Beranda / CEO / Terjerat Cinta Milyader / Punyamu Bisa Berdiri

Share

Punyamu Bisa Berdiri

Penulis: Suharni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-02 15:43:53

"Jelaskan padaku, sejak kapan kau menjadi tunangan Yoga Iskandar?"

Ingin rasanya aku menghilang. Agar tak ada yang menanyakan pria menyebalkan itu padaku.

Sialnya, aku lupa bila Uti berasal  dari keluarga terpandang. Tentu saja dia mengenal Yoga. Mengingat latar belakang mereka yang nyaris sama.

"Biarkan aku berpikir dulu," jawabku sembari memperbaiki perasaan.

"Berpikir dulu? Kau bahkan tidak tahu posisimu di mana. Lalu mengapa masih berpikir? Bukankah sebentar lagi kalian akan menikah?"

Oh Tuhan, ingin rasanya ku sumpal mulut Uti. Tidak bisakah dia memberiku sedikit ruang untuk berpikir?

"Tunggu dulu, apa kau mengenal Pria menyebalkan itu?"

Kening Uti berkerut ketika Yoga ku sebut sebagai pria menyebalkan.

"Maksudku Yoga... Apa kau mengenalnya?"

"Tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah pemilik salah satu perusahaan konsultan terbesar di kota ini," jawan Uti.

Ternyata benar, Yoga merupakan pria kaya raya. Lalu apa kata Ibu bila sampai melihat berita tentangku barusan? Aku pasti akan dipukulinya habis-habisan.

"Mengapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?!" seruku, tiba-tiba menghardik Uti.

"Mengapa kau marah padaku? Memangnya aku tahu kau akan menjadi tunangan seorang milyader?"

Milyader? Sekaya itukah Yoga? Tapi sepertinya dia masih muda untuk menjadi seorang pemilik perusahaan. Ah, bisa jadi dia hanyalah seorang pewaris, bukan perintis.

"Sekarang jelaskan padaku, bagaimana bisa kau menjadi tunangan Yoga? Apa benar kau..."

"Ceritanya panjang!" selorohku, mengacuhkan pertanyaan Uti.

"Kalau begitu singkat saja. Bisa, kan?"

Salah satu yang tidak ku sukai dari wanita cerewet ini. Dia kerap memaksaku untuk meminta penjelasan. Uti sama sekali tak pandai menahan diri.

Sebelum memutuskan untuk bercerita, aku menarik napas berat. Kemudian, "Tadi aku bertemu Aditya di toko berlian."

"Aditya mantan pacarmu yang tidak tahu diri itu?"

Haruskah Uti memperjelas segalanya? Walau bagaimanapun juga aku dan Aditya pernah memiliki kenangan manis sebelum akhirnya pria brengsek itu mengakhiri hubungan kami. Dasar Uti sialan.

"Hmm..."

"Hahaha... Lalu?"

Sesuai dugaan. Jika aku memberitahu Uti tentang insiden pagi tadi, dia pasti akan menertawakanku. Sekarang terbukti, bukan?

"Adit datang bersama kekasih barunya. Lalu kami terlibat perselisihan karena wanita itu sangat cerewet. Dia terus menyudutkanku, karena memiliki penampilan kucel dan burik. Menurutnya, hanya orang kaya yang bisa masuk ke toko berlian. Bukan gadis sepertiku... Keterlaluan!" ceritaku berapi-api.

"Hahaha... Terus... Terus..."

Uti sudah seperti tukang parkir. Dia terus memintaku untuk melanjutkan.

"Ya... Lalu kebetulan aku melihat Yoga sedang mencari sesuatu di toko itu. Karena merasa tertantang oleh pacar Adit, aku pun menghampiri Yoga dan memintanya untuk berpura-pura menjadi kekasiku tanpa berpikir panjang... Mana ku tahu kalau dia justru meminta imbalan dariku dengan berpura-pura menjadi tunangan palsunya di depan para wartawan."

"Hahaha..."

Uti tertawa terpingkal-pingkal ketika cerita usai ku sampaikan padanya, alih-alih merasa iba.

"Kau pura-pura menjadikan Yoga sebagai kekasihmu. Tapi ternyata dia justru memanfaatkan momen itu. Hahaha... Sepertinya kau telah terkena karma dari Aditya, karena telah membohonginya."

"Sialan, Lo!" Aku melempari Uti dengan pena.

"Sekarang aku hanya takut bila Ibu menonton berita barusan. Bisa-bisa dia jatuh pingsan saat mengetahui Anak gadisnya tiba-tiba menjadi tunangan seorang pria asing," tukasku mulai khawatir.

"Hais, kau ini... Itulah sebabnya kau harus menggunaka akalmu sebelum memutuskan melakukan sesuatu," kata Uti dengan mudahnya menyalahkanku.

"Habis, aku terpancing emosi dengan kelakuan pacar Adit. Ingin rasanya ku remas mulut cerewet wanita itu. Benar-benar menyebalkan!" seruku berapi-api.

"Ya sudah, selamat memikirkan alasan. Berdoa saja, semoga Ibu tidak menonton berita di rumah. Hahaha."

Alih-alih memberiku solusi, Uti justru kembali mengejekku.

**

Yoga Pov.

Di kantor, aku menjadi bahan perbincangan semua orang. Tak terkecuali Indra, Manager kantor sekaligus sahabatku.

"Wanita mana yang kau sewa untuk membungkam mulut para wartawan itu?"

Lihatlah, betapa menyebalkan Indra. Mulutnya sungguh lemes seperti perempuan.

"Diamlah! Aku tidak punya banyak waktu untuk menjawab setiap omong kosongmu!"

Malas rasanya menjawab pertanyaan Indra seputar gadis tak jelas tadi. Aku benar-benar malu dibuatnya. Bagaimana tidak, wanita itu telah berani menyentuh benda pusakaku.

Sialnya, alih-alih merasa malu. Dia justru mengungkit hal tersebut. Keterlaluan!

"Tapi kau punya waktu untuk mencari gadis sewaan, bukan?"  ledek Indra sekali lagi.

"Pergi,!"

Merasa kesal, akhirnya aku melempari sahabatku itu dengan pena.

"Hei, santai, Bro... Mengapa kau marah padaku? Dasar aneh."

Ya, aku memang aneh. Pagi ini banyak keanehan yang kualami. Dimulai ketika sarapan pagi. Mama mencercaku tentang pernikahan dan cucu. Dua hal yang membuat tensiku selalu naik turun.

"Yoga, ingat usiamu sekarang berapa. Sudah memasuki tiga puluh tahun, Nak. Apa kau tidak berencana untuk menikah dan memberi kami cucu? Apa kau tidak ingin mendengar ada tangisan bayi di dalam rumah ini? Mama kesepian, Ga."

Drama pagi hari selalu saja begini. Mama mengeluh soal usia dan kesunyian dalam rumah.

"Kalau hanya sekedar ingin mendengar tangisan bayi, mengapa Mama tidak ke panti asuhan saja? Di sana kan banyak anak bayi yang sengaja diterlantarkan orang tuanya," jawabku acuh tak acuh, sehingga membuat Mama kesal dan memukul lenganku.

Plak!

"Kau ini! Memangnya kau pikir Mama kurang kerjaan? Mama pengen bayi itu datangnya dari spermamu. Bukan hasil persilangan orang lain. Atau jangan-jangan kau tidak normal ya, Ga? Punyamu tidak bengkok kan, Nak? Bisa berdiri, kan?"

Memang nasib mempunya Ibu bar-bar. Selalu saja bertutur kata tajam dan mesum. Aku sendiri yang anak muda, tidak pernah menyebut soal sperma. Sedangkan Mama tanpa beban mengucapkannya.

Ditambah lagi Mama meragukan kejantananku. Mama pikir aku berasal dari kaum pelangi yang tak suka wanita.

"Enak saja! Tentu aku normal, Ma. Punyaku bisa berdiri kokoh dan tegak," sanggahku tak terima.

"Lalu?"

"Astaga, Mama... Lalu aku harus bagaimana? Mama kan tahu sendiri kalau sejak dulu aku jomlo. Tak ada yang berminat padaku," sahutku.

"Itu karena kamu yang kurang berusaha! Lihat tuh, Anaknya Ibu Lina. Usianya jauh lebih muda darimu, tapi dia sudah punya dua Anak. Apa kau tidak merasa iri padanya?"

"Hala... Hasil zina dibanggakan!"

Mama selalu saja membandingku dengan Anak orang lain. Katanya aku ketuaan. Bisa jadi bujang lapuk kalau masih belum menikah-menikah juga.

Sekarang Mama membandingkanku dengan Anak Ibu Lina. Tetangga sebelah yang kerap menggunakan gincu merah merona tiap kali hendak mengghiba.

Sekarang Ibu tersebut memiliki dua cucu, hasil dari perzinahan Anak bujangnya. Dan ini yang dibanggakan oleh Mama? Luar biasa.

Kini Mama juga ikut-ikutan bersaing. Dia kata aku ini pria murahan? Ada-ada saja.

"Setidaknya rumah mereka selalu rame. Sering terdengar tangisan bayi. Lah, kita? Tangisan Mbok Ita yang didengar tiap hari."

Mbok Itu adalah asisten rumah tangga kami. Setiap hari dia kerap menonton drama korea bergenre sedih. Sehingga sering membuatnya menangis tersedu-sedu.

Terkadang kami mengira Mbok Ita baru saja mengalami putus cinta. Ternyata, dia menangisi aktor favoritnya yang bunuh diri, karena merasa frustasi.

"Kalau begitu besok aku akan membawa beberapa bayi ke rumah ini untuk menghibur Mama."

Perdebatan itu selalu saja terjadi antara kami, sehingga membuatku malas pulang ke rumah. Ditambah lagi Papa yang tak kalah cerewetnya dari Mama. Benar-benar sial.

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Milyader    Papa Yang Cerewet

    Drama itu pun berlanjut ketika aku hendak berangkat ke kantor. Ada beberapa paparazi tengah mengintaiku dari sudut halaman rumah.Hampir setiap hari orang-orang pencari berita itu menguntitku seperti pencuri. Apa mereka tak bosan terus meliputku? Padahal aku selalu mengabaikannya."Tito, kita mampir ke toko berlian dulu, ya. Nanti malam akan ada perayaan ulang tahun pernikahan Mama," titahku kepada supir pribadiku."Baik, Tuan."Pengintaian itu tak berhenti sampai di situ saja. Paaparazi mengikutiku sampai ke toko berlian. Beruntungnya, ada seorang gadis asing yang mendadak memintaku untuk menjadi kekasih palsunya demi membalas mantan pacar.Aku yang sudah mulai kesal dengan ulah paparazi itu, akhirnya mengiyakan ajakannya tanpa berpikir dua kali. Hitung-hitung untuk membungkam mulut orang-orang yang menyebar berita, bahwa aku mengalami penyimpangan seksual."Jadi, wanita itu yang lebih dulu mengajakmu bersandiwara?""Tentu saja, apa kau pikir aku kurang kerjaan? Mengajak seorang gadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Terjerat Cinta Milyader    Di Pesta Ulang Tahun Itu

    Pipiku masih terasa nyeri malam ini. Tamparan Mama sungguh menyakitkan, hingga bekasnya masih terlihat jelas."Aww... Sstt, sakit. Aku harus bagaimana sekarang? Masa iya harus keluar dengan kondisi seperti ini?" gumamku. Memperhatikan wajah lebamku di depan cermin."Kau masih belum siap juga?" Tiba-tiba Papa masuk ke kamar."Belum," jawabku sedikit kesal.Hubunganku dan Papa memang tak terlalu akur. Sebab, Papa selalu mendesakku untuk menikah dan menikah terus. Tak beda jauh dari Mama yang menginginkan cucu.Bedanya, Papa kerap menghasut Mama bila aku tak mengindahkan ucapannya. Sedangkan Mama, Ibu berapi-api yang siap memarahi Putranya kapan saja. Benar-benar memabuatku gila.Meski begitu, aku sangat menyayangi mereka. Merekalah satu-satunya alasanku semangat mencari cuan."Kau masih marah sama Papa, ya?""Kali ini apa lagi rencana Papa? Mau menjodohkanku dengan salah satu Anak kerabat kita seperti yang sudah-sudah?"Dari ekspresi Papa, aku bisa menebak apa isi otaknya. Pasti tak jau

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Terjerat Cinta Milyader    Gelang Nenek

    Selain mengabadikan momen, para wartawan juga mengajukan beberapa pertanyaan secara bertubi-tubi. Menuntut penjelasan kepada kami.Sementara Yumi terlihat panik sekaligus tak suka. Dia berusaha untuk melarikan diri, tapi aku mencegahnya."Sekarang bukan waktunya untuk pergi. Bantu aku menyelesaikan masalah yang telah kita mulai sebelumnya," bisikku kepada Yumi."Apa kau sudah gila? Mengapa aku harus membantumu?"Sepertinya Yumi tidak mau memahami situasiku kali ini. Aku harus membuatnya mengerti apapun yang terjadi."Teman-teman media, dengar... Malam ini, selain kami merayakan pesta ulang tahun pernikahan, kami pun akan mengumumkan hal penting yang lain. Yaitu tentang pertunanganku bersama gadis ini. Bukankah kalian selalu bertanya-tanya kapan aku memperkenalkan kekasihku? Kapan kami akan melangsungkan pernikahan, dan lain sebagaimana... Nah, pada kesempatan inilah aku secara resmi mengumumkan pertunangan kami berdua."Mata Yumi semakin membeliak sempurnah ketika aku dengan percaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Terjerat Cinta Milyader    Pertengkaran Itu

    Aku mengejar Yumi yang sudah keterlaluan menyakiti hati Mama. Kemarahanku telah memuncak, hingga tak sadar menarik tangan gadis itu setelah menemukannya yang masih berada di ambang pintu pagar rumah."Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?" sarkas Yumi. Berusaha untuk melepas tanganku."Tidak! Sebelum kau meminta maaf kepada Mamaku."Sikapku sudah seperti seorang suami yang marah terhadap istrinya. Didukung dengan mata membulat.Aku sungguh marah terhadap gadis ini. Padahal kalau dipikir-pikir akulah yang bersalah. Bahkan hubungan kami tak sedekat rumah dan atapnya. Namun, egoku telah menguasai logika."Lepas, kataku!" seru Yumi. Berhasil melepas cengkraman."Siapa kau? Menyuruhku minta maaf kepada Ibumu. Apakah kau adalah pacarku yang sesungguhnya? Ku rasa hubungan kita tak sedekat itu."Ucapan Yumi seperti menghempasku ke dalam danau. Aku sungguh malu, tapi hati ini masih sakit ketika mengingat Mama yang jatuh pingsan, karena wanita gila ini."Aku tidak perduli sedekat apa hubungan kit

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Terjerat Cinta Milyader    Mulai Berpikir

    "Hahaha... Jadi, akhirnya kau menerima tantangan itu?" Lagi-lagi Indra menertawakanku."Sialan, Lo!""Uhuk... Uhuk..." Bahkan Indra sampai terbatuk-batuk.Memang nasibku pantas untuk ditertawakan. Mau bagaimana lagi, aku benar-benar pria sial.Betapa tidak, baru juga melakukan kebohongan pertama kalinya. Eh, justru ketahuan saat itu juga. Belum lagi Mama yang berencana menikahkanku dengan Magdalena bila tak kunjung menemukan kekasih dalam kurun waktu enam bulan.Hais, mengapa aku harus menerima tantangan Mama saat itu? Mengapa aku tidak berusaha untuk menolaknya? Benar-benar payah aku ini. Wajar bila Indra menertawakanku, alih-alih iba."Lalu, apa rencanamu selanjutnya? Apa kau akan mulai berpetualang?" Indra meraih apel yang ada di keranjang buah depan meja ruanganku. Lalu menggigitnya dengan santai."Entahlah, aku tidak menemukan ide apapun. Aku tidak punyai pengalaman untuk itu," jawabku putus asa."Bagaimana kalau kau memulai dengan benar bersama gadis bernama Yumi itu?"Sepertiny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Terjerat Cinta Milyader    Pria Itu Lagi

    ***Yumi Pov***Sayup-sayup ku mendengar suara perdebatan antara Yoga dan Ibunya. Aku tahu yang ku lakukan ini telah menyakiti hati mereka. Akan tetapi, aku tak bisa bersandiwara lebih lama lagi.Mengakui hubungan palsu, sungguh membuatku seperti seorang berandal sekaligus pembohong besar.Memang betul, bahwa akulah yang telah memulai kebohongan ini. Namun, siapa sangka bila Yoga justru semakin menyeretku ke dalam urusan asmaranya.Dan kali ini situasinya semakin rumit. Dimana ia mengumumkan hubungan kami di depan semua orang tanpa memberiku aba-aba.Aku yang masih setia dengan keterkejutanku, hanya bisa diam mematung melihat kelancangan lelaki menyebalkan itu.Sialnya, di depan semua orang pula. Dengan lantangnya Yoga menciumku. Seolah tak punya rasa malu sama sekali.Sungguh, aku tak tahu bila pesta ulang tahun yang dimaksud Uti adalah ulang tahun pernikahan kedua orang tua Yoga.Andai saja Uti sedikit lebih jujur padaku, mungkin aku tak akan berakhir seperti ini. Tak akan ada hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Terjerat Cinta Milyader    Uti Si Tukang Usil

    "So... Kau merasakan jantungmu deg-degan ketika melihat senyuman Yoga?"Inilah yang membuatku kesal terhadap Uti. Dia tak pernah berhenti menggodaku semenjak terlibat sandiwara Yoga.Setiap hari gadis cerewet itu mempertanyakan perkembangan hubungan kami. Padahal dia satu-satunya orang yang paling tahu kehidupanku.Bahkan kemana arah kaki ini melangkah, Uti pasti tahu. Lantas sekarang dia sengaja menggodaku hanya karena selama ini aku jomlo."Is... Kau ini. Selalu saja menggodaku. Apa kau pikir aku segila itu sampai jatuh cinta pada pria seperti Yoga?" sarkasku tak terima."Aku kan hanya mempertanyakan kondisi jantungmu. Bukan cintamu pada pria itu. Atau jangan-jangan kau...""Pergi, gak?! Atau pena ini melayang cantik ke wajahmu!" Aku meraih pena di atas meja untuk digunakan sebagai objek pengancaman.Jujur, Uti membuatku kesal hari ini. Bisa-bisanya dia mempermainkanku."Baiklah... Baiklah... Oh iya, tadi pagi ada tiga pesanan pelanggan. Kali ini dia menginginkan gambar kalung berli

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Terjerat Cinta Milyader    Sikap Tak Biasa Ibu.

    "Pokoknya Ibu tidak setuju bila kau ikut-ikutan warga untuk melawan para orang kaya itu!" Ibu menghardikku agar tak turut serta bersama orang pasar untuk memperjuangkan hak mereka. Padahal Ibu tahu betul, bahwa para bedebah itu sedang membodohi warga di sini."Tapi, Bu. Bukankah Ibu tahu sendiri bila yang dilakukan orang itu tidak benar?" Ibu seolah menyangkal kata hati sendiri. Itulah yang membuatku sedikit kecewa padanya.Dulu Ibu tidak seperti ini. Ibu sangat vokal memperjuangkan hak setiap orang yang membutuhkan bantuan. Walau bukan berprofesi sebagai pengacara, tetapi Ibu adalah seorang lulusan sarjana hukum. Sedikit banyak Ibu tetap tahu soal Undang-Undang. Jadi, wajar bila aku mendesak Ibu agar tidak diam saja menyaksikan kezoliman itu."Yumi, Ibu sedang tidak ingin membahas masalah pasar. Ibu hanya ingin kita hidup dengan tenang," kata Ibu, seolah pasrah kepada nasib."Yakin Ibu merasa tenang setelah menyaksikan ketidak adilan itu? Apakah hati Ibu tidak merasa iba pada warga?

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Milyader    Tuan Hartanto

    Jalan tengah dari permasalahan kami, aku pun memilih untuk damai. Menandatangani surat pernjanjian dari Yoga.Walau hati kecilku menolak, tetapi demi kebaikan semua orang. Aku rela sekali lagi berkorban.Usai menandatangi surat tersebut. Yoga tersenyum puas. Aku tidak sangka dia adalah pria yang licik. Meski terkadang tak sungkan menunjukkan perhatiannya terhadapku. Namun, hal itu tidak mengubah fakta, bahwa Yoga adalah manusia kejam."Yum, ada yang ingin ku sampaikan padamu. Apakah kita bisa bertemu?" Sore harinya. Aku mendapat panggilan dari Uti.Terdengar dari nadanya. Seperti ada sesuatu yang serius."Baiklah," sahutku."Kau mau kemana?" Baru saja aku berencana pergi, Yoga mencegatku di ruang tamu."Uti memanggilku. Katanya ada yang mau disampaikan padaku.""Jam berapa pulangnya?" tanya Yoga sekali lagi."Aku tidak tahu... Baiklah, aku pamit." Aku terburu-buru hendak menemui Uti. Hingga lupa di mana tempat pertemuan kami."Gunakan mobil untuk menemui Uti. Jangan pakai sepeda buntu

  • Terjerat Cinta Milyader    Surat Kontrak Dari Yoga

    Hari ini aku dan Yoga akhirnya pindah rumah. Walau harus diawali dengan sejumlah drama.Semula orang tua Yoga tidak setuju pada keputusan kami. Terutama Mama. Namun, setelah berunding. Akhirnya Mama setuju juga.Entah apa yang telah Yoga katakan padanya. Saat itu aku sedang berada di luar kamar. Aku memberi mereka privasi."Jaga baik-baik menantu Mama, Ga. Jangan biarkan dia bersedih. Awas saja kalau sampai Mama tahu, Mama tidak akan melepasmu!" ucap Mama usai kami pamit padanya."Mama tenang saja. Aku tidak akan menggigitnya. Paling hanya mencakar sedikit," sahut Yoga, berkelakar."Cakarnya jangan dalam. Tipis-tipis saja," seloroh Papa penuh maksud.Percakapan ini terkesan random. Keluarga Yoga memang sungguh aneh. Mereka sangat akrab satu sama lain. Namun, cara menunjukkan kedekatan itu berbeda dari keluarga biasanya.Papa terkesan cerewet, tetapi sebagai kepala keluarga. Dia sangat perhatian serta bertanggung jawab.Sedangkan Mama, dia memang terlihat tegas. Akan tetapi, di balik k

  • Terjerat Cinta Milyader    Cinta Pertama Yoga

    Malama itu kami kumpul bersama keluarga besar Yoga. Ada Uti sudah pastinya. Tak ketinggalan Nindia, gadis yang sejak kecil mengejar Yoga serta menyebutnya sebagai suami masa depan.Aku mengenakan gaun merah pemberian Mama mertua. Kali ini rambutku sengaja ditata rapi agar terlihat lebih elegan. Pasalnya, konon keluarga Yoga datangnya dari kalangan atas semua.Namun, yang aku perhatikan mereka cukup sederhana dan tak mempersoalkan diriku yang berasal dari keluarga biasa.Mungkin dulu keluargaku seperti mereka. Namun, sekarang lain cerita setelah Ayah jatuh bangkrut."Kau sudah siap?" tanya Yoga begitu usai berdandan.Untuk penampilan Yoga, tidak perlu lagi dipertanyakan. Seperti biasa, dia hanya mengenakan setelan jas hitam."Iya," sahutku."Kita temui tamu sekarang. Pasti mereka sedang menunggu kita," ucapnya.Yoga mengulurkan tangan. Aku yang masih belum siap, terpaku untuk sesaat. Benarkah pria ini suamiku? Dia memperlakukanku dengan manis."Yumi," sapanya."Ah iya." Aku tersadar da

  • Terjerat Cinta Milyader    Ngundu Mantu

    Hidup bersama mertua, sudah tentu tak bisa dihindari bagi sepasang suami istri yang baru menikah. Pun halnya denganku yang tiba-tiba sudah menjadi istri orang.Lantas bagaimana dengan saudara ipar yang dibenci oleh para istri sejuta umat?Tentu aku tidak menjadi salah satu dari mereka. Yoga berstatus anak tunggal."Mengapa harus di rumah orang tuamu? Aku mau di rumah Ibu," sarkasku menolak ajakan Yoga."Tidak masalah kalau kau ingin tinggal di sana. Tapi, kita harus tidur satu ranjang." Kali ini ide gila apa yang coba diusung Yoga. Sungguh memalukan.Tidur bersama? Oh tidak bisa. Tentu hal itu tak akan pernah terjadi. Pria ini tidak bisa dipercaya untuk urusan ranjang. Dia selalu mencuri ciuman dalam kesempitan. Tentu saja dengan alasan klasik. Tidak sengaja."Mengapa begitu? Kami memiliki tiga kamar tidur kok," tukasku tak terima."Lalu, apa kau ingin Ibumu tahu tentang kita yang sebenarnya? Baiklah, tidak masalah. Aku tidak merasa dirugikan untuk itu. Tapi bagaimana denganmu? Apa ya

  • Terjerat Cinta Milyader    Surat Kontrak

    Selayaknya bisnis simbiosis mutualis. Aku pun harus menyiapkan surat kontrak sebagai simbol dari hubungan ini. Lagi pula aku tidak ingin berlama-lama hidup dalam kepalsuan. Pernikahan ini, harus segera berakhir.Dalam surat tersebut, tak lupa aku cantumkan jangka waktu pernikahan kami. Hanya satu tahun lamanya.Jika biasanya dalam pernikahan kontrak pihak pria yang membuat surat-surat perjanjian, maka lain halnya dengan kami. Aku yang menyiapkan hal tersebut."Ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan padamu." Usai makan, aku mengajak Yoga bicara."Katakanlah, aku mendengarkan," titahnya sembari membuka arloji."Tanda tangani surat perjanjian ini," ucapku seraya menyuguhkan surat kontrak yang seminggu lalu sengaja ku buat untuk berjaga-jaga."Surat kontrak?" Ku lihat kening Yoga berkerut nyaris menyatu. Mungkin dia terkejut aku memberinya sesuatu diluar nalar. Namun, inilah fakta yang harus ia terima. Surat kontrak ini sangat penting untukku.Dari surat inilah aku bisa melindungi selur

  • Terjerat Cinta Milyader    Malam Pertama

    "Pelan-pelan tariknya... Sakit tahu!" Aku meringis kesakitan pada bagian bawah tubuh."Ini juga sudah pelan-pelan!" seru Yoga, menghardikku.Yoga terus berusaha menarik sesuatu yang menancap di bawah tubuhku secara perlahan.Suaraku menggema hingga memenuhi kamar pengantin kami. Mungkin saja orang di luar sana dapat mendengarnya cukup jelas."Aww... sakit! Tuh kan keluar darah. Huhuhu..." Tetapi, aku terus meringis kesakitan."Woi! Yoga... Hati-hati. Kasihan itu anak orang." Sesuai dugaan. Papa Yoga mendengar suaraku yang menggema hingga keluar ruangan. Entah apa yang sedang mereka pikirkan tentang kami."Iya, Pa. Ini juga sudah hati-hati," jawab Yoga dari dalam kamar, masih berusaha untuk menarik benda berukuran kecil itu."Yes, berhasil," katanya."Huaaa....""Cengeng banget sih jadi cewek?! Tenanglah, ini sakitnya tidak akan lama!" seru Yoga.Pria yang kini telah resmi menjadi suamiku itu terus mencercaku, karena tak bisa menahan perih yang menurutnya tak seberapa."Darah ini, kau

  • Terjerat Cinta Milyader    Menikah

    "Selamat, ya. Atas pernikahan kalian." Hari dimana aku dan Yoga bersanding akhirnya tiba juga.Ada banyak tamu undangan yang berdatangan. Tak terkecuali Aditya dan Maminya.Yoga yang sengaja mengundang langsung mantan pacarku itu sewaktu berkunjung ke rumah kami pada sore hari.Aku shock ketika tiba-tiba Yoga mengajak Aditya bicara. Entah apa yang mereka bahas. Saat itu aku hanya menyaksikan keduanya dari jauh.Sebelum pergi, Yoga memberi Aditya undangan pernikahan kami."Terimakasih," ucapku kepada salah satu tamu undangan yang menyalamiku."Congratulation, Beb. Semoga segera diberi momongan, ya... Aku sudah tak sabar lagi menggendong ponakan darimu." Entah Uti sengaja menggodaku. Atau dia bersungguh-sungguh mendoakanku. Wanita ini terlampau over akting.Seakan tidak tahu menahu ihwal perjanjianku dan saudara sepupunya itu."Kau jangan asal bicara." Aku mencecak lengan Uti sembari membisiknya. Kali ini Aku merasa dia sudah keterlaluan."Mengapa? Apa kau malu membayangkan malam pertam

  • Terjerat Cinta Milyader    Hanya Tunangan Palsu

    "Yumi.""Aditya?"Pertemuan ini sungguh terasa canggung. Aku tidak pernah mengira akan bertemu Aditya dalam keadaan terjepit.Ada Yoga di sisiku. Semua orang tahu kami adalah pasangan kekasih. Pun Aditya, dia juga tahu itu.Lalu Yoga menghampiriku lebih dekat. Tadinya kami duduk saling berhadapan."Kita ketemu lagi... Apa kabar?" Aditya menyapaku tanpa menghiraukan Yoga."Aku baik," jawabku singkat.Meski hanya sandiwara, tapi aku tidak tega menyudutkan Yoga. Posisinya adalah sebagai calon suami. Bukan orang asing seperti yang disematkan pada diriku."Oh iya, apa kau sedang makan siang? Apakah aku boleh gabung?" Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba Aditya berubah drastis seperti ini. Kemana perginya kekasih yang dulu ia pamerkan padaku. Mengapa dia selalu berkeliaran seorang diri?"Tidak boleh!" seru Yoga tiba-tiba.Mendadak Yoga mengangkat suara menolak Aditya. Kali ini aku takut terjadi keributan. Tatapan mereka seolah menunjukkan permusuhan."Yumi, apa kau bisa memberitahu tunanganmu.

  • Terjerat Cinta Milyader    Kau Cemburu, Ya?

    "Pantas saja Uti hafal betul setiap sudut kantormu. Ternyata kalian saudara." Kami berada di restoran Jepang dekat pusat kota. Untuk makan siang.Entah ada angin apa Yoga membawaku kesini. Padahal dia sendiri yang memberitahuku sangat anti wartawan. Sementara lokasi restoran tempat kami makan siang lumayan ramai pengunjung serta mudah dijangkau oleh para pencari berita itu."Makanlah! Aku sedang tidak berselera untuk membahas konflik antar wanita," jawab Yoga tanpa beban."Konflik antar wanita? Hei! Ini bukan hanya tentang aku dan Uti. Melainkan kau juga. Bukankah kau yang melarangnya untuk memberitahuku?" sarkasku tak terima."Habiskan makanmu!" balas Yoga singkat.Aku heran terhadap pria yang satu ini. Sikapnya seperti tidak terjadi apa-apa. Kenyataannya dialah penyebab dari semua persoalan."Cih! Dasar pria tidak bertanggung jawab," gumamku.Kemudian aku menyeruput jus lemon milikku tanpa menyentuh nasi goreng yang dipesan tadi."Ceritakan padaku, seperti apa masa kecil kalian? Apa

DMCA.com Protection Status