Beranda / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 14 : Dimanja Dokter Tampan

Share

Bab 14 : Dimanja Dokter Tampan

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 15:48:18

Sementara itu di dalam rumah luas bergaya tropis modern, seorang pria sedang mengerang.

“Akh … sakit, Pak!” teriak pria bertubuh kurus itu.

“Heh Bima ingatlah perjanjian kita!” tegas pria itu sambil mengepalkan tangan.

“Maaf Pak Rudi,” rintih pria itu sambil memegangi perutnya. “Aku terpaksa karena butuh uang, Dewi mengambil semua uang pemberian dari Bapak,” sambung Bima.

Rudi terbahak kemudian geleng-geleng mendengar ucapan Bima. Pria itu tambun dan plontos itu berjongkok sambil menatap tajam kepada Bima.

“Jangan ganggu Dewi! Karena stress menghambat kehamilan!” bentak Rudi, “sekali lagi kamu mengganggu Dewi, kupastikan kamu menerima akibatnya!”

Bima mengangkat satu tangannya, dia berupaya mencegah jika saja Rudi kembali memukulnya. “I--iya siap, Pak. Aku tidak akan mengganggu Dewi sampai melahirkan.”

Rudi mendengkus dan menjauh dari badan Bima yang bernoda keringat serta tetesan darah dari hidung. Setelahnya, Rudi meninggalkan rumah pria itu.

Akan tetapi, Bima masih tersungk
NACL

Kira-kira siapa, ya?

| 10
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
NACL
mungkin carissa pulang dulu kakak.
goodnovel comment avatar
Tya Abdulloh
Carissa pasti.. Eh, Carissa lg di Singapore.. Jd siapa dong?? Mamanya mungkin..
goodnovel comment avatar
NACL
hayoloh siapa itu?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 15 : Bagai Langit dan Bumi

    ‘Suara wanita? Jangan-jangan itu …,’ batin Dewi gelisah. Manik hitam legam gadis itu pun langsung tertuju ke arah pintu. Sama halnya dengan Denver yang memandangi ke pintu. Memanfaatkan kelengahan Denver, Dewi bergegas menjauh dari pria itu. Kemudian dia merapikan berkas di atas meja kerja. Debar jantung Dewi saat ini melebihi batas normal hingga kedua tangannya mendadak tremor dan menjatuhkan berkas. Sedangkan ekspresi Denver tampak tenang, dia begitu santai berjalan menuju pintu. Dewi tidak habis pikir, mengapa ada pria setenang itu di saat genting? Atau mungkin Denver bukanlah orang normal yang takut ketahuan selingkuh?? Denver membuka pintu. Seorang wanita cantik berpampilan modis memasuki ruangan. Sebelum duduk di sofa, sosok itu menaruh tas tangan putih di meja kecil. Selanjutnya memperhatikan wajah pucat Dewi di samping meja kerja. Dewi hanya mampu mengatur napas dan menyembunyikan keresahan. “Kenapa buka pintunya lama? Karena berduaan sama perempuan?!” sembur wanita itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 16 : Melakukannya Lebih Sering

    Sementara itu, Denver sedang berbincang bersama seseorang melalui sambungan telepon.“Ruslan, apa saja jadwal Carissa di Singapura?” tanya Denver. “Dua hari ini Nyonya sibuk syuting iklan produk kecantikan. Menurut sumber informasi, beliau tidak bertemu dengan siapa pun.” Denver manggut-manggut mendengar laporan dari Ruslan—asisten pribadi yang sangat dia percaya. Namun, dia tidak sepenuhnya memercayai informasi itu. Bukan berarti asistennya berbohong, tetapi …. “Terima kasih laporannya. Sampaikan kepada mereka awasi Carissa dari kejauhan, jangan sampai dia tahu aku memata-matainya!” “Dilaksanakan, Pak,” sahut Ruslan. Setelah itu panggilan suara berakhir. Bersamaan dengan ditaruhnya telepon genggam di atas meja, Denver mendengar suara ketukan pintu. Tanpa bertanya siapa yang ada di belakang sana, dia memerintah, “Silakan, masuk!” Pintu itu terbuka perlahan, tatapan Denver langsung teralih ke sana. Dia tahu seseorang itu adalah Dewi. Keduanya bertemu pandang. Ada makna tersirat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 17 : Jadi Istri?

    Setelah aktivitas panas di bawah sinar matahari senja, Dewi memutuskan pulang.“Terima kasih, ya, Pak Agus,” ucap Dewi. Wajah gadis itu berinar-binar, lalu melangkah masuk ke apartemen.Tadi, terpaksa dia pulang menggunakan jasa sopir yang telah disediakan oleh Denver. Semua itu dilakukan dibawah tatapan penuh tuntutan seorang Arkatama Denver.Sekarang dia sudah ada di dalam apartemen. Gadis itu melepaskan seragam perawatnya, menyisakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Dewi bergegas ke dapur.“Masak apa, Bik?” Dewi mengendus aroma harum yang menguar dari panci.“Ayam goreng lengkuas dan sup ayam. Tunggu sebentar, ya, Non.”Gadis itu menatap cabai rawit merah yang menyegarkan. “Dewi mau bantu, Bik. Bikin sambal.”“Non, jangan.” Asisten rumah tangga itu hendak menarik wadah cabai dari Dewi.“Please, Bik. Dewi kangen makan sambal.” Bibir tipis gadis itu merengut, lalu tangannya mencolek bahu asisten rumah tangga.Ya, Dewi memang akrab dengan siapa pun. Dia tidak pandang status, bagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 18 : Ini Enak

    “Dewi?” panggil Denver. Tidak ada jawaban, membuat pria itu menyentil pelan kening sang gadis. Seketika Dewi meraba dan mengusap-usap keningnya yang terasa panas. “Dokter jahil banget,” desah bibir merah muda gadis itu. Denver tergelak dan membelai bagian kening gadis itu yang tadi disentilnya. Dia bertanya, “Kamu melamun. Mikir apa?” Dewi tercengang mendapat pertanyaan itu. Benar, tadi dia melamun! Entah mengapa pikirannya malah berhalusinasi Denver melontarkan pertanyaan tidak wajar padanya. Jadi … gadis itu bergumam dalam hati, 'Artinya pertanyaan tadi cuma pikiranku saja, ya?' Tiba-tiba suara memalukan terdengar dari perut Denver. Iris hitam Dewi memandangi perut kota-kotak. “Dokter lapar?” Denver tertawa karena usahanya menahan lapar demi mandi bersama Dewi sia-sia. Pria itu mengangguk dan tangannya kembali membelai pipi mulus Dewi. Dia ke luar lebih dulu dari jacuzzi, lalu mengulurkan tangan kepada Dewi dan mengajak, “Ayo.” Bahkan pria itu membantu Dewi mengenakan jubah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 19 : Akan Membayarnya

    “Ada apa?” tanya Denver. Pria itu tidak tinggal diam, melainkan mendekap tubuh Dewi yang nyaris terjatuh jika saja dia terlambat satu detik. “Aku … mau izin pulang ke Brebes. Kak Danu bilang ….” Dewi tidak kuasa menahan isak tangisnya. Dia menumpahkan air mata tepat di dada bidang Denver. Tubuhnya pun bergetar hebat dan seluruh persendiannya melemas. “Cepatlah pakai baju, aku antar,” kata pria itu membuat Dewi makin diam kehabisan kata. “Ayo,” ajaknya lagi. Secepat kilat Dewi menggunakan celana bahan putih dan sweater merah muda, serta menggendong backpack warna senada miliknya. Sedangkan Denver telah siap dengan celana jeans yang dipadu kaos putih dan jaket kulit gelap. Denver langsung menyambar tangan Dewi dan membawanya ke basement. Range Rover putih yang dikemudikan oleh Denver meninggalkan gedung apartemen dan melaju dengan kecepatan normal menuju Kabupaten Brebes. Pria itu mengutamakan keselamatan. Sesekali Denver mengusap puncak kepala Dewi dan menyeka lelehan hangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 20 : Anak Dari Wanita Lain

    ‘Apa aku harus memberitahu Dokter Denver?’ batin Dewi bertanya-tanya. Gawai di sampingnya terus berpendar seolah memaksa sang pemilik untuk menerima panggilan suara dan membalas pesan. Namun, tidak ada niat secuil pun bagi Dewi menjawab telepon itu. Dia enggan bila Denver terlibat masalah bersama istrinya. Tiga menit kemudian, Denver telah kembali dari toilet. Pria itu mengamati kekakuan sikap Dewi. “Kenapa kamu tegang?” tanya pria itu. Denver memicingkan mata kepada Dewi. “Umm … itu ada telepon.” Jari telunjuk Dewi mengarah ke samping tubuhnya di mana ponsel itu diletakkan. Gegas Denver memeriksa telepon genggamnya dan menatap Dewi sekilas. Pria itu segera menjauh untuk menerima panggilan suara. Sedangkan Dewi memilih duduk, lalu memejamkan mata karena malam segera berakhir. Akan tetapi, sayup-sayup dia mendengar ucapan Dokter Denver. Mungkin karena selasar ini sepi, jadi suara kecil pun terdengar. “Aku di luar kota,” sahut Denver. Ekor mata pria itu melirik Dewi sekilas, lal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 21 : Aroma Parfum ini

    Tubuh Denver terbaring di atas ranjang berseprai putih. Dia menatap langit-langit kamar dan terbayang wajah manis Dewi. Dia juga teringat ‘malam panas’ bersama gadis itu. Meskipun bukan pertama kali bercinta, tetapi Dever merasa sensasi berbeda dengan Dewi. Seingatnya, dia tidak mendapati kesulitan yang sama saat malam pertama bersama Carissa. Dia tahu, istrinya bukanlah perawan. Namun, Denver tidak mempermasalahkan itu, termasuk ketika Carissa memberikan jawaban tak masuk akal. Dia yakin setiap orang memiliki masa lalu, dan terpenting mau berubah menjadi lebih baik. Denver meraih ponsel dari meja nakas dan mengetik pesan kepada Dewi.[Aku di Jakarta, sementara waktu jangan menghubungiku.]Pesan terkirim dan pria itu langsung menghapus seluruh chat serta panggilan telepon yang berhubungan dengan Dewi. Tentu saja dia melakukan itu karena memiliki alasan tersendiri.Denver tidak mengharap balasan, karena tahu gadis itu pasti mematuhinya.Akan tetapi, siapa sangka saat ini Dewi sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 22 : Perlakuan Berbeda

    “Ada apa, Sayang?” Suara ini terdengar familiar di telinga Dewi.“Pembantu ini nabrak aku. Lihat deh bajuku jadi basah gini,” ketus seroang wanita cantik bertubuh ramping dan seksi.Seketika Dewi mengangkat pandangan dan … kelopak mata sipitnya melebar mendapati seseorang tidak asing sedang berdiri di sampingnya. Namun, pandangan pria itu tertuju kepada wanita yang sedang mengangkat dagu dengan angkuh di hadapan Dewi.Dewi mereguk air liur yang mendadak mengental dan menyakitkan, lalu hatinya berucap lirih, ‘Kenapa Dokter Denver dan istrinya ada di sini?’“Loh, kamu ‘kan suster di Rumah Sakit JB? Kenapa ada di sini? Ngapain?” berondong wanita itu yang menghunuskan tatapan setajam belati kepada Dewi.Detik itu juga Denver menoleh ke samping. Iris cokelat karamel pria itu mengunci Dewi pada tatapan. Namun buru-buru Denver menguasai diri.“Benar, Carissa. Dia perawat di rumah sakit,” kata Denver dan suaranya merambat dingin ke gendang telinga.“Oh. Dia merangkap pembantu juga kalau weeke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 163: Bayaran Sepadan?

    “Dokter Denver,” ucap Dewi tanpa suara. Bibir mungilnya bergerak, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan.Jantung Dewi berdegup begitu cepat karena lonjakan hormon dopamin, seakan ingin melompat dari dadanya. Tubuh mungilnya seakan membeku, tetapi hatinya juga berontak.Dia ingin mendekat, ingin berlari ke dalam pelukan pria itu, tetapi pergelangan tangannya dicekal oleh Danis.“Untuk apa kamu ke sana? Tunggulah sampai acara konferensi pers ini selesai,” bisik Danis, sorot mata hitamnya jelas melarang.Dewi menelan ludah dan menggeleng. Napas gadis itu tersengal, tetapi dia tidak peduli. Ini Denver. Ayah dari Dirgantara, juga pria yang mengisi kehampaan selama setahun belakangan.Dengan gerakan tegas, Dewi melepaskan cengkeraman tangan Danis yang tidak terlalu kuat. Sepasang kaki yang dibingkai heels putih melangkah begitu lemas ke arah Denver.Mata mereka saling bertemu, ada kerinduan yang begitu pekat.Denver melengkungkan senyum, tetapi berbeda dari Darius yang mengepalkan tangan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 162: Perjuangan Dokter Tampan

    Setibanya di Kota Malang, Denver langsung menggunakan taksi menuju kediaman Danis. Sepanjang jalan, jari-jarinya pria itu terus mengetuk layar ponsel.Dia mencoba menghubungi Dewi dan Astuti. Namun, hasilnya tetap sama—panggilan tak terjawab."Sial!" gumam Denver, rahangnya mengeras. “Ke mana mereka semua?”Pikiran pria itu seketika dipenuhi bayangan buruk. Bagaimana jika Dewi sudah dipaksa menikah? Bagaimana jika Darius sedang menggenggam tangannya di altar? Bagaimana jika Dirgantra menangis tanpa ada yang bisa menenangkannya?Bahkan parahnya lagi, jika Dewi benar-benar dibawa menjauh, entah ke mana. Bukankah itu sulit bagi Denver untuk merebutnya lagi?Jantung Denver berdetak lebih cepat dari biasanya dan denyut nadinya terasa hingga di pelipis. Dia tidak bisa tinggal diam!“Permisi, Pak. Sudah sampai tujuan,” ujar sopir taksi dengan suara pelan. “Pak?”Seketika Denver tersentak dari lamunan mengerikan itu. Dia mengembuskan napas kasar, untuk menepis kekhawatiran yang terus menghantu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 161: Penyesalan Sang Mama

    "Pak, Anda yakin mau ke Malang hari ini?" tanya Ruslan yang melangkah cepat mengikuti ritme Denver."Siapkan saja semuanya, Ruslan! Aku tidak bisa membiarkan Darius menikahi Dewi! Apalagi Pak Danis pasti memaksa Dewi," geram Denver, matanya menyala penuh amarah."Tapi … bagaimana dengan Nyonya Dwyne, Pak? Kondisinya tidak memungkinkan ditinggal," tukas Ruslan, suaranya terdengar ragu.Langkah Denver terhenti. Pikiran Dokter tampan itu berkecamuk. Jika saja tubuhnya bisa terbagi dua, dia pasti akan melakukan itu. Dwyne, Dewi, dan Dirgantara adalah tanggung jawabnya.Dia tidak ingin kehilangan mereka!"Tangan Anda, Pak," tunjuk Ruslan.Denver menatap pergelangan tangannya. Darah segar menetes dari luka bekas infus yang terbuka, tetapi dia bahkan tidak merasakan sakit. Dia hanya mendengkus ketika melihat Darius sedang berjalan bersama pasien lain."Kamu benar, Ruslan. Untuk saat ini, Mama tidak bisa ditinggal. Pastikan Darius tetap di sini! Katakan pada direktur, jangan memberinya izin!"

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 160: Persaingan Dokter Tampan

    Dewi mengepalkan tangan, suaranya tercekat. "Pak Danis …"Di belakang pria itu, dua orang pengurus rumah tangga berdiri, salah satunya membawa nampan berisi makanan."Papa mau makan siang bareng kamu, Wi," ujar Danis, suaranya lembut.Astuti memberi isyarat agar Dewi menurut. Dengan langkah ragu, Dewi turun dari ranjang dan duduk bersama Danis di meja bundar. Beragam hidangan khas Malang tersaji di hadapannya.Danis menyendokkan lauk ke piring kosong Dewi dan tersenyum hangat. "Makan yang banyak, Wi. Seorang ibu harus kuat. Setelah kamu terbiasa di sini, Papa akan mengenalkan kamu ke semua orang. Termasuk adikmu yang sekarang kuliah di luar negeri."Senyuman hangat Danis seharusnya membuat tenang. Seharusnya, pelukan keluarga yang telah lama hilang ini terasa nyaman. Tapi kenapa justru ada ketakutan yang menggelayut di dadanya? Kenapa setiap sendok makanan yang diberikan Danis terasa seperti belenggu yang makin mengikatnya?"Ayo, makan," Danis menepuk punggung Dewi dengan lembut.Setel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 159: Sakitnya Tuh Di Sini

    "Ini semua demi kebaikanmu, Dewi," tutur Danis yang duduk di depan Dewi. Pria paruh baya itu berusaha meraih tangan putrinya, tetapi Dewi menariknya. Ada keengganan dalam diri, sebuah dorongan kuat untuk menolak sentuhan itu. Dewi menggeleng, entah mengapa dia merasa pertemuan ini tidak seharusnya terjadi. Dalam hatinya, dia berharap biarlah segalanya tetap seperti dulu—biarlah dia tetap menjadi putri Danang dan Tari, bukan seperti ini. "Pak Danis, tolong … a–aku mau pulang," lirihnya sambil mendekap erat tubuh Dirga yang terbangun beberapa saat lalu. Danis berdeham. "Pulang? Rumahmu di Malang, bukan di Jakarta," ucapnya tenang, "pesawat lepas landas. Tidak ada jalan untuk turun." Tangan Dewi mencengkeram lengan kursi dengan erat, kukunya hampir menekan kulit sendiri. Detak jantung gadis itu berdetak begitu cepat, sedangkan pikirannya kacau. Dia ingin berteriak, meminta seseorang menghentikan pesawat ini. Namun, dia hanya bisa duduk di sana, menatap kosong ke luar jendela, melihat

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 158: Kukabulkan Keinginanmu!

    "Apa peringatanku kurang, Denver?" Suara tegas itu kembali memenuhi ruangan.Dewi yang bersembunyi di balik punggung kekar Denver mendongak menatap kepala Dokter tampan itu dari belakang. Mata sipitnya makin menyipit, menciptakan garis tanya di sana. Ada ketegangan yang memenuhi udara, membuat gadis itu menggigit bibir dengan gelisah.Sungguh, dia tidak tahu ada kesepakatan apa antara Danis dan Denver.Sebelum sempat bertanya, suara Oma Nayla menggema di ruangan ini. Wanita senja itu melangkah ke depan dengan tatapan menyelidik."Sebenarnya ada apa ini?"Denver menoleh pada sang oma, manik karamelnya menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Dewi berusaha mencari makna di balik sorot mata itu, tetapi rasanya terlalu rumit untuk diterjemahkan."Tolong tetap di sini bersama Dewi dan Mama," kata Denver pada sang oma dengan suara pelan, tetapi penuh ketegasan.Tatapan Denver bergeser pada Dewi-nya, hingga sorot mata mereka bertemu. Ada sesuatu yang ingin gadis itu tanyakan, tetapi Denver su

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 157: Satu Kata Mengharukan

    "Pak Danis," gumam Dewi. Pikirannya langsung tertuju pada pria yang menyatakan diri sebagai ayah kandungnya. Benar, seperti kata Darius, tepat hari ini Danis boleh pulang. Mungkin pria itu ingin bertemu dengannya.Dia meraih sweater merah muda dan tas selempang hitamnya, lalu mengikat rambut dengan asal dan menghubungi ojek online.Akann tetapi, baru saja Dewi keluar dari kamar, pandangannya bertemu dengan Denver yang sedang berbincang bersama Dirga. Dia pun menjadi kaku.Denver memang tidak bersuara, tetapi tatapan tajamnya menyiratkan sebuah pertanyaan."Umm … a—ku ada perlu ke rumah sakit, sebentar. Aku akan segera kembali," gugup Dewi sambil meremas tali tasnya.Lagi, Denver tidak menanggapi. Bahkan pria itu melenggang pergi menjauhi Dewi. Membuat gadis itu menelan rasa kecewa. Dia bukan berharap diantar, tetapi cukup mendapat sahutan saja sudah melegakan hati.Pria itu justru menuju ke ruangan lain. Seolah enggan melihat wajah Dewi."Tidak apa-apa, Dewi. Lagi pula ini memang sala

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 156 :  Aku Butuh Kamu

    Tangan Denver yang terkepal tepat di depan dadanya menunjukkan garis-garis otot dan pembuluh darah, menandakan betapa tegangnya dia. Napas pria itu berat, nyaris tersendat, dan dia harus menyeka matanya yang hampir basah.Setelahnya, Denver turun dari ranjang pasien, lalu berdiri di samping ranjang sang mama, menatap penuh sayang sembari membelai bahunya.“Apa Dokter Mario sudah selesai operasi? Katakan padanya mamaku butuh pertolongan secepatnya!” tegas Denver dengan suara tegang.Seorang perawat bergegas mencari informasi.Bilik gawat darurat mulai lengang. Perawat dan beberapa dokter yang sempat memberikan pertolongan pertama kembali ke pos masing-masing. Tersisa Denver dan dokter umum.Beberapa saat kemudian, seorang perawat datang memberitahu, “Dokter Mario segera ke sini, Dok.”Denver tidak menyahut, hanya menatap layar monitor yang bergerak, menunjukkan angka-angka penunjuk kehidupan.Setelahnya, Dwyne menjalani pemeriksaan oleh tim dokter spesialis. Wanita itu didiagnosis menga

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 155: Menyelamatkan Sang Mama

    “Mama ini bukan anak kecil yang bisa diajak bercanda, Denver!” tegas Dwyne, tetapi gestur tubuhnya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan. Wanita itu gemetar membuat tangannya mengepal erat seolah berusaha menahan sesuatu.“Menurut Mama, apa aku sedang bercanda? Untuk apa?” sahut Denver sembari mendekati mereka yang berdiri terpaku di tempat.Sejenak pria itu menatap Dewi dalam, lantas memejamkan mata. Dia teringat percakapannya dengan Danis beberapa saat lalu.Tadi, selesai praktik, Denver sengaja menemui Danis secara langsung. Dia merasa harus mengetahui kebenaran ini dari berbagai sumber. Danis mengakuinya, bahkan memberikan Denver selembar foto usang.Dalam foto itu, seorang wanita tengah mengandung, dan wajahnya mirip sekali dengan Dewi. Namun, pria tampan di sampingnya bukanlah Denver—melainkan Danis sewaktu muda.Ya, dia tahu itu, sebab beberapa kali Dwyne dan mendiang ayahnya membawa Denver kecil berkunjung ke rumah pria itu. Masih jelas dalam ingatannya foto Danis muda.Termas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status