"Ini tidak bisa dibiarkan!" Aida yang ketakutan mencengkram kedua lengan Chelsea. "Aku sangat membutuhkan anak Noura untuk memeras Nader. Cepat bantu aku, Chelsea, lakukan sesuatu agar Mike tidak membawa anak itu!"Chelsea tidak mau berpihak pada Aida lagi. Saat Mike marah, wanita itu sama sekali tidak membantunya. Lagi pula sejak awal Chelsea tidak pernah setuju dengan ide Aida. Dia hanya terpaksa menuruti keinginan wanita itu."Biarkan saja, Bu!" Dengan pelan, Chelsea menarik tangan Aida. "Maaf, aku tidak mau lagi mengikuti apa yang Ibu perintahkan. Aku tidak ingin melihat Mike marah." Setelah itu, Chelsea menyusul langkah Mike. Namun, baru saja meninggalkan Aida beberapa langkah, sebuah bunyi keras telah mengagetkannya. Gedebuk.Aida terjerembab jatuh ke lantai.Di pelataran rumah, Mike baru saja menaiki mobil ketika Chelsea datang menghampirinya."Mike, tunggu dulu!" Chelsea berlari cepat untuk menggapai Mike. "Bu Aida baru saja pingsan dan aku lihat hidungnya juga berdarah," ka
"Halo ...!"Satu kata dari balik telepon seketika memunculkan senyum ceria di wajah Noura. Suara itu adalah milik Mike. Tentu saja Noura berbahagia atas panggilan sahabatnya. Noura sudah tidak sabar untuk mengetahui kabar anaknya. "Halo, Mike ... bagaimana keadaan Angelku?" tanya Noura dengan haru.[Angel baik-baik saja, Noura. Dia tumbuh dengan sehat.] Mike tak kalah senang mendengar suara Noura. Dia sangat merindukan sahabatnya itu. Wajahnya saat ini jauh lebih ceria dari hari hari sebelumnya.Noura menghembuskan napas lega. "Syukurlah," ucapnya.[Apa kamu tidak ingin menanyakan kabarku? Kenapa hanya Angel yang kamu ingat, padahal saat ini kamu sedang bicara dengan ayahnya?] tanya Mike dengan niat merayu.Bukannya terkesan, godaan Mike itu justru membuat Noura membeku. Dia langsung terdiam karena baru menyadari jika status anak yang dilahirkannya adalah anak Mike. Meski hanya secara hukum, namun pria itu lebih berhak atas diri Angel.[Noura, kenapa kamu diam saja?] Mike bertanya ka
"Saatnya bermain denganku, Noura!" gumam Zana sembari melangkah menuju sebuah ruangan. Masalah yang pernah terjadi pada keluarga Othmani telah membuat Zana menaruh dendam pada Noura. Kini, dengan kehadiran Noura dalam keluarganya telah memicu kebencian yang semakin dalam.Pintu ruangan itu terbuka lebar. Maka Zana tidak butuh ketukan untuk meminta izin masuk. Dia berdiri di badan pintu sambil menatap Noura dengan penuh keangkuhan.Ketika menyadari bunyi sepatu pantofel yang semakin dekat, Noura segera menoleh ke belakang. Dia terkejut tatkala melihat kedatangan seorang wanita cantik yang menggunakan pakaian dan aksesoris serba mahal itu."Apa kabar, Noura?" tanya Zana. Tak ada senyum di wajahnya. Hanya sebuah sorot mata yang tajam. "Sudah lama juga kita tidak bertemu. Oh iya, aku lupa, kamu kan mantan narapidana, tempatmu adalah penjara, bagaimana mungkin kita bisa bertemu sementara tempatmu dan tempatku perbandingannya seperti langit dan bumi!" ejeknya."Bisakah untuk tidak mengguna
Noura mengaduk-aduk makanan di depannya. Malam itu dia tidak berselera makan. Perutnya mungkin lapar, tapi banyaknya beban hidup membuatnya sulit untuk menelan makanan.Ya, pikiran Noura terus melayang pada rentetan kisah hidupnya. Pertemuan dengan Ikram, kemudian Nader. Disusul oleh ucapan Zana dan Heba yang begitu menyakitkan hati. Semua perlakuan orang kaya itu membuat batin Noura semakin tertekan."Kenapa aku harus terjerat pada keluarga mereka?" Noura meletakkan sendok di tangannya, lalu bertopang dagu. "Jika sudah seperti ini, ke mana lagi aku harus mencari pekerjaan?"Noura bingung harus berbuat apa. Semua tempat yang didatanginya selalu menolak lamarannya dengan alasan yang sama. Noura butuh pekerjaan untuk menyambung hidup. Dia juga ingin bertemu dengan anak yang belum pernah dilihatnya. Belum lagi niat Noura yang ingin mengembalikan bangunan milik bu Meta satu-satunya. Semua itu membuat kepala Noura nyaris meledak.Saking kerasnya berpikir, Noura tidak menyadari jika ada or
Sekitar pukul sebelas malam, Noura tiba di depan sebuah bangunan megah yang memiliki beberapa lantai. Didampingi Maria, Noura berdiri menghadap ke arah gedung raksasa itu.Banyak orang yang berdatangan dan terlihat tidak sabar untuk memasuki tempat tersebut. Namun, kedua wanita itu memilih menunggu di luar.SAHARA CLUB & LOUNGE "Tempat ini tampak sangat mewah!" Noura berkata jujur tatkala melihat desain unik dari bangunan di depannya. Bentuknya menyerupai sebuah kapal pesiar. Maria mengangguk setuju. "Ya, sangat mewah dan menakjubkan jika dipandang dari satu sisi, tapi sangat menyeramkan jika dipandang dari sudut yang lain juga."Tentu saja Noura paham dengan kata-kata Maria. Klub malam adalah tempat hiburan di mana sebagian orang banyak yang menganggapnya sebagai obat penghilang stress. Akan tetapi, di dalam klub itu, tidak sedikit yang berakhir dengan tragis. Ada banyak kasus pembunuhan, penipuan, pemerkosaan yang terkadang tidak diusut tuntas oleh pihak berwajib. Terlebih jika k
"Cheers ...!" Para pria kaya raya bersulang dengan riang. Mereka semua saling mengangkat gelas masing-masing ke atas."Cheers ...!" Para wanita lainnya tidak mau kalah, menyambut dengan sukacita malam bahagia itu.Terlihat para pengusaha, pejabat dan artis ternama sedang berkumpul di sebuah villa mewah milik keluarga Othmani.Malam itu adalah pesta pertunangan antara Nader dan Malini. Hanya kalangan atas yang mendapatkan undangan untuk menghadiri acara yang bersifat privasi itu.Ya, sekali lagi Nader mendapat keberuntungan. Dia berhasil menolak tuntutan ayahnya yang ingin segera menjadikan Malini sebagai menantu dalam keluarga Othmani. Sudah dua tahun berlalu sejak putusnya hubungan Nader dan Noura. Hingga detik ini, tidak ada satu pun yang berhasil mengisi kekosongan hati Nader. Pria itu kerap terlihat menyendiri, sibuk dengan bisnis dan menghabiskan waktu untuk bekerja dan bekerja sepanjang waktu."Kenapa hanya bertunangan?" Zana menyindir Malini, lalu sekilas melirik Nader yang
Nader tidak peduli dengan keramaian tamu di pesta pertunangannya. Selama acara berlangsung, hanya sikap dingin dan acuh yang ditunjukkan pria itu. Ketika mengetahui keberadaan Noura malam itu, dia berniat untuk meninggalkan villa. Sebaliknya, Malini hanya fokus pada Nader. Mengetahui sang tunangan akan meninggalkan pesta, dia segera mengejar pria itu."Sayang, kamu mau ke mana?" Malini menahan tangan Nader. "Ini momen bahagia kita, masa iya kamu masih mau meninggalkan aku di pesta semeriah ini?"Suara Malini tidak terlalu keras, namun masih terdengar oleh Ikram, Heba dan juga Zana. Dengan ekspresi yang berbeda-beda, mereka semua menoleh pada Nader dan menunggu alasan pria itu."Bukankah kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan?" tukas Nader tanpa perasaan. "Jadi tidak usah bersikap manja lagi di depanku, nikmati saja pesta malam ini tanpa melibatkan aku!""Tapi ini kan ...."Malini belum selesai bicara, namun Nader telah berlalu pergi tanpa berniat untuk mendengarkan apapun.Mal
Berurusan dengan club malam adalah satu hal yang biasa untuk Nader dan Ikram. Baik untuk tujuan bersenang-senang ataupun melepas penat, kedua pemuda sukses itu bisa dikatakan telah sering mengunjungi tempat maksiat tersebut.Apalagi, ketika berkaitan dengan Noura, Nader dan Ikram berebut untuk mendapatkan saham dari Sahara club yang kini tengah mengalami krisis keuangan.Seperti Nader, Ikram bergerak cepat menuju lokasi pelelangan yang diadakan oleh pendiri resmi club and lounge Sahara.Zuhaib Abbas, seorang pria tua keturunan asing itu terpaksa menjual usaha berharganya akibat tertipu oleh istri muda dan rekan sesama bisnisnya sendiri. Untuk menutupi semua hutang dan pengeluaran yang bernilai fantastis, tentu saja dia harus melakukan pelelangan dan mengundang tamu VVIP di kota tersebut."Tidak perlu memikirkan apapun, selalu tawarkan harga paling tinggi!" Nader berkata pada orang kepercayaannya. Omar terlihat runsing, bingung dengan keputusan atasannya. "Apa yang kamu pikirkan?" Na