah Noura. Tiba-tiba pria itu bersikap agresif, seakan mereka masih memiliki hubungan yang baik.'Apa yang akan dia lakukan?' Noura berpikir yang bukan-bukan.Akibatnya, Noura pun refleks berjalan mundur. Namun, hanya beberapa langkah, dia terpaksa berhenti setelah mendengar perintah dari Nader."Berhenti di situ ...!" "Apa yang kamu ingink
Semua orang yang berada dalam ruangan itu sudah dewasa, tentu langsung paham dengan apa yang telah terjadi. Ketika mereka keluar, Nader dan Noura masih terlihat normal. Namun, saat kembali masuk, keduanya sudah tampak berbeda.Noura dengan bibir merah sedikit membengkak, memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya. Sementara Nader lebih parah akibat bibir yang terluka, tapi belum ada konfirmasi apapun dari mulutnya."Apa yang kalian lakukan?" Malini masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Selama bersama dengan Nader, kesempatan untuk merasakan ciuman Nader belum pernah dia dapatkan. "Jadi ini alasan kenapa kamu menyuruh kami semua keluar? Agar kalian lebih leluasa untuk bermesraan?""Ini tidak bisa didiamkan," Rona ikut mengompori. "Aku akan adukan ini pada ibu.""Berhenti berpikiran yang bukan-bukan. Apa yang kalian lihat tidak seperti yang kalian pikirkan," Nader tidak bisa mengelak untuk tidak mengakui, maka dia memberi alasan seadanya. "Ini hanya sebuah ketidaksengajaan.
"Aku ingin anak kita yang pertama nanti perempuan. Kamu mau tahu alasannya apa? Itu karena aku sudah tidak sabar ingin membagi cintaku padanya, aku terlalu mencintaimu hingga tidak bisa membaginya dengan orang lain. Saat anak kita lahir, dia pasti akan menjadi gadis tercantik di zamannya, dan dengan begitu aku bisa dengan mudah membagi cintaku yang terlalu dalam untukmu."Ungkapan cinta Nader yang begitu dalam kembali terngiang-ngiang di kepala Noura. Kalimat demi kalimat itu telah diucapkan oleh Nader sehari sebelum meninggalkan Noura ke luar negeri. Dia berjanji untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan, lalu kembali pada Noura dan membina rumah tangga bahagia dengan wanita yang dicintainya itu.Akan tetapi, keserakahan Heba telah menghancurkan semua mimpi itu. Noura tersisihkan dari hati Nader. Fitnah Heba teramat dahsyat hingga menyebabkan Noura kehilangan segalanya.Noura memandangi satu persatu foto putri mungilnya yang ada di dalam ponsel Saleem. "Kamu sangat cantik, malaikat k
Tubuh Noura bergetar hebat tatkala menyentuh denyut nadi Tanti yang sudah berhenti berdetak. "Apa yang terjadi denganmu, Kak?" Setelah memastikan keadaan di luar, Cupi segera masuk ke dalam tahanan di mana Noura masih diam ketakutan. Sipir wanita itu sedikit melakukan pemaksaan kerena tidak ingin melihat Noura terlibat lagi dengan pihak kepolisian."Ayo keluar, Noura!" Cupi menarik paksa lengan Noura. "Kamu bisa dituduh sebagai pembunuh Tanti jika tetap diam di sini!" Saat itu adalah waktunya jam makan siang. Masih belum ada orang yang kembali ke dalam tahanan. "Tapi bagaimana dengan kak Tanti?" Noura tidak tega mengabaikan temannya yang sudah menjadi mayat itu. "Aku tidak sanggup melihatnya dalam keadaan seperti ini.""Itu bukan urusanmu lagi!" Cupi membentak, geram dengan sikap polos Noura. "Apa kamu mau dituduh lagi sebagai pembunuh? Apa kamu belum kapok juga? Pikirkan dirimu sendiri, anakmu, dan juga orang-orang yang telah mengorbankan diri untukmu!" Untungnya, Noura tersadar
Ketika Noura berdiri di depan panti asuhan, dia hanya bisa termenung, memandangi kesunyian dari setiap sisi bangunan yang sudah terkunci rapat itu.Sebelumnya, tidak ada yang menceritakan tentang kondisi panti tersebut. Oleh pihak pengacara, Noura hanya diberikan beberapa lembar uang kertas dan sebuah ponsel yang biasa dia gunakan ketika belum berstatus sebagai narapidana."Ke mana mereka semua?" Noura membuka layar ponselnya, kemudian melakukan panggilan pada bu Meta, lalu bergantian pada Reema, pengasuh yang biasanya merawat bu Rafeeqa.Beberapa kali mencoba, jawaban operator tetap sama. Nomor yang dituju sedang berada di luar jangkauan. Noura akhirnya mengalah."Aku harap kalian semua baik-baik saja." Noura bahkan tidak memiliki tempat tinggal saat ini. Tidak ada keluarga dan teman untuk mengadu, tapi pikirannya masih tertuju pada keselamatan anak-anak di panti. Di tengah kebingungannya, Noura teringat dengan sikap aneh Mike di akhir-akhir pertemuan mereka. Dia menyesalkan sikap p
Noura tersentak dengan serangan pemilik kamar kontrakan itu. "Nyonya Maria, apa yang akan Anda lakukan dengan ponselku?""Dua puluh Dinar untuk satu malam, sementara kamu hanya memberikan setengahnya saja. Apa kamu masih tidak mengerti dengan maksudku?"Aku pasti akan melunasinya setelah mendapatkan pekerjaan." Noura masih ingat kebaikan Maria tadi malam. Wanita itu memberikan keringanan karena khawatir dengan keadaan Noura. "Bukankah Nyonya juga berkata demikian.""Aku sudah katakan kalau tadi malam itu aku hanya berkata asal, makanya sekarang aku mengambil ini saja untuk dijadikan sebagai jaminan." Maria segera memasukkan ponsel jadul itu ke dalam tasnya. "Adakah benda lain yang dapat kamu jaminkan agar aku bisa percaya? Hanya ponsel yang tidak berguna ini bukan?" gertaknya.Selain uang, Noura juga sangat butuh ponsel untuk berkomunikasi. Sisa uang di tangannya akan dibelikan untuk pakaian seadanya. Dia pun memelas agar diberi keringanan. "Tolong beri aku waktu, Nyonya, aku pasti ak
Moana memang tidak pernah melihat kejahatan yang dilakukan Nader di masa lalu, tapi dia telah menyaksikan sendiri bagaimana pengorbanan Nader terhadap Noura di kala wanita itu dalam kesulitan.Kini, Moana bersedia untuk membantu Nader. Dia akan berada di pihak pria itu hingga bisa kembali bersama dengan Noura."Noura ...." ucap Moana sembari menggenggam tangan sahabatnya. "Aku akan beritahu kamu bahwa Bu Rafeeqa yang pernah kamu ceritakan itu adalah ibu kandungnya Nader, dia disingkirkan oleh Heba belasan tahun yang lalu. Aku rasa kamu sudah paham maksudku." "Dari mana kamu tahu?" Noura bertanya pelan.Moana tidak menjawab, tapi dia mengajak Noura. "Ayo ikut aku, akan aku tunjukkan sesuatu padamu!"Melihat Noura menurut saja, Mike kemudian protes. "Noura, kamu mau ke mana? Tidak bisakah kamu mengikutsertakan aku dalam masalahmu, kita sudah berjanji untuk segera menikah, tolong jangan perlakukan aku seperti ini!"Noura menatap Mike dengan dalam. Tak lama, dia pun menggelengkan kepala.
"Ayah, kenapa belum ada kabar?" Noura mendesak Reghab dan itu sudah terjadi berulang kali. "Aku bahkan belum pernah menggendong anakku, bagaimana kalau terjadi hal buruk dengan Angel? Aku tidak ingin hidup lagi jika Angel ku tidak bisa ditemukan.""Angel pasti baik-baik saja. Tidak akan terjadi hal buruk padanya."Diam-diam Reghab juga telah mendapatkan kabar dari Imtiyaz jika Angel dalam keadaan sehat dan sudah lama bersama dengan mereka. Kronologi penculikan juga sudah dijelaskan, membuat Reghab terlihat tenang."Ayah, dari mana kamu menyimpulkan itu?" Noura gusar melihat ayahnya yang tampak santai. "Aku curiga ayah tidak mengambil tindakan apapun, aku lihat ayah lebih sering mengurus pekerjaan daripada mencari anakku. Apa kamu juga tidak peduli dengan keselamatan cucu kandungmu sendiri?"Dituduh demikian membuat Reghab tercengang. Sejak menghilangnya Angel, Noura akan lebih sensitif pada orang yang tidak aktif membicarakan keselamatan putrinya."Tentu saja aku peduli, Noura." Regha
"Sebenarnya Angel diculik, Bu, dan aku belum mendapatkan kabar apapun sampai saat ini," jelas Mike dengan jujur. "Itu sebabnya aku tidak bisa membawa Angel bersama saat ini, aku terpaksa berbohong pada kalian semua.""Bagaimana bisa, Mike?" Meta juga panik mendengarnya. "Siapa yang melakukannya? Apa itu keluarga Nader?" "Bukan dia, Bu, aku masih berusaha sampai sekarang, tolong jangan beritahu Noura dulu, aku takut dia ikut panik!" pinta Mike yang belum siap untuk menghadapi Noura. "Aku di sini, Mike." Suara Noura tiba-tiba terdengar dari balik pintu, membuat Mike terkejut. "Noura ...." Mike tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Noura segera masuk dan mendekati teman baiknya itu. "Kenapa kamu tidak jujur saja, Mike, apa yang kamu pikirkan? Angel itu anakku, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, dan dia belum ditemukan sampai hari ini, tapi kamu malah berniat ingin menyembunyikannya dariku.""Aku hanya tidak ingin melihatmu khawatir, Noura," kata Mike dengan bersungguh-su
Saat melihat atasan mereka dipermalukan, Kandar dan Omar segera mengambil tindakan. Dengan gerakan cepat, keduanya membubarkan semua orang agar tidak lagi menyaksikan pertengkaran itu."Ayo keluar semua!" seru Kandar dengan brutal. Dia bahkan menarik ponsel orang-orang yang berani merekam kejadian tersebut."Tarik semua yang kamu berikan itu, Nader, setetes pun aku tidak membutuhkannya," gertak Noura. Wajah yang tadinya ayu berubah beringas membuat semua orang terkejut dan bertanya-tanya.Nader sontak berdiri dan bertanya. "Apa yang kamu lakukan, Noura?" Dia bingung. Sebelumnya, hubungan mereka sudah terlihat sedikit akrab, kenapa Noura mendadak berubah arogan."Menolakmu dan membuktikan bahwa aku tidak seperti yang kamu tuduhkan dua tahun yang lalu," ucap Noura dengan marah."Aku tahu, Noura, dan aku juga sudah menyadari semua itu." Nader kembali berlutut dan matanya mulai basah. "Aku mohon, maafkan aku, Noura, aku memang sangat bodoh, aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu, Nour
Noura masih diam di tempatnya. Dia tersenyum tipis ketika menyaksikan tingkah Malini yang begitu agresif."Aku sudah tidak sabar lagi," gumam Malini dengan senangnya. Meski Nader terkesan menghindar, namun Malini tetap saja menempel seakan dia adalah wanita yang dimaksud oleh Nader."Malam ini, aku ingin mengatakan yang sebenarnya jika aku telah menikahi wanita yang aku cintai," ucap Nader dengan tegas. "Dan sebagai bentuk rasa cintaku, semua properti yang aku miliki akan aku serahkan padanya."Semua tamu yang hadir terkesan takjub dengan ketulusan Nader pada wanita yang dicintainya. Bagaimana bisa seorang pria dingin seperti Nader menyerahkan seluruh harta benda miliknya pada seorang wanita?Akan tetapi tidak untuk Malini. Kejujuran Nader terdengar asing baginya. Nader sudah menikahi wanita yang dicintainya, itu berarti bukan Malini."Apa maksudmu, Nader?" Malini tidak terima. Dengan kasar, dia mendorong pundak pria di depannya. "Kamu sudah berjanji akan menikahi aku, bahkan kita su
Sebuah nama yang diucapkan Noura sontak mengagetkan Nader. Pria itu refleks menginjak rem hingga mobil berhenti seketika."Nader, apa yang kamu lakukan?" tegur Noura yang sempat panik dengan keadaan tersebut. "Apa kamu sengaja ingin membuat kita semua mati?"Dari belakang, Moana juga merasakan hal yang sama. Kaget dan panik. "Ya ampun, untung nyawaku tidak melayang."Beruntung mereka semua menggunakan sabuk pengaman dan lalu lalang kendaraan juga tidak terlalu ramai."Maaf ...!" Nader merasa bersalah. "Aku hanya mengingat seseorang yang berarti dalam hidupku," ucapnya pelan."Mengingat seseorang tapi melupakan orang di sekelilingmu," Noura mengoceh kesal. "Sebaiknya fokus pada tujuan kita, jangan memikirkan orang lain dulu!" kata Noura dengan tegas.Nader masih penasaran. Jadi dia bertanya dengan cepat. " Noura, aku ingin tahu tentang wanita yang kamu bicarakan tadi, bisa kamu jelaskan lagi atau bawa aku untuk menemuinya!"Karena Noura masih kesal, dia tidak begitu paham maksud pertan
Ikram lebih dulu masuk ke dalam ruang rawat inap itu. Di belakangnya juga ada Chelsea dan Jerico. Ketiganya berjalan lambat dan sengaja menampilkan ekspresi wajah yang paling ramah.Ketika Maryam menyadari kedatangan ketiga orang asing itu, dia segera mencengkram lengan Suzan. "Untuk apa mereka datang lagi?" tanya Maryam dengan ketakutan. "Suruh mereka pergi, aku tidak mau melihat mereka."Ikram merasa iba dengan bibinya itu. Mukanya tiba-tiba cemberut melihat kondisi wanita itu. Sudah belasan tahun mereka tidak bertemu dan bahkan mereka telah menganggapnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. "Ingat apa yang harus kamu katakan!" Dari belakang, Chelsea berbisik. "Tidak perlu menyebutkan nama anak ataupun suaminya, itu tidak penting baginya, yang dia butuhkan hanya Noura saja!"Ikram segera tersadar dengan penjelasan Chelsea. Dia pun berkata dengan lembut. "Bibi, aku adalah temannya Noura, dia menyuruhku ke sini khusus untuk menjemputmu. Maukah kamu pulang bersama kami?"*Meski masih
Noura lebih banyak diam ketika bu Meta memberikan nasehat padanya. Dia mendengar semua ucapan wanita paruh baya itu tanpa berniat menyanggah sedikit pun. "Ibu ingin yang terbaik untukmu, Noura, jadi sebaiknya jauhi Nader, jangan pernah berdekatan dengannya lagi, apalagi berniat ingin kembali bersama dengannya!" ucap Meta di akhir nasehatnya."Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, Bu," balas Noura dengan terbuka. "Bahkan pertemuan kami hanya untuk meminta dia agar segera menceraikan aku." "Ibu pegang kata-katamu, Noura." Meta terlihat sedih. Tatapan matanya terlihat penuh dendam. "Sungguh, ibu masih sangat membenci keluarga mereka, mereka tidak pantas untuk dimaafkan, Noura.""Iya, Bu." Noura mengangguk paham.Reghab terlihat lebih santai dari hari biasanya. Dia paham dengan perasaan Meta yang turut menyaksikan langsung kekejaman keluarga Othmani pada Noura. Sama seperti Imtiyaz, Reghab juga menyerahkan semua keputusan pada putrinya. Tampak jika dia juga sudah tidak terlalu denda
Harta yang dimiliki Reghab Hammadi sepenuhnya akan diturunkan untuk Noura dan dia juga telah diberi kebebasan untuk mempergunakannya sesuka hati. Namun demikian, Noura masih memiliki caranya sendiri. Dengan mempergunakan Nader, Noura berpikir bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari pria itu."Aku rasa selama ini kamu sudah memberikan uang yang banyak untuk Malini, tapi malangnya, saat aku meminta bantuan darimu, kamu sepertinya sangat sulit untuk berbagi denganku," sindir Noura membuat Nader terhenyak."Aku tidak seperti yang kamu pikirkan itu, Malini tidak berhak untuk mendapatkan apapun dariku, jadi untuk apa membahas wanita itu?" Nader berusaha memperbaiki imagenya yang mungkin dicap buruk oleh Noura. "Sekarang apa rencanamu, bantuan seperti apa yang kamu inginkan?" tawarnya."Bukankah besok malam Netanyahu akan melelang perusahaannya?""Dari mana kamu tahu?" Nader merasa sedikit malu dengan ketidaktahuannya saat ini."Ayahku yang memberitahu." Noura menjeda ucapannya