Amelia membuka matanya, ia polos tak mengenakan pakaian sehelaipun. Semalam lelah melayani suaminya. Berulang kali Ryan menghujami cinta berlebih.
Amelia memperhatikan wajah suaminya saat tertidur. Memencet alis, hidung serta bibirnya.
"Sudah puas memandangi wajah tampanku?" Amelia kemudian menutupi wajahnya sendiri karena malu.
"Hehehhe... udah aah, mau mandi." Amelia ingin bangkit tapi Ryan memeluk pinggangnya.
Drrrttt... drrtt..
Terpampang nama Ibu di layar depan. Ryan mengambil hp di nakas.
'Ada apa sih Ibu telepon?' Gumam Ryan kesal.
"Siapa yang telepon sayang?" Tanya Amelia melihat perubahan wajah suaminya yang kesal.
"Ibu." Ujar Ryan, Amelia tak menjawab hanya diam saja.
'Ibu kyaknya sengaja deh.' Batin Amelia. Tapi ia tak pedulikan hal itu. Dirinya Segera beranjak ke kamar mandi.
"Ya Bu, a
Sopir membawa Ryan dan Amelia kembali ke rumah. Amelia membawa kopernya ke kamar. Sedang Ryan langsung ke kamar Ibunya. Sebenarnya Lina pura- pura sakit. Hanya ingin merusak acara bulan madu anaknya. Ia terbaring di Bednya. Menyelimuti badanya sampai ke leher.Ryan duduk di pinggir Bed tempat Ibunya berbaring. Lina tersenyum dalam hati, tatkala putra bungsunya datang. 'Ryan masih mendengarkan dirinya ngomong' batin Lina."Ibu sudah ke dokter?" Tanya Ryan heran wajah Ibunya tidak pucat."Aku tak ingin ke dokter, hanya ingin di temani anaku." Ucap Ibu mengerutu.Hendri, kakak Ryan datang bersama pacarnya ke kamar Lina. Ini kesempatan membandingkan Amelia dan Calon mantunya yang lain. Putri nama pacar kakaknya Ryan."Putri yang baru calon istri aja mau jengukin Ibunya, sedangka punya mantu. Mertuanya sakit tak peduli !!""Ma ... sudahlah yang aku di sini jenguk mama !" Ucap Ryan.&nb
Ryan memeluk Ibunya, menenangkan emosinya. Tapi Lina diam saja. Amarah masih menguasai hati. Lina mencoba melepas pelukan anaknya. Di tahan oleh Ryan."Nggak usah merayu Mama!" Ryan kemudian melepaskan pelukanya. Lina memang keras kepala, ia tetep tak mengijinkan Ryan pindah. Biar dia leluasa menyiksa Amelia.Ryan menarik nafas berat, mau tak mau ia harus pindah karena sudah keputusanya."Mama, Ryan minta maaf tapi Ryan tetep akan pindah." Ryan berbalik meninggalkan Ibunya. Yang terpenting bagi Ryan ia sudah berpamitan dengan Ibunya.Ryan mengandeng lengan Amelia, sedang tangan satunya menenteng koper. Mereka pergi setelah pamit dengan Ayah dan kakak tentunya. Mereka mendukung keputusan Ryan. Mobil melaju ke Apartemen, Tak lama kemudian Ryan membuka pintu Apartemenya. Ruangan tertata rapi. Walau jarang di tinggali tapi tiap minggunya ada yang membersihkan. Amelia membuka korden terlihat keindahan kota S
Tania keluar kamar Ryan dengan langkah gontai. Kusut menghiasi Raut muka Tania. Lina heran melihat wajah Tania bak kertas baru di remas."Kenapa Tania? Mukamu tak enak di lihat?Ia duduk di pinggir Bed kemudian menatap Lina lurus."Aku di usir Ryan Tante! Padahal ku kan ingin dekat dengan Ryan !""Kamu sabar jangan terlalu agresif, Santai pelan- pelan saja !" "Iya Tante." Tania menurut kata Lina. "Dah lah, udah malam tidur dulu. Tante mau bersihin muka dulu.""Iya Tante." Tania merebahkan diri dan menarik bed Covernya sampai ke leher. Tak lama kemudian Tania terlelap.Pagi datang, Lina masuk ke kamar Ryan sebelumnya ia sudah mengetok pintu dulu.Ryan sudah rapi, ia akan ke kantor bersama Bobby."Ryan, Mama mau bicara sebentar!" "Aku tunggu di luar Ryan.
Ryan menyelesaikan pekerjaanya. Ia menghubungi Bobby menyuruh pesan tiket untuk kembali ke Indonesia. Bobby menurutinya tanpa membantah. Tanpa pamit pada Ibu dan Tania, Ryan menuju ke Bandara. Lina kelimpungan mencari keberadaan anaknya."Bobby, Ryan mana?" Tanya Lina emosi sampai matanya melotot menahan geram."Ryan pulang ke Indonesia." Jawab Bobby santai dan berlalu ke kamar. Ia sendiri enggan menghadapi Ibunya Boss."Taniaaa!"Tania mendengar suaranya di panggil langsung datang ke hadapanya."Ada apa Tante....?""Pesen tiket sekarang, Ryan sudah pulang ke Indonesia. Kita juga harus pulang!""Tapi Tante ....""Kalau kamu masih ingin di sini. Tante pulang sendiri juga nggak apa- apa !"Tania menelan ludah mendengar ucapan Lina. Tania terpaksa menuruti kemauan Lina, ia tak mau pulang sendiri, ini juga cara mendapatkan Ryan.
Ryan melajukan mobilnya ke Apartemen. Ketika sampai, bau masakan menyeruak masuk ke hidung. Saat ini ia bisa melupakan kejadian saat di rumahnya Ibu. Amelia baru saja selesai masak."Sayang...." Panggil Ryan mencari Istrinya." Ya, Aku di dapur sayang."Ryan segera ke dapur. Terlihat Amelia sedang menata Makan siang di meja.Ryan memeluk dan mencium puncuk kepalanya. Amelia senang mendapatkan perlakuan suaminya yang romantis." Makan siang dulu sayang." ucap Amelia."Ya sayang, aku juga laper."Amelia mengambil nasi dan lauk ke dalam piring. Melihat senyum Amelia kesal Amarah pada Ibunya sirna. Mood kembali membaik. Ryan makan siang sambil mengengam tangan Amelia.Amelia heran, suami sikapnya akhir- akhir ini romantis.Tapi Amelia tak ingin berpikir macam- macam. Amelia bahagia mendapatkanya. Bersyukur pada Tuhan,
Amelia duduk di hadapan Lina dan Tania dengan perasaan campur aduk. Lina menatap Amelia lurus. Ia kesampingkan Perasaanya sebagai seorang wanita.Tania yang berada di samping Lina tersenyum licik. 'Haah sebentar lagi statusmu akan jadi janda Amelia! Batin Tania."Amel, bukankah Agama yang kita anut memperbolehkan poligami. Bujuk suamimu menikahi Tania. Mama menginginkan Tania sebagai menantuku. Tapi tenang saja, aku tak menyuruh Ryan menceraikanmu."Kata yang keluar dari Mama mertuanya menusuk hati dan jantung Amelia. Sakit tapi tak berdarah. Amelia berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar. Tegar di hadapan mertua dan Tania. Amelia diam sejenak, menata perasaanya. Antara sakit, kecewa hancur jadi satu. Merasa gamang saat ini."N... nanti aku bicarakan sama Mas Ryan Ma." Ucap Amelia menahan sesak di dada. Melihat Amelia pucat terbersit rasa tidak tega di hati Lina &
Amelia menjalani hari dengan semangat. Berusaha melupakan ucapan Ibu mertuanya. Ia berangkat ke rumah sakit, karena sudah di tunggu pasien. Sedang Ryan menuju kampus. Ketika mengajar Ryan mendapat notif pesan dari Tania. Isinya membuat Ryan Shock. Sehabis mengajar ia langsung ke Rumah Ibunya. Untung Ibunya sedang di rumah. Ryan berusaha tenang menahan gejolak hatinya.Ibunya sedang di ruang kerjanya. Ryan mengetok pintu.Tok...tok.."Ini Ryan Ma.""Masuk Nak ...."Ryan duduk di hadapan ibunya. Tapi Lina bangkit beralih duduk di sofa, Agar lebih rilex bicara dengan Ryan.Lina diam, ia ingin tau reaksi anaknya. Dari raut wajahnya ia tau anaknya marah."Ma, apa maksud ucapan Tania?""Ucapan Tania yang mana?" Lina pura- pura tak tau."Yang katanya dia siap di madu! Apa maksudnya? Sampai kapanpun Ryan tak ingin men
Tania memandang Ryan lekat. Ia ingin sekali memiliki Ryan. 'Huufftt.' Tania berusaha menahan Gejolak hati. Menahan rasa yang mengebu."Ryan, aku minta maaf kalau selama ini aku merasa menganggumu." Tania ingin mengengam tangan Ryan. Tapi Ryan segera menarik tanganya dari jangkuan Tania."Iya, ku harap kamu menemukan seseorang yang tulus sama Kamu. Kamu cantik juga calon pengacara pasti banyak yang mengantri mendapatkan Cintamu." Ucap Ryan menatap Tania lekat, yang di tatapnya merasa Grogi. Ryan seakan menasehati adiknya sendiri."Iya, makasih Mas Ryan." "Oke, aku pulang dulu." Ryan kemudian bangkit menuju mobil. Seseorang jaket hitam Tania menghampiri Tania."Gimana foto- fotonya bagus nggak?" Orang itu menyerahkan hasil kerjanya dan Tania puas."Tolong kirimkan padaku !" Orang itu mengirimkan foto ke hp Tania."Baik Mbak."