Senyum devil itu seketika mengembang di bibir Nader. "Kita berjumpa kembali, Noura," suaranya terdengar dingin menembus ulu hati. Sudah lama mereka tidak bisa bertemu secara langsung seperti ini. Nader tampak lebih antusias dalam pertemuan itu..Sementara Noura masih menutup mulutnya dengan rapat. Pandangannya juga lurus ke depan. Dia tidak tertarik dengan obrolan apapun karena sedikit kesalahan kata pasti akan memicu pertengkaran baru di antara mereka.Jarak antara Nader dan Noura hanya dipisahkan oleh meja di depan mereka. Karena Noura tidak kunjung membuka suara dan terkesan seperti mengabaikannya, Nader berjalan mengitari sisi meja, menuju ke arah Noura. Tiba-tiba pria itu bersikap agresif, seakan mereka masih memiliki hubungan yang baik.'Apa yang akan dia lakukan?' Noura berpikir yang bukan-bukan.Akibatnya, Noura pun refleks berjalan mundur. Namun, hanya beberapa langkah, dia terpaksa berhenti setelah mendengar perintah dari Nader."Berhenti di situ ...!" "Apa yang kamu ingink
Semua orang yang berada dalam ruangan itu sudah dewasa, tentu langsung paham dengan apa yang telah terjadi. Ketika mereka keluar, Nader dan Noura masih terlihat normal. Namun, saat kembali masuk, keduanya sudah tampak berbeda.Noura dengan bibir merah sedikit membengkak, memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya. Sementara Nader lebih parah akibat bibir yang terluka, tapi belum ada konfirmasi apapun dari mulutnya."Apa yang kalian lakukan?" Malini masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Selama bersama dengan Nader, kesempatan untuk merasakan ciuman Nader belum pernah dia dapatkan. "Jadi ini alasan kenapa kamu menyuruh kami semua keluar? Agar kalian lebih leluasa untuk bermesraan?""Ini tidak bisa didiamkan," Rona ikut mengompori. "Aku akan adukan ini pada ibu.""Berhenti berpikiran yang bukan-bukan. Apa yang kalian lihat tidak seperti yang kalian pikirkan," Nader tidak bisa mengelak untuk tidak mengakui, maka dia memberi alasan seadanya. "Ini hanya sebuah ketidaksengajaan.
"Aku ingin anak kita yang pertama nanti perempuan. Kamu mau tahu alasannya apa? Itu karena aku sudah tidak sabar ingin membagi cintaku padanya, aku terlalu mencintaimu hingga tidak bisa membaginya dengan orang lain. Saat anak kita lahir, dia pasti akan menjadi gadis tercantik di zamannya, dan dengan begitu aku bisa dengan mudah membagi cintaku yang terlalu dalam untukmu."Ungkapan cinta Nader yang begitu dalam kembali terngiang-ngiang di kepala Noura. Kalimat demi kalimat itu telah diucapkan oleh Nader sehari sebelum meninggalkan Noura ke luar negeri. Dia berjanji untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan, lalu kembali pada Noura dan membina rumah tangga bahagia dengan wanita yang dicintainya itu.Akan tetapi, keserakahan Heba telah menghancurkan semua mimpi itu. Noura tersisihkan dari hati Nader. Fitnah Heba teramat dahsyat hingga menyebabkan Noura kehilangan segalanya.Noura memandangi satu persatu foto putri mungilnya yang ada di dalam ponsel Saleem. "Kamu sangat cantik, malaikat k
Tubuh Noura bergetar hebat tatkala menyentuh denyut nadi Tanti yang sudah berhenti berdetak. "Apa yang terjadi denganmu, Kak?" Setelah memastikan keadaan di luar, Cupi segera masuk ke dalam tahanan di mana Noura masih diam ketakutan. Sipir wanita itu sedikit melakukan pemaksaan kerena tidak ingin melihat Noura terlibat lagi dengan pihak kepolisian."Ayo keluar, Noura!" Cupi menarik paksa lengan Noura. "Kamu bisa dituduh sebagai pembunuh Tanti jika tetap diam di sini!" Saat itu adalah waktunya jam makan siang. Masih belum ada orang yang kembali ke dalam tahanan. "Tapi bagaimana dengan kak Tanti?" Noura tidak tega mengabaikan temannya yang sudah menjadi mayat itu. "Aku tidak sanggup melihatnya dalam keadaan seperti ini.""Itu bukan urusanmu lagi!" Cupi membentak, geram dengan sikap polos Noura. "Apa kamu mau dituduh lagi sebagai pembunuh? Apa kamu belum kapok juga? Pikirkan dirimu sendiri, anakmu, dan juga orang-orang yang telah mengorbankan diri untukmu!" Untungnya, Noura tersadar
Ketika Noura berdiri di depan panti asuhan, dia hanya bisa termenung, memandangi kesunyian dari setiap sisi bangunan yang sudah terkunci rapat itu.Sebelumnya, tidak ada yang menceritakan tentang kondisi panti tersebut. Oleh pihak pengacara, Noura hanya diberikan beberapa lembar uang kertas dan sebuah ponsel yang biasa dia gunakan ketika belum berstatus sebagai narapidana."Ke mana mereka semua?" Noura membuka layar ponselnya, kemudian melakukan panggilan pada bu Meta, lalu bergantian pada Reema, pengasuh yang biasanya merawat bu Rafeeqa.Beberapa kali mencoba, jawaban operator tetap sama. Nomor yang dituju sedang berada di luar jangkauan. Noura akhirnya mengalah."Aku harap kalian semua baik-baik saja." Noura bahkan tidak memiliki tempat tinggal saat ini. Tidak ada keluarga dan teman untuk mengadu, tapi pikirannya masih tertuju pada keselamatan anak-anak di panti. Di tengah kebingungannya, Noura teringat dengan sikap aneh Mike di akhir-akhir pertemuan mereka. Dia menyesalkan sikap p
Noura tersentak dengan serangan pemilik kamar kontrakan itu. "Nyonya Maria, apa yang akan Anda lakukan dengan ponselku?""Dua puluh Dinar untuk satu malam, sementara kamu hanya memberikan setengahnya saja. Apa kamu masih tidak mengerti dengan maksudku?"Aku pasti akan melunasinya setelah mendapatkan pekerjaan." Noura masih ingat kebaikan Maria tadi malam. Wanita itu memberikan keringanan karena khawatir dengan keadaan Noura. "Bukankah Nyonya juga berkata demikian.""Aku sudah katakan kalau tadi malam itu aku hanya berkata asal, makanya sekarang aku mengambil ini saja untuk dijadikan sebagai jaminan." Maria segera memasukkan ponsel jadul itu ke dalam tasnya. "Adakah benda lain yang dapat kamu jaminkan agar aku bisa percaya? Hanya ponsel yang tidak berguna ini bukan?" gertaknya.Selain uang, Noura juga sangat butuh ponsel untuk berkomunikasi. Sisa uang di tangannya akan dibelikan untuk pakaian seadanya. Dia pun memelas agar diberi keringanan. "Tolong beri aku waktu, Nyonya, aku pasti ak
"Maaf, kami tidak bisa mempekerjakan mantan narapidana, kami hanya akan mengambil karyawan yang namanya masih bersih dari segala tindak kriminal.""Ya ampun kasusmu ini sangatlah berat. Mencuri, menganiaya dan bahkan membunuh juga, bagaimana mungkin perusahaan ini bisa menerima wanita sepertimu.""Tolong tinggalkan kantor ini, nona Noura. Sebelumnya, kami sudah pernah melihatmu di berbagai media jika kamu telah banyak melakukan kejahatan yang sengaja dilakukan.""Korbanmu saja tidak tanggung tanggung, Nona Noura. Sekelas keluarga kaya raya seperti keluarga Othmani saja kamu berani bantai habis habisan, bagaimana dengan perusahaan kami yang hanya sekecil ini. Maaf, kami tidak bisa bekerja sama dengan Anda. Tolong jangan pernah datang lagi ke tempat ini!"Berbagai penolakan dan pengusiran telah Noura alami selama beberapa hari ini. Jawaban mereka seperti sudah disetting seakan-akan mengetahui penyebab Noura mendekam dalam penjara. Ya, pada akhirnya, status narapidana yang pernah disand
Noura tidak berani berharap lebih saat menunggu keputusan dari pemilik sanggar. Penolakan yang didapatkan secara berulang-ulang dalam sepekan menyadarkan Noura agar lebih legowo ketika menerima keputusan.Setelah menyelesaikan test interview dan dilanjutkan dengan praktik lapangan, Noura duduk di ruang tunggu. Dia pun mulai merasa keheranan tatkala menyadari kesendiriannya. Noura menoleh ke kanan dan kiri, karena selama pengetesan tidak ada orang lain yang menjadi saingannya."Apa perlu aku menanyakannya ya?" Noura ragu untuk mendekati pihak HRD yang mengurusi lamarannya. Wanita di depan sana terlihat angkuh dari cara bicaranya. "Ah ... lebih baik aku tunggu saja."Di tempat lain.Mike kembali menghubungi Saleem untuk yang ke sekian kalinya."Ini sudah seminggu, Tuan Saleem, aku sangat membutuhkan kabar tentang Noura."[Tolong bersabar sedikit, Mike, aku akan kembali setelah semua pekerjaanku selesai dan melakukan apa yang kamu inginkan.]"Boleh aku tahu kapan Anda kembali ke sana, Tu