Noura tidak berani berharap lebih saat menunggu keputusan dari pemilik sanggar. Penolakan yang didapatkan secara berulang-ulang dalam sepekan menyadarkan Noura agar lebih legowo ketika menerima keputusan.Setelah menyelesaikan test interview dan dilanjutkan dengan praktik lapangan, Noura duduk di ruang tunggu. Dia pun mulai merasa keheranan tatkala menyadari kesendiriannya. Noura menoleh ke kanan dan kiri, karena selama pengetesan tidak ada orang lain yang menjadi saingannya."Apa perlu aku menanyakannya ya?" Noura ragu untuk mendekati pihak HRD yang mengurusi lamarannya. Wanita di depan sana terlihat angkuh dari cara bicaranya. "Ah ... lebih baik aku tunggu saja."Di tempat lain.Mike kembali menghubungi Saleem untuk yang ke sekian kalinya."Ini sudah seminggu, Tuan Saleem, aku sangat membutuhkan kabar tentang Noura."[Tolong bersabar sedikit, Mike, aku akan kembali setelah semua pekerjaanku selesai dan melakukan apa yang kamu inginkan.]"Boleh aku tahu kapan Anda kembali ke sana, Tu
"Senang bertemu denganmu, Noura!" "Kamu ...!" Noura mengernyitkan dahinya. "Apa semua ini kamu juga yang mengaturnya?" Noura mulai paham dengan siasat yang ditujukan padanya. Bagaimana Noura mendapatkan berita pekerjaan, lalu diarahkan untuk menuju bangunan tersebut. Ternyata semua telah dirancang, karena sejak awal hanya dirinya sendiri yang diseleksi."Anggap saja seperti itu!" Pria bernama Ikram zorgani itu berjalan mendekati Noura, kemudian mengulurkan tangan dengan sopan. "Selamat datang, Noura. Akhirnya kita bertemu kembali."Noura masih berdiri di tempatnya. Namun, tidak ada tanda-tanda jika dia akan menyambut uluran tangan Ikram. Sekilas ingatan Noura pun terlempar pada masa lalu, di mana pria yang berdiri di depannya saat ini telah menghilangkan diri setelah Heba melakukan fitnah kejam atas dirinya.Tentu saja Noura masih marah dengan Ikram. Pria itu adalah satu di antara pria yang pernah secara terang-terangan menyatakan perasaan pada Noura. Namun, di saat Noura mengalam
"Secepat itu dia kembali." Nader terlihat kesal melihat Noura bersama dengan Ikram. "Menjijikkan ...!" dengusnya. Nader masih duduk di dalam mobilnya. Di depan sana, dia melihat Noura diperlakukan hangat oleh Ikram ketika masuk ke dalam mobil pria itu."Apa aku harus menyingkirkanmu juga?" Setelah berhasil menyingkirkan Mike, Nader mungkin akan melakukan hal yang sama pada Ikram.Namun, Nader harus pikir panjang jika akan berurusan dengan Ikram. Keluarga Othmani dan keluarga Zorgani sama-sama memiliki power dan kekuasaan yang tinggi dalam dunia bisnis. Kedua keluarga itu saling mengayomi satu sama lain. Selain berteman baik, Ikram juga adalah sepupu Nader yang mana ibu kandungnya berasal dari keluarga Zorgani.Setelah melihat mobil Ikram melaju dengan cepat, Nader mengambil ponselnya. Dia menghubungi Zana, kakak kandung Ikram sekaligus merupakan sepupunya.Dalam hitungan detik, Zana menerima panggilan Nader."[Ada apa Nader? Tidak biasanya kamu meneleponku, apa ada hal yang penting
Dari sudut ruangan, Nader tengah fokus memperhatikan gerak-gerik Noura. Menggunakan masker, topi dan kacamata hitam, penyamarannya tampak seperti detektif yang sedang mencari berita.Otot-otot di sekitar leher dan wajah Nader seketika menegang tatkala melihat Noura berjabat tangan dengan Ikram. Wajahnya yang putih juga memerah saat kemesraan di depan mata masih berlanjut dengan sebuah pelukan hangat. "Beraninya kalian berpelukan di depan umum ...!" Ini untuk yang ke sekian kalinya Nader melihat mantan wanitanya itu bersentuhan fisik dengan seorang pria. "Wanita murahan yang tidak tahu diri!" Pada saat itu, Noura hanya terharu dengan usaha Ikram yang telah berhasil menghubungi bu Meta. Secara spontan, Noura memeluk pria di depannya."Terima kasih sudah membantuku!" ucap Noura setelah pelukan itu terlepas. "Aku lega sekarang setelah mengetahui mereka semua baik-baik saja di tempat yang aman." "Aku juga bisa menebus panti asuhan itu untukmu?" Ikram tidak mau kehilangan kesempatan. Sel
"Ini tidak bisa dibiarkan!" Aida yang ketakutan mencengkram kedua lengan Chelsea. "Aku sangat membutuhkan anak Noura untuk memeras Nader. Cepat bantu aku, Chelsea, lakukan sesuatu agar Mike tidak membawa anak itu!"Chelsea tidak mau berpihak pada Aida lagi. Saat Mike marah, wanita itu sama sekali tidak membantunya. Lagi pula sejak awal Chelsea tidak pernah setuju dengan ide Aida. Dia hanya terpaksa menuruti keinginan wanita itu."Biarkan saja, Bu!" Dengan pelan, Chelsea menarik tangan Aida. "Maaf, aku tidak mau lagi mengikuti apa yang Ibu perintahkan. Aku tidak ingin melihat Mike marah." Setelah itu, Chelsea menyusul langkah Mike. Namun, baru saja meninggalkan Aida beberapa langkah, sebuah bunyi keras telah mengagetkannya. Gedebuk.Aida terjerembab jatuh ke lantai.Di pelataran rumah, Mike baru saja menaiki mobil ketika Chelsea datang menghampirinya."Mike, tunggu dulu!" Chelsea berlari cepat untuk menggapai Mike. "Bu Aida baru saja pingsan dan aku lihat hidungnya juga berdarah," ka
"Halo ...!"Satu kata dari balik telepon seketika memunculkan senyum ceria di wajah Noura. Suara itu adalah milik Mike. Tentu saja Noura berbahagia atas panggilan sahabatnya. Noura sudah tidak sabar untuk mengetahui kabar anaknya. "Halo, Mike ... bagaimana keadaan Angelku?" tanya Noura dengan haru.[Angel baik-baik saja, Noura. Dia tumbuh dengan sehat.] Mike tak kalah senang mendengar suara Noura. Dia sangat merindukan sahabatnya itu. Wajahnya saat ini jauh lebih ceria dari hari hari sebelumnya.Noura menghembuskan napas lega. "Syukurlah," ucapnya.[Apa kamu tidak ingin menanyakan kabarku? Kenapa hanya Angel yang kamu ingat, padahal saat ini kamu sedang bicara dengan ayahnya?] tanya Mike dengan niat merayu.Bukannya terkesan, godaan Mike itu justru membuat Noura membeku. Dia langsung terdiam karena baru menyadari jika status anak yang dilahirkannya adalah anak Mike. Meski hanya secara hukum, namun pria itu lebih berhak atas diri Angel.[Noura, kenapa kamu diam saja?] Mike bertanya ka
"Saatnya bermain denganku, Noura!" gumam Zana sembari melangkah menuju sebuah ruangan. Masalah yang pernah terjadi pada keluarga Othmani telah membuat Zana menaruh dendam pada Noura. Kini, dengan kehadiran Noura dalam keluarganya telah memicu kebencian yang semakin dalam.Pintu ruangan itu terbuka lebar. Maka Zana tidak butuh ketukan untuk meminta izin masuk. Dia berdiri di badan pintu sambil menatap Noura dengan penuh keangkuhan.Ketika menyadari bunyi sepatu pantofel yang semakin dekat, Noura segera menoleh ke belakang. Dia terkejut tatkala melihat kedatangan seorang wanita cantik yang menggunakan pakaian dan aksesoris serba mahal itu."Apa kabar, Noura?" tanya Zana. Tak ada senyum di wajahnya. Hanya sebuah sorot mata yang tajam. "Sudah lama juga kita tidak bertemu. Oh iya, aku lupa, kamu kan mantan narapidana, tempatmu adalah penjara, bagaimana mungkin kita bisa bertemu sementara tempatmu dan tempatku perbandingannya seperti langit dan bumi!" ejeknya."Bisakah untuk tidak mengguna
Noura mengaduk-aduk makanan di depannya. Malam itu dia tidak berselera makan. Perutnya mungkin lapar, tapi banyaknya beban hidup membuatnya sulit untuk menelan makanan.Ya, pikiran Noura terus melayang pada rentetan kisah hidupnya. Pertemuan dengan Ikram, kemudian Nader. Disusul oleh ucapan Zana dan Heba yang begitu menyakitkan hati. Semua perlakuan orang kaya itu membuat batin Noura semakin tertekan."Kenapa aku harus terjerat pada keluarga mereka?" Noura meletakkan sendok di tangannya, lalu bertopang dagu. "Jika sudah seperti ini, ke mana lagi aku harus mencari pekerjaan?"Noura bingung harus berbuat apa. Semua tempat yang didatanginya selalu menolak lamarannya dengan alasan yang sama. Noura butuh pekerjaan untuk menyambung hidup. Dia juga ingin bertemu dengan anak yang belum pernah dilihatnya. Belum lagi niat Noura yang ingin mengembalikan bangunan milik bu Meta satu-satunya. Semua itu membuat kepala Noura nyaris meledak.Saking kerasnya berpikir, Noura tidak menyadari jika ada or
Moana memang tidak pernah melihat kejahatan yang dilakukan Nader di masa lalu, tapi dia telah menyaksikan sendiri bagaimana pengorbanan Nader terhadap Noura di kala wanita itu dalam kesulitan.Kini, Moana bersedia untuk membantu Nader. Dia akan berada di pihak pria itu hingga bisa kembali bersama dengan Noura."Noura ...." ucap Moana sembari menggenggam tangan sahabatnya. "Aku akan beritahu kamu bahwa Bu Rafeeqa yang pernah kamu ceritakan itu adalah ibu kandungnya Nader, dia disingkirkan oleh Heba belasan tahun yang lalu. Aku rasa kamu sudah paham maksudku." "Dari mana kamu tahu?" Noura bertanya pelan.Moana tidak menjawab, tapi dia mengajak Noura. "Ayo ikut aku, akan aku tunjukkan sesuatu padamu!"Melihat Noura menurut saja, Mike kemudian protes. "Noura, kamu mau ke mana? Tidak bisakah kamu mengikutsertakan aku dalam masalahmu, kita sudah berjanji untuk segera menikah, tolong jangan perlakukan aku seperti ini!"Noura menatap Mike dengan dalam. Tak lama, dia pun menggelengkan kepala.
"Ayah, kenapa belum ada kabar?" Noura mendesak Reghab dan itu sudah terjadi berulang kali. "Aku bahkan belum pernah menggendong anakku, bagaimana kalau terjadi hal buruk dengan Angel? Aku tidak ingin hidup lagi jika Angel ku tidak bisa ditemukan.""Angel pasti baik-baik saja. Tidak akan terjadi hal buruk padanya."Diam-diam Reghab juga telah mendapatkan kabar dari Imtiyaz jika Angel dalam keadaan sehat dan sudah lama bersama dengan mereka. Kronologi penculikan juga sudah dijelaskan, membuat Reghab terlihat tenang."Ayah, dari mana kamu menyimpulkan itu?" Noura gusar melihat ayahnya yang tampak santai. "Aku curiga ayah tidak mengambil tindakan apapun, aku lihat ayah lebih sering mengurus pekerjaan daripada mencari anakku. Apa kamu juga tidak peduli dengan keselamatan cucu kandungmu sendiri?"Dituduh demikian membuat Reghab tercengang. Sejak menghilangnya Angel, Noura akan lebih sensitif pada orang yang tidak aktif membicarakan keselamatan putrinya."Tentu saja aku peduli, Noura." Regha
"Sebenarnya Angel diculik, Bu, dan aku belum mendapatkan kabar apapun sampai saat ini," jelas Mike dengan jujur. "Itu sebabnya aku tidak bisa membawa Angel bersama saat ini, aku terpaksa berbohong pada kalian semua.""Bagaimana bisa, Mike?" Meta juga panik mendengarnya. "Siapa yang melakukannya? Apa itu keluarga Nader?" "Bukan dia, Bu, aku masih berusaha sampai sekarang, tolong jangan beritahu Noura dulu, aku takut dia ikut panik!" pinta Mike yang belum siap untuk menghadapi Noura. "Aku di sini, Mike." Suara Noura tiba-tiba terdengar dari balik pintu, membuat Mike terkejut. "Noura ...." Mike tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Noura segera masuk dan mendekati teman baiknya itu. "Kenapa kamu tidak jujur saja, Mike, apa yang kamu pikirkan? Angel itu anakku, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, dan dia belum ditemukan sampai hari ini, tapi kamu malah berniat ingin menyembunyikannya dariku.""Aku hanya tidak ingin melihatmu khawatir, Noura," kata Mike dengan bersungguh-su
Saat melihat atasan mereka dipermalukan, Kandar dan Omar segera mengambil tindakan. Dengan gerakan cepat, keduanya membubarkan semua orang agar tidak lagi menyaksikan pertengkaran itu."Ayo keluar semua!" seru Kandar dengan brutal. Dia bahkan menarik ponsel orang-orang yang berani merekam kejadian tersebut."Tarik semua yang kamu berikan itu, Nader, setetes pun aku tidak membutuhkannya," gertak Noura. Wajah yang tadinya ayu berubah beringas membuat semua orang terkejut dan bertanya-tanya.Nader sontak berdiri dan bertanya. "Apa yang kamu lakukan, Noura?" Dia bingung. Sebelumnya, hubungan mereka sudah terlihat sedikit akrab, kenapa Noura mendadak berubah arogan."Menolakmu dan membuktikan bahwa aku tidak seperti yang kamu tuduhkan dua tahun yang lalu," ucap Noura dengan marah."Aku tahu, Noura, dan aku juga sudah menyadari semua itu." Nader kembali berlutut dan matanya mulai basah. "Aku mohon, maafkan aku, Noura, aku memang sangat bodoh, aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu, Nour
Noura masih diam di tempatnya. Dia tersenyum tipis ketika menyaksikan tingkah Malini yang begitu agresif."Aku sudah tidak sabar lagi," gumam Malini dengan senangnya. Meski Nader terkesan menghindar, namun Malini tetap saja menempel seakan dia adalah wanita yang dimaksud oleh Nader."Malam ini, aku ingin mengatakan yang sebenarnya jika aku telah menikahi wanita yang aku cintai," ucap Nader dengan tegas. "Dan sebagai bentuk rasa cintaku, semua properti yang aku miliki akan aku serahkan padanya."Semua tamu yang hadir terkesan takjub dengan ketulusan Nader pada wanita yang dicintainya. Bagaimana bisa seorang pria dingin seperti Nader menyerahkan seluruh harta benda miliknya pada seorang wanita?Akan tetapi tidak untuk Malini. Kejujuran Nader terdengar asing baginya. Nader sudah menikahi wanita yang dicintainya, itu berarti bukan Malini."Apa maksudmu, Nader?" Malini tidak terima. Dengan kasar, dia mendorong pundak pria di depannya. "Kamu sudah berjanji akan menikahi aku, bahkan kita su
Sebuah nama yang diucapkan Noura sontak mengagetkan Nader. Pria itu refleks menginjak rem hingga mobil berhenti seketika."Nader, apa yang kamu lakukan?" tegur Noura yang sempat panik dengan keadaan tersebut. "Apa kamu sengaja ingin membuat kita semua mati?"Dari belakang, Moana juga merasakan hal yang sama. Kaget dan panik. "Ya ampun, untung nyawaku tidak melayang."Beruntung mereka semua menggunakan sabuk pengaman dan lalu lalang kendaraan juga tidak terlalu ramai."Maaf ...!" Nader merasa bersalah. "Aku hanya mengingat seseorang yang berarti dalam hidupku," ucapnya pelan."Mengingat seseorang tapi melupakan orang di sekelilingmu," Noura mengoceh kesal. "Sebaiknya fokus pada tujuan kita, jangan memikirkan orang lain dulu!" kata Noura dengan tegas.Nader masih penasaran. Jadi dia bertanya dengan cepat. " Noura, aku ingin tahu tentang wanita yang kamu bicarakan tadi, bisa kamu jelaskan lagi atau bawa aku untuk menemuinya!"Karena Noura masih kesal, dia tidak begitu paham maksud pertan
Ikram lebih dulu masuk ke dalam ruang rawat inap itu. Di belakangnya juga ada Chelsea dan Jerico. Ketiganya berjalan lambat dan sengaja menampilkan ekspresi wajah yang paling ramah.Ketika Maryam menyadari kedatangan ketiga orang asing itu, dia segera mencengkram lengan Suzan. "Untuk apa mereka datang lagi?" tanya Maryam dengan ketakutan. "Suruh mereka pergi, aku tidak mau melihat mereka."Ikram merasa iba dengan bibinya itu. Mukanya tiba-tiba cemberut melihat kondisi wanita itu. Sudah belasan tahun mereka tidak bertemu dan bahkan mereka telah menganggapnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. "Ingat apa yang harus kamu katakan!" Dari belakang, Chelsea berbisik. "Tidak perlu menyebutkan nama anak ataupun suaminya, itu tidak penting baginya, yang dia butuhkan hanya Noura saja!"Ikram segera tersadar dengan penjelasan Chelsea. Dia pun berkata dengan lembut. "Bibi, aku adalah temannya Noura, dia menyuruhku ke sini khusus untuk menjemputmu. Maukah kamu pulang bersama kami?"*Meski masih
Noura lebih banyak diam ketika bu Meta memberikan nasehat padanya. Dia mendengar semua ucapan wanita paruh baya itu tanpa berniat menyanggah sedikit pun. "Ibu ingin yang terbaik untukmu, Noura, jadi sebaiknya jauhi Nader, jangan pernah berdekatan dengannya lagi, apalagi berniat ingin kembali bersama dengannya!" ucap Meta di akhir nasehatnya."Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, Bu," balas Noura dengan terbuka. "Bahkan pertemuan kami hanya untuk meminta dia agar segera menceraikan aku." "Ibu pegang kata-katamu, Noura." Meta terlihat sedih. Tatapan matanya terlihat penuh dendam. "Sungguh, ibu masih sangat membenci keluarga mereka, mereka tidak pantas untuk dimaafkan, Noura.""Iya, Bu." Noura mengangguk paham.Reghab terlihat lebih santai dari hari biasanya. Dia paham dengan perasaan Meta yang turut menyaksikan langsung kekejaman keluarga Othmani pada Noura. Sama seperti Imtiyaz, Reghab juga menyerahkan semua keputusan pada putrinya. Tampak jika dia juga sudah tidak terlalu denda
Harta yang dimiliki Reghab Hammadi sepenuhnya akan diturunkan untuk Noura dan dia juga telah diberi kebebasan untuk mempergunakannya sesuka hati. Namun demikian, Noura masih memiliki caranya sendiri. Dengan mempergunakan Nader, Noura berpikir bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari pria itu."Aku rasa selama ini kamu sudah memberikan uang yang banyak untuk Malini, tapi malangnya, saat aku meminta bantuan darimu, kamu sepertinya sangat sulit untuk berbagi denganku," sindir Noura membuat Nader terhenyak."Aku tidak seperti yang kamu pikirkan itu, Malini tidak berhak untuk mendapatkan apapun dariku, jadi untuk apa membahas wanita itu?" Nader berusaha memperbaiki imagenya yang mungkin dicap buruk oleh Noura. "Sekarang apa rencanamu, bantuan seperti apa yang kamu inginkan?" tawarnya."Bukankah besok malam Netanyahu akan melelang perusahaannya?""Dari mana kamu tahu?" Nader merasa sedikit malu dengan ketidaktahuannya saat ini."Ayahku yang memberitahu." Noura menjeda ucapannya