Share

Tuan Hartanto

Jalan tengah dari permasalahan kami, aku pun memilih untuk damai. Menandatangani surat pernjanjian dari Yoga.

Walau hati kecilku menolak, tetapi demi kebaikan semua orang. Aku rela sekali lagi berkorban.

Usai menandatangi surat tersebut. Yoga tersenyum puas. Aku tidak sangka dia adalah pria yang licik. Meski terkadang tak sungkan menunjukkan perhatiannya terhadapku. Namun, hal itu tidak mengubah fakta, bahwa Yoga adalah manusia kejam.

"Yum, ada yang ingin ku sampaikan padamu. Apakah kita bisa bertemu?" Sore harinya. Aku mendapat panggilan dari Uti.

Terdengar dari nadanya. Seperti ada sesuatu yang serius.

"Baiklah," sahutku.

"Kau mau kemana?" Baru saja aku berencana pergi, Yoga mencegatku di ruang tamu.

"Uti memanggilku. Katanya ada yang mau disampaikan padaku."

"Jam berapa pulangnya?" tanya Yoga sekali lagi.

"Aku tidak tahu... Baiklah, aku pamit." Aku terburu-buru hendak menemui Uti. Hingga lupa di mana tempat pertemuan kami.

"Gunakan mobil untuk menemui Uti. Jangan pakai sepeda buntu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status