"Maaf. Aku memesan nama El Sanders, kenapa El Baldwin yang tertulis di sini?"
Mendengar nama putranya disebut, Celine pun menoleh.Pandangannya langsung tertuju pada kue yang bentuk dan ukurannya sama persis dengan kue yang saat ini dia pegang.Dua pegawai yang menyadari bahwa kue pelanggan mereka tertukar pun buru-buru minta maaf dan menukar kue itu. "Tuan, mohon maaf! Sepertinya kue Anda tertukar dengan kue milik Nona ini," kata salah seorang pegawai.Pada akhirnya pria berwajah tampan itu mendapatkan kue sesuai pesanannya, tapi sorot matanya jelas mengatakan bahwa dia sangat tidak suka dengan keteledoran yang dilakukan oleh pegawai toko."Namanya sama-sama El. Umur mereka sama, kuenya pun sama. Mereka pasti sangat lucu!" kata pegawai yang lain.Pegawai toko itu hanya ingin mencairkan suasana, tapi sepertinya gagal karena salah satu pelanggannya merasa terganggu. "Iya, putraku memang sangat lucu!" kata Celine.Berbeda dengan pria itu yang terlihat acuh dan berbalik arah meninggalkan toko, Celine justru menanggapi pujian itu dengan bersemangat.Namun, tanpa diduga … sebuah protes terdengar dari pria tersebut. "Nona, kupikir kamu berlebihan. Di dunia ini tidak ada yang lebih lucu dari El Sanders!” "Apa?" tanya Celine.Wanita itu menoleh. Melihat pria itu dengan tatapan tidak suka.Sejak awal Celine sudah membenci sikapnya yang arogan. Dan sekarang pria itu membuatnya tersinggung karena berani membanding-bandingkan El Baldwin-nya dengan El Sanders miliknya."Apa yang kamu katakan barusan?" tanya Celine lagi."Aku bilang El Sanders-ku lebih lucu dari El Baldwin-mu!" jawab pria itu lagi.Seolah tak ingin kalah, pria itu pun memberikan tatapan yang sama. Terlihat lebih dominan sampai membuat dua pegawai toko diam tak berkutik. Sayangnya, tatapan seperti itu tidak membuat nyali Celine menciut."Tidak, Tuan! Kamu salah. Di dunia ini tidak ada yang lebih lucu dari anakku!" kata Celine."Mau bertaruh denganku?" tantang pria tersebut tidak mau kalah."Kenapa tidak?" jawab Celine.Celine pun mengambil ponselnya untuk menunjukkan foto atau video El yang memenuhi memorinya. Tapi begitu melihat jam yang terpampang di sana membuat Celine batal menunjukkan foto itu.‘Gawat, aku hampir telat!’ batin Celine.Celine hanyalah karyawan magang. Jadi dia tidak boleh terlambat atau perusahaan akan memecatnya."Seperti yang kamu lihat. Aku sangat sibuk. Aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu apalagi menunjukkan betapa menggemaskannya putraku!" kata Celine.Detik itu juga, Celine pergi dengan mengendarai sepeda motor bututnya. Meninggalkan seorang pria arogan yang baru kali ini bertemu dengan wanita yang sama sekali tidak tertarik dengan ketampanan wajahnya.Pria itu menarik satu ujung bibirnya ke atas ketika melihat Celine pergi dengan entengnya.“Menarik.” **Setelah makan siang, Celine dipanggil ke ruangan asisten presdir mereka yang bernama Felix."Anda mencariku?" tanya Celine setelah membuka pintu.Felix mengangguk dan menyilakan Celine masuk. Meskipun tidak tahu kenapa Felix memanggilnya, tapi Celine menurut."Selamat, mulai besok kamu akan bekerja sebagai karyawan tetap!" kata Felix setelah karyawannya itu sudah duduk di kursi."Anda serius?" Wajah Celine tidak dapat berbohong, dia terkejut mendapati kabar baik secepat ini."Tentu." Felix bahkan menunjukkan surat penandatanganan karyawan tetap yang telah disetujui oleh presdir mereka.Diangkat sebagai karyawan tetap di perusahaan elit sekelas LLOYD GROUP, siapa yang tidak senang?Terlebih, ini terhitung sebuah pencapaian bagus, sebab Celine mampu menjadi karyawan tetap dalam waktu singkat."Terima kasih, Pak Felix!" Berulang kali, gadis itu menganggukkan kepalanya. Saking bahagianya, mata Celine bahkan mengembun."Jangan berterima kasih padaku. Itu berkat kerja kerasmu sendiri!"Patut diakui, Celine memang karyawan junior dengan dedikasi tinggi. Pekerjaannya semua beres. Dia juga gesit.Karena semua itulah, atasan langsung—Presdir LLOYD GROUP, langsung menerima rekomendasi Felix untuk mengangkat Celine menjadi karyawan tetap."Sekarang, ikut denganku. Presdir ingin bertemu denganmu!" ajak Felix yang langsung bangun dari duduknya."Presdir?" Gadis itu bergumam, kedua alisnya menyatu, heran.Celine bukanlah orang penting. Lantas, apa yang membuat pria dengan jabatan tinggi itu ingin bertemu dengannya??Jujur saja Celine belum pernah melihat seperti apa wajah Presdirnya. Berbeda dengan Felix yang lebih sering terlihat di kantor, bahkan menjadi salah satu orang yang mewawancarainya saat dirinya melamar kerja.Selama Presdir tidak ada, pria itulah yang menggantikannya memimpin perusahaan.Kendati begitu, Celine pun mengikuti pria itu berjalan menuju ruangan Presdir yang berada tepat di sebelah ruangan Felix.Pertama kali menginjakkan kaki di tempat itu, tidak ada hal lain yang Celine rasakan selain hawa dingin yang menusuk.Sementara itu, di depan sana Celine melihat sang presdir sedang duduk di kursi kebesarannya dengan posisi membelakangi mereka.Entah apa yang dia baca, tapi yang jelas dia sangat fokus dengan map yang dia pegang."Felix, kamu bisa pergi sekarang!" sahut Presdir yang masih belum memperlihatkan wajahnya itu.Felix pun pergi. Sementara Celine hanya bisa membatu di tempatnya berdiri.Suara yang dia dengar barusan sangat tidak asing. Dia yakin pernah mendengar suara itu, tapi lupa kapan dan di mana.Barulah ketika pria itu memutar kursinya, Celine berhasil mengingat semuanya."Kenapa bisa dia?" gumam Celine.Dua matanya membesar dibarengi rona merah di wajah yang perlahan hilang berubah pucat. Dia tidak menyangka bahwa Presdirnya adalah pria yang berdebat dengannya di toko kue tadi. Takut sudah pasti. Celine bahkan sudah pasrah jika dirinya dipecat sekarang juga."Kenapa diam saja? Tidak ingin menyapa atasanmu?"Mendengar teguran itu, Celine pun mendekat beberapa langkah, lalu menyapa Presdirnya dengan sangat sopan.Apa yang dia lakukan sekarang tentu sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan di toko kue tadi."Selamat siang, Presdir!" kata Celine.Yah, Celine melihatnya. Dia sempat melihat pria itu tersenyum licik kearahnya.Wanita itu bahkan bisa melihat apa yang sedang orang itu baca. Itu adalah map berisi data-data pribadi miliknya karena ada nama Celine Tan di sampulnya."Seingatku, kita belum berkenalan. Perkenalkan, namaku Sebastian Earl Sanders. Presdir di perusahaan tempatmu bekerja.” Ada nada menyindir di sana. “Jadi lain kali kamu harus sopan. Ingat itu baik-baik!"Kepala gadis itu langsung menunduk. "Tolong maafkan saya, Presdir. Saya akan mengingatnya!" Dia begitu menyesali keteledorannya di toko kue tadi."Jadi, siapa yang lebih lucu sekarang. El Sanders-ku atau El Baldwin-mu?" tanya Earl.Tentu saja El Baldwin akan menjadi yang paling lucu. Tapi di hadapan pria arogan itu, Celine tidak punya pilihan lain selain menjawab pertanyaan itu sesuai keinginannya."Kurasa, Anda benar … El Sanders lebih lucu dari El Baldwin!""Bagus kalau kamu mengerti. Kamu bisa pergi sekarang.” Celine berdiri, tapi kemudian pria itu kembali bersuara lagi. “Satu lagi, kurasa kamu akan sering-sering masuk ke ruangan ini. Jadi, persiapkan dirimu!"Lagi-lagi Celine menunduk. Tak berani lagi melihat pria yang meskipun tampan tapi tatapan matanya seolah menguliti sekujur tubuhnya."Pria ini pasti punya rencana buruk untukku!" batin Celine.***"Celine, Presdir memanggilmu!""Lagi?"Sedikit kesal rasanya mendengar kalimat perintah yang sama berulang kali. Sudah dua minggu dari kejadian di toko kue itu, tetapi agaknya dendam sang presdir belum surut juga.Berulang kali Celine dipanggil. Entah ini sudah yang ke berapa kalinya. Padahal dirinya baru keluar dari ruangan itu sepuluh menit yang lalu.Tak ingin mendapat masalah, Celine pun segera pergi ke ruangan Presdir yang terkenal diktator itu."Kali ini dia ingin aku mengerjakan apa lagi?" gumam Celine dengan bahu yang melorot.Kendati begitu, gadis itu tetap mengulas senyum ketika menghadap sang presdir. Sementara Earl, pria itu hanya tersenyum tipis seraya menyodorkan sebuah map kepada Celine."Aku sudah mengatur posisi baru untukmu!" kata Earl.Celine pun menerima map itu dan membacanya perlahan. Semuanya baik-baik saja sampai Celine tahu ke mana Earl melemparnya sekarang."Presdir, tolong jangan bercanda!" Matanya refleks memelotot.Tentu saja kabar ini kabar buruk. Sebab, E
"Ayahmu."Celine termangu mengetahui ada seseorang yang mengenal ayahnya."P-paman kenal ayahku?" Mata gadis itu mengerjap tidak percaya.Pria tersebut tersenyum tipis sembari terus memperhatikan Celin tanpa berkedip.“Namaku Jehian, dan ya, aku mengenal dekat ayahmu.” Jehian kemudian mengerutkan dahinya, menyadari sesuatu. “Di mana ayahmu sekarang? Lalu, apa kamu bekerja sama dengan mereka?” tunjuk pria itu ke arah perwakilan perusahaan.Tiba-tiba ekspresi Celine berubah. Calon air mata bahkan sudah menggenang di sudut-sudut matanya. Dia jadi punya sebuah ide brilian, kendati dia terus berdoa supaya ayahnya merestui karena ia akan menggunakan ayahnya sebagai dalih."A-ayah sakit.” Dia mulai terisak pelan. “Aku kerja di perusahaan itu, Paman. Dan ini proyek penentuan untukku. Aku bisa dipecat jika gagal dalam Upaya pembebasan lahan ini. Sedangkan … Aku butuh banyak uang untuk biaya rumah sakit.”Sesaat, Celine menghentikan ucapannya. Dia menatap lekat-lekat Jehian dan ekspresi di waja
Sementara Celine tengah terlibat nostalgia, di perusahaan Earl—sang presdir, tengah panik usai mendengar kabar pegawainya hilang."Belum ada kabar?" tanya pria itu pada bawahan kepercayaannya, Felix. "Belum, haruskah kita lapor polisi dan menambah personil untuk mencarinya?" Sebenarnya puluhan orang sengaja dikirim untuk memastikan keamanan Celine dan teman-temannya. Tapi siapa yang menyangka pria bernama Jehian itu malah membawa Celine kabur dan tidak satu pun orang suruhan mereka bisa menemukan jejaknya.Jehian dikenal sebagai ketua preman yang begitu dihormati. Kegarangan dan ketegasan pria tambun itu bukan lagi isapan jempol semata. Pengaruhnya benar-benar kuat, sebab sekali dia berkata … seluruh preman di bawahnya akan langsung tunduk.Spekulasi buruk pun mulai memenuhi pikiran mereka, tidak terkecuali Earl."Lakukan saja!" kata pria itu pada akhirnya.Felix pun menghubungi pihak terkait untuk membuat laporan. Tak lupa meminta bawahannya menambah anggota untuk mencari Celine.S
Hari ini adalah hari pertama Celine menjadi sekretaris. Bukannya grogi, wanita itu terlihat sangat antusias, terlebih setelah dia mengubah penampilannya habis-habisan. "Rasanya seperti mimpi. Apa ini masih diriku?" Wanita itu tersenyum lebar, mengagumi kecantikannya melalui cermin kecil yang dia pegang. Agaknya, dia sendiri pun terkejut dengan penampilannya yang sekarang. Rambut panjangnya sengaja dipangkas sebahu. Pakaian longgar nan usang itu sudah ia ganti dengan pakaian trendi yang menonjolkan bentuk tubuh proporsionalnya. Dengan penampilan seperti itu, ditambah make-up natural yang menghias wajahnya, siapa yang tak akan terpesona melihatnya? "Sebastian Earl Sanders, mulai hari ini aku pasti akan menunjukkan betapa luar biasanya janda yang kamu anggap menjijikkan ini." Wanita itu segera menyimpan cerminnya. Sebagai sekretaris baru, Celine harus aktif. Tidak boleh hanya diam dan menunggu perintah atasan. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke ruangan Earl sekarang. Tok tok tok ..
"Luna?" Mata Celine membesar melihat siapa yang memanggilnya. Dia adalah Luna-sahabat baik, sekaligus guru El Baldwin-putranya. "Apa yang kamu lakukan disini?"Wanita itu mendekat, tak percaya bisa bertemu dengannya di tempat itu."Aku baru saja menemui suamiku." Luna menunjuk gedung yang berdiri kokoh di belakangnya "Dia bekerja disana." "Benarkah?" Matanya memelotot. Takjub dengan pengakuan Luna barusan. "Itu sangat keren!""Kamu juga sangat keren," puji Luna.Wanita itu memperhatikan Celine sebentar. Hanya beberapa minggu sejak pertemuan terakhir mereka, tapi Celine sudah banyak berubah. "Bagaimana kabarmu?""Aku baik." Celine tersenyum manis, tak lupa menyodorkan tangannya pada Luna. "Terimakasih ya, atas semuanya?""Untuk?" Luna memicingkan salah satu matanya. Seingatnya, dia tidak melakukan apa pun. Lalu, kenapa Celine mengucapkan terimakasih?"Ehh ... i-itu, karena tanpa bantuanmu, aku tidak mu
"Tidurku nyenyak sekali."Bangun tidur, Celine langsung duduk. Perempuan itu menggosok matanya, lalu merenggangkan tubuh sembari mengumpulkan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.Tapi, sebuah kejutan langsung menyambutnya ketika dia membuka matanya ... "Ini ... dimana?"Mata elangnya menyapu seluruh ruangan. Tempat ini begitu asing. Bingung, kaget, semuanya bercampur jadi satu. Terlebih setelah melihat logo yang terpampang di nakas.Seingatnya, dia pergi ke bar semalam. Tapi kenapa sudah ada di kamar hotel saat dia bangun? "Apa aku memesan kamar dalam keadaan mabuk?"Masih dalam keadaan bingung, Celine melangkah. Tujuannya adalah jendela yang masih tertutup gorden. Tapi, langkahnya terhenti ketika dia melihat pantulan dirinya di cermin."T-tunggu ... apa yang terjadi?" Matanya memelotot. Dia bahkan langsung menutup mulutnya karena kaget. "Kemana perginya pakaianku?"Glek.Celine menelan ludahnya dengan kasar. Wajahnya memucat. "Apakah aku tidur dengan pria hidung belang?"Celin
"Akhirnya sampai juga."Begitu turun dari taksi, Celine menyusuri jalanan sekitar untuk mencari alamat yang menjadi tempat janjian mereka. Matanya awas melihat sekeliling. Sementara mulutnya sibuk mengulum permen."Apa ini tempatnya?"Celine memeriksa kembali alamat pemberian Earl. Tidak salah, tapi membuat Celine heran. Dari sekian banyak tempat, kenapa harus tempat ini yang menjadi tempat janjian mereka? "Memangnya, dia ingin aku melakukan apa?"Awalnya, Celine ragu. Tapi seorang perempuan berpakaian rapi keluar dari gedung untuk menyambutnya. "Nona, Anda Nona Celine, kan?""Ah ... darimana kamu tahu namaku?" "Tuan Earl bilang akan datang membawa seseorang. Dan ciri-cirinya persis sepertimu." Wanita itu tersenyum. "Jadi, kupikir orang itu adalah kamu."" ... ""Mari."Ternyata, perempuan itu adalah salah satu asisten designer terkenal di kota ini. Karena teman pelanggan setianya sudah datang, dia pun
"Presdir, aku sangat jelek saat memakai gaun." Celine mencari alasan. Sepertinya dia masih belum menyerah di detik-detik terakhirnya. "Selain itu, aku juga tidak pandai berbohong. Bagaimana kalau kita mencari perempuan lain saja?"Gadis itu memasang wajah penuh harap. Berdoa di dalam hatinya agar Earl membatalkan niatnya untuk menjadikannya pacar bohongan. Sayangnya, hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. "Aku tidak sempat melakukan semua itu."Suara pria itu sangat datar. Sedatar wajahnya saat membuka pintu ruangan yang akan mempertemukan mereka dengan perancang busana terbaik di kota ini."Selamat sore, Tuan Ivan. Maaf membuatmu menunggu." Earl tersenyum. Menyapa Ivan yang sudah menunggunya sejak tadi."Selamat datang." Ivan tersenyum, menyambut Earl dengan hangat sebelum menoleh ke arah Celine. "Jadi, Anda ingin memesan gaun untuk Nona ini, Tuan Earl?" "Benar. Bisakah membantuku memilihkan gaun yang cocok untuknya?""Tentu saja." Ivan terseyum dengan optimis. "Dengan senang ha