Saat melihat atasan mereka dipermalukan, Kandar dan Omar segera mengambil tindakan. Dengan gerakan cepat, keduanya membubarkan semua orang agar tidak lagi menyaksikan pertengkaran itu."Ayo keluar semua!" seru Kandar dengan brutal. Dia bahkan menarik ponsel orang-orang yang berani merekam kejadian tersebut."Tarik semua yang kamu berikan itu, Nader, setetes pun aku tidak membutuhkannya," gertak Noura. Wajah yang tadinya ayu berubah beringas membuat semua orang terkejut dan bertanya-tanya.Nader sontak berdiri dan bertanya. "Apa yang kamu lakukan, Noura?" Dia bingung. Sebelumnya, hubungan mereka sudah terlihat sedikit akrab, kenapa Noura mendadak berubah arogan."Menolakmu dan membuktikan bahwa aku tidak seperti yang kamu tuduhkan dua tahun yang lalu," ucap Noura dengan marah."Aku tahu, Noura, dan aku juga sudah menyadari semua itu." Nader kembali berlutut dan matanya mulai basah. "Aku mohon, maafkan aku, Noura, aku memang sangat bodoh, aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu, Nour
"Sebenarnya Angel diculik, Bu, dan aku belum mendapatkan kabar apapun sampai saat ini," jelas Mike dengan jujur. "Itu sebabnya aku tidak bisa membawa Angel bersama saat ini, aku terpaksa berbohong pada kalian semua.""Bagaimana bisa, Mike?" Meta juga panik mendengarnya. "Siapa yang melakukannya? Apa itu keluarga Nader?" "Bukan dia, Bu, aku masih berusaha sampai sekarang, tolong jangan beritahu Noura dulu, aku takut dia ikut panik!" pinta Mike yang belum siap untuk menghadapi Noura. "Aku di sini, Mike." Suara Noura tiba-tiba terdengar dari balik pintu, membuat Mike terkejut. "Noura ...." Mike tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Noura segera masuk dan mendekati teman baiknya itu. "Kenapa kamu tidak jujur saja, Mike, apa yang kamu pikirkan? Angel itu anakku, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, dan dia belum ditemukan sampai hari ini, tapi kamu malah berniat ingin menyembunyikannya dariku.""Aku hanya tidak ingin melihatmu khawatir, Noura," kata Mike dengan bersungguh-su
"Ayah, kenapa belum ada kabar?" Noura mendesak Reghab dan itu sudah terjadi berulang kali. "Aku bahkan belum pernah menggendong anakku, bagaimana kalau terjadi hal buruk dengan Angel? Aku tidak ingin hidup lagi jika Angel ku tidak bisa ditemukan.""Angel pasti baik-baik saja. Tidak akan terjadi hal buruk padanya."Diam-diam Reghab juga telah mendapatkan kabar dari Imtiyaz jika Angel dalam keadaan sehat dan sudah lama bersama dengan mereka. Kronologi penculikan juga sudah dijelaskan, membuat Reghab terlihat tenang."Ayah, dari mana kamu menyimpulkan itu?" Noura gusar melihat ayahnya yang tampak santai. "Aku curiga ayah tidak mengambil tindakan apapun, aku lihat ayah lebih sering mengurus pekerjaan daripada mencari anakku. Apa kamu juga tidak peduli dengan keselamatan cucu kandungmu sendiri?"Dituduh demikian membuat Reghab tercengang. Sejak menghilangnya Angel, Noura akan lebih sensitif pada orang yang tidak aktif membicarakan keselamatan putrinya."Tentu saja aku peduli, Noura." Regha
Moana memang tidak pernah melihat kejahatan yang dilakukan Nader di masa lalu, tapi dia telah menyaksikan sendiri bagaimana pengorbanan Nader terhadap Noura di kala wanita itu dalam kesulitan.Kini, Moana bersedia untuk membantu Nader. Dia akan berada di pihak pria itu hingga bisa kembali bersama dengan Noura."Noura ...." ucap Moana sembari menggenggam tangan sahabatnya. "Aku akan beritahu kamu bahwa Bu Rafeeqa yang pernah kamu ceritakan itu adalah ibu kandungnya Nader, dia disingkirkan oleh Heba belasan tahun yang lalu. Aku rasa kamu sudah paham maksudku." "Dari mana kamu tahu?" Noura bertanya pelan.Moana tidak menjawab, tapi dia mengajak Noura. "Ayo ikut aku, akan aku tunjukkan sesuatu padamu!"Melihat Noura menurut saja, Mike kemudian protes. "Noura, kamu mau ke mana? Tidak bisakah kamu mengikutsertakan aku dalam masalahmu, kita sudah berjanji untuk segera menikah, tolong jangan perlakukan aku seperti ini!"Noura menatap Mike dengan dalam. Tak lama, dia pun menggelengkan kepala.
"Tahanan 201 ...!" Sipir penjara memanggil penghuni rutan dengan lantang. Seorang gadis bernama Noura Sarah buru-buru mengangkat tubuh dari pembaringannya. Dengan semangat yang masih membara, dia segera berdiri menghampiri petugas. Sambil berpegangan pada jeruji besi penghalang mereka, dia bertanya dengan tergesa-gesa, "Siapa yang berkunjung hari ini?" "Seorang wanita, aku rasa dia adalah ibumu," sang sipir menjawab dengan acuh. Noura langsung tertunduk lesu. Api semangat yang menggebu-gebu itu sirna seketika. Dia sedikit kecewa, karena yang ditunggu-tunggu tidak sesuai harapan. Bukan menolak kehadiran ibu angkatnya, tapi dia sudah lama menunggu kehadiran Nader, sang kekasih yang diharapkan sebagai penyelamatnya dari segala tuduhan. "Kenapa?" petugas itu mencibir melihat diamnya Noura. "Apa kamu berubah pikiran dan tidak ingin menemui ibumu?" "Tidak, aku tidak berubah pikiran, aku akan menemuinya." Sudah hampir satu bulan lamanya mendekam di dalam penjara, tidak mungkin Noura m
Pada saat makan malam, Noura sudah merasakan mual sebelum menghabiskan makanannya. Dia segera berlari ke arah wastafel di ujung ruangan. Di sana, dia memuntahkan seluruh isi dalam perutnya. "Hweeek ... hweeek ...!" Suara muntahan Noura sontak membuat tahanan lainnya merasa jijik. Seorang wanita yang paling disegani lebih dulu mendekati Noura.Wanita itu bernama Rachel. Dia berdiri di samping Noura. "Hei ... tidak bisakah kau muntah di tempat lain saja? Apa kau tidak punya mata, apa kau tidak melihat kita semua sedang makan?"Ketika pandangan Noura menyapu orang-orang di sekitarnya, dia terdiam. Sambil memegang perutnya, Noura pun berusaha menahan mual di perutnya. Hampir semua orang menatap Noura dengan pandangan yang sama, jijik dan juga marah."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Noura lesu, kemudian meninggalkan semua orang.Akan tetapi, baru beberapa langkah saja, tangan Noura telah ditarik paksa dari belakang. Dia terpaksa menoleh pada Rachel yang tengah didampingi oleh empat wanita
Mengetahui sang kekasih telah bersedia mengunjunginya, Noura tidak bisa membendung rasa sukacitanya. Aura positif, keceriaan terlihat kembali menghiasi wajahnya yang semakin tirus. Kesedihan, kebencian dan kecurigaan yang pernah terlintas juga seketika menghilang."Nader datang padaku?" Noura memastikan. Dia tidak sabar untuk memberitahu keadaannya saat ini."Cepat keluar, tidak usah banyak drama!" seru sipir dengan suara yang keras.Sembari berjalan mengikuti sipir tahanan, Noura mengelus perutnya yang rata. 'Dia pasti bahagia mengetahui kehamilanku. Dia pasti akan membantuku,' pikirnya."Nader ...!" panggil Noura setelah tiba di ruang kunjungan. Dia segera duduk dengan bersemangat.Noura hanya melihat punggung Nader yang tengah berbicara dengan seorang pria lainnya. Namun dia yakin jika pria itu akan segera membebaskannya dari segala tuduhan.'Kenapa dia tidak langsung melihatku?' pikir Noura dan dia mulai bimbang. 'Apa dia tidak merindukanku? Apa dia tidak menginginkanku lagi?''Ah
Setelah sadar dari pingsannya, Noura kembali bertemu dengan Mike, sang dokter yang telah memeriksa kesehatannya untuk kedua kalinya."Berapa lama aku pingsan?" Noura bertanya acuh. Dari sorot matanya tampak jika dia sudah tidak peduli dengan apapun. Dunia seperti sudah hancur baginya. Mike duduk tepat di sebelah Noura, lalu menjawab. "Kurang lebih lima jam, dan kabar baiknya kamu bisa melewati pendarahan dengan baik. Calon anakmu masih bisa diselamatkan," kata Mike dengan jujur.Noura tidak memberi tanggapan apapun tentang bayinya. Apa yang harus dibanggakan dengan itu? Bukan hanya sekedar menyadari kebodohannya yang sudah terperdaya oleh bujuk rayu Nader, kini dia juga menaruh dendam pada pria itu."Lima jam ya...?" Noura justru tertawa hambar, meledek dirinya sendiri. Dia jijik membayangkan kondisi fisiknya yang sekarang, melemah akibat memikirkan Nader, akan tetapi pria itu tidak peduli sama sekali. Dia telah membuang-buang waktu, tenaga, dan pikiran untuk pria yang tidak bertangg
Moana memang tidak pernah melihat kejahatan yang dilakukan Nader di masa lalu, tapi dia telah menyaksikan sendiri bagaimana pengorbanan Nader terhadap Noura di kala wanita itu dalam kesulitan.Kini, Moana bersedia untuk membantu Nader. Dia akan berada di pihak pria itu hingga bisa kembali bersama dengan Noura."Noura ...." ucap Moana sembari menggenggam tangan sahabatnya. "Aku akan beritahu kamu bahwa Bu Rafeeqa yang pernah kamu ceritakan itu adalah ibu kandungnya Nader, dia disingkirkan oleh Heba belasan tahun yang lalu. Aku rasa kamu sudah paham maksudku." "Dari mana kamu tahu?" Noura bertanya pelan.Moana tidak menjawab, tapi dia mengajak Noura. "Ayo ikut aku, akan aku tunjukkan sesuatu padamu!"Melihat Noura menurut saja, Mike kemudian protes. "Noura, kamu mau ke mana? Tidak bisakah kamu mengikutsertakan aku dalam masalahmu, kita sudah berjanji untuk segera menikah, tolong jangan perlakukan aku seperti ini!"Noura menatap Mike dengan dalam. Tak lama, dia pun menggelengkan kepala.
"Ayah, kenapa belum ada kabar?" Noura mendesak Reghab dan itu sudah terjadi berulang kali. "Aku bahkan belum pernah menggendong anakku, bagaimana kalau terjadi hal buruk dengan Angel? Aku tidak ingin hidup lagi jika Angel ku tidak bisa ditemukan.""Angel pasti baik-baik saja. Tidak akan terjadi hal buruk padanya."Diam-diam Reghab juga telah mendapatkan kabar dari Imtiyaz jika Angel dalam keadaan sehat dan sudah lama bersama dengan mereka. Kronologi penculikan juga sudah dijelaskan, membuat Reghab terlihat tenang."Ayah, dari mana kamu menyimpulkan itu?" Noura gusar melihat ayahnya yang tampak santai. "Aku curiga ayah tidak mengambil tindakan apapun, aku lihat ayah lebih sering mengurus pekerjaan daripada mencari anakku. Apa kamu juga tidak peduli dengan keselamatan cucu kandungmu sendiri?"Dituduh demikian membuat Reghab tercengang. Sejak menghilangnya Angel, Noura akan lebih sensitif pada orang yang tidak aktif membicarakan keselamatan putrinya."Tentu saja aku peduli, Noura." Regha
"Sebenarnya Angel diculik, Bu, dan aku belum mendapatkan kabar apapun sampai saat ini," jelas Mike dengan jujur. "Itu sebabnya aku tidak bisa membawa Angel bersama saat ini, aku terpaksa berbohong pada kalian semua.""Bagaimana bisa, Mike?" Meta juga panik mendengarnya. "Siapa yang melakukannya? Apa itu keluarga Nader?" "Bukan dia, Bu, aku masih berusaha sampai sekarang, tolong jangan beritahu Noura dulu, aku takut dia ikut panik!" pinta Mike yang belum siap untuk menghadapi Noura. "Aku di sini, Mike." Suara Noura tiba-tiba terdengar dari balik pintu, membuat Mike terkejut. "Noura ...." Mike tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Noura segera masuk dan mendekati teman baiknya itu. "Kenapa kamu tidak jujur saja, Mike, apa yang kamu pikirkan? Angel itu anakku, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, dan dia belum ditemukan sampai hari ini, tapi kamu malah berniat ingin menyembunyikannya dariku.""Aku hanya tidak ingin melihatmu khawatir, Noura," kata Mike dengan bersungguh-su
Saat melihat atasan mereka dipermalukan, Kandar dan Omar segera mengambil tindakan. Dengan gerakan cepat, keduanya membubarkan semua orang agar tidak lagi menyaksikan pertengkaran itu."Ayo keluar semua!" seru Kandar dengan brutal. Dia bahkan menarik ponsel orang-orang yang berani merekam kejadian tersebut."Tarik semua yang kamu berikan itu, Nader, setetes pun aku tidak membutuhkannya," gertak Noura. Wajah yang tadinya ayu berubah beringas membuat semua orang terkejut dan bertanya-tanya.Nader sontak berdiri dan bertanya. "Apa yang kamu lakukan, Noura?" Dia bingung. Sebelumnya, hubungan mereka sudah terlihat sedikit akrab, kenapa Noura mendadak berubah arogan."Menolakmu dan membuktikan bahwa aku tidak seperti yang kamu tuduhkan dua tahun yang lalu," ucap Noura dengan marah."Aku tahu, Noura, dan aku juga sudah menyadari semua itu." Nader kembali berlutut dan matanya mulai basah. "Aku mohon, maafkan aku, Noura, aku memang sangat bodoh, aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu, Nour
Noura masih diam di tempatnya. Dia tersenyum tipis ketika menyaksikan tingkah Malini yang begitu agresif."Aku sudah tidak sabar lagi," gumam Malini dengan senangnya. Meski Nader terkesan menghindar, namun Malini tetap saja menempel seakan dia adalah wanita yang dimaksud oleh Nader."Malam ini, aku ingin mengatakan yang sebenarnya jika aku telah menikahi wanita yang aku cintai," ucap Nader dengan tegas. "Dan sebagai bentuk rasa cintaku, semua properti yang aku miliki akan aku serahkan padanya."Semua tamu yang hadir terkesan takjub dengan ketulusan Nader pada wanita yang dicintainya. Bagaimana bisa seorang pria dingin seperti Nader menyerahkan seluruh harta benda miliknya pada seorang wanita?Akan tetapi tidak untuk Malini. Kejujuran Nader terdengar asing baginya. Nader sudah menikahi wanita yang dicintainya, itu berarti bukan Malini."Apa maksudmu, Nader?" Malini tidak terima. Dengan kasar, dia mendorong pundak pria di depannya. "Kamu sudah berjanji akan menikahi aku, bahkan kita su
Sebuah nama yang diucapkan Noura sontak mengagetkan Nader. Pria itu refleks menginjak rem hingga mobil berhenti seketika."Nader, apa yang kamu lakukan?" tegur Noura yang sempat panik dengan keadaan tersebut. "Apa kamu sengaja ingin membuat kita semua mati?"Dari belakang, Moana juga merasakan hal yang sama. Kaget dan panik. "Ya ampun, untung nyawaku tidak melayang."Beruntung mereka semua menggunakan sabuk pengaman dan lalu lalang kendaraan juga tidak terlalu ramai."Maaf ...!" Nader merasa bersalah. "Aku hanya mengingat seseorang yang berarti dalam hidupku," ucapnya pelan."Mengingat seseorang tapi melupakan orang di sekelilingmu," Noura mengoceh kesal. "Sebaiknya fokus pada tujuan kita, jangan memikirkan orang lain dulu!" kata Noura dengan tegas.Nader masih penasaran. Jadi dia bertanya dengan cepat. " Noura, aku ingin tahu tentang wanita yang kamu bicarakan tadi, bisa kamu jelaskan lagi atau bawa aku untuk menemuinya!"Karena Noura masih kesal, dia tidak begitu paham maksud pertan
Ikram lebih dulu masuk ke dalam ruang rawat inap itu. Di belakangnya juga ada Chelsea dan Jerico. Ketiganya berjalan lambat dan sengaja menampilkan ekspresi wajah yang paling ramah.Ketika Maryam menyadari kedatangan ketiga orang asing itu, dia segera mencengkram lengan Suzan. "Untuk apa mereka datang lagi?" tanya Maryam dengan ketakutan. "Suruh mereka pergi, aku tidak mau melihat mereka."Ikram merasa iba dengan bibinya itu. Mukanya tiba-tiba cemberut melihat kondisi wanita itu. Sudah belasan tahun mereka tidak bertemu dan bahkan mereka telah menganggapnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. "Ingat apa yang harus kamu katakan!" Dari belakang, Chelsea berbisik. "Tidak perlu menyebutkan nama anak ataupun suaminya, itu tidak penting baginya, yang dia butuhkan hanya Noura saja!"Ikram segera tersadar dengan penjelasan Chelsea. Dia pun berkata dengan lembut. "Bibi, aku adalah temannya Noura, dia menyuruhku ke sini khusus untuk menjemputmu. Maukah kamu pulang bersama kami?"*Meski masih
Noura lebih banyak diam ketika bu Meta memberikan nasehat padanya. Dia mendengar semua ucapan wanita paruh baya itu tanpa berniat menyanggah sedikit pun. "Ibu ingin yang terbaik untukmu, Noura, jadi sebaiknya jauhi Nader, jangan pernah berdekatan dengannya lagi, apalagi berniat ingin kembali bersama dengannya!" ucap Meta di akhir nasehatnya."Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, Bu," balas Noura dengan terbuka. "Bahkan pertemuan kami hanya untuk meminta dia agar segera menceraikan aku." "Ibu pegang kata-katamu, Noura." Meta terlihat sedih. Tatapan matanya terlihat penuh dendam. "Sungguh, ibu masih sangat membenci keluarga mereka, mereka tidak pantas untuk dimaafkan, Noura.""Iya, Bu." Noura mengangguk paham.Reghab terlihat lebih santai dari hari biasanya. Dia paham dengan perasaan Meta yang turut menyaksikan langsung kekejaman keluarga Othmani pada Noura. Sama seperti Imtiyaz, Reghab juga menyerahkan semua keputusan pada putrinya. Tampak jika dia juga sudah tidak terlalu denda
Harta yang dimiliki Reghab Hammadi sepenuhnya akan diturunkan untuk Noura dan dia juga telah diberi kebebasan untuk mempergunakannya sesuka hati. Namun demikian, Noura masih memiliki caranya sendiri. Dengan mempergunakan Nader, Noura berpikir bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari pria itu."Aku rasa selama ini kamu sudah memberikan uang yang banyak untuk Malini, tapi malangnya, saat aku meminta bantuan darimu, kamu sepertinya sangat sulit untuk berbagi denganku," sindir Noura membuat Nader terhenyak."Aku tidak seperti yang kamu pikirkan itu, Malini tidak berhak untuk mendapatkan apapun dariku, jadi untuk apa membahas wanita itu?" Nader berusaha memperbaiki imagenya yang mungkin dicap buruk oleh Noura. "Sekarang apa rencanamu, bantuan seperti apa yang kamu inginkan?" tawarnya."Bukankah besok malam Netanyahu akan melelang perusahaannya?""Dari mana kamu tahu?" Nader merasa sedikit malu dengan ketidaktahuannya saat ini."Ayahku yang memberitahu." Noura menjeda ucapannya