Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 16 : Melakukannya Lebih Sering

Share

Bab 16 : Melakukannya Lebih Sering

Author: NACL
last update Last Updated: 2024-12-11 09:55:15

Sementara itu, Denver sedang berbincang bersama seseorang melalui sambungan telepon.

“Ruslan, apa saja jadwal Carissa di Singapura?” tanya Denver.

“Dua hari ini Nyonya sibuk syuting iklan produk kecantikan. Menurut sumber informasi, beliau tidak bertemu dengan siapa pun.”

Denver manggut-manggut mendengar laporan dari Ruslan—asisten pribadi yang sangat dia percaya. Namun, dia tidak sepenuhnya memercayai informasi itu. Bukan berarti asistennya berbohong, tetapi ….

“Terima kasih laporannya. Sampaikan kepada mereka awasi Carissa dari kejauhan, jangan sampai dia tahu aku memata-matainya!”

“Dilaksanakan, Pak,” sahut Ruslan. Setelah itu panggilan suara berakhir.

Bersamaan dengan ditaruhnya telepon genggam di atas meja, Denver mendengar suara ketukan pintu. Tanpa bertanya siapa yang ada di belakang sana, dia memerintah, “Silakan, masuk!”

Pintu itu terbuka perlahan, tatapan Denver langsung teralih ke sana. Dia tahu seseorang itu adalah Dewi.

Keduanya bertemu pandang. Ada makna tersirat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Semudah pikiran Dewi setelah hamil akan meninggalkan anak dengan papanya
goodnovel comment avatar
Yana Mariyana
sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 17 : Jadi Istri?

    Setelah aktivitas panas di bawah sinar matahari senja, Dewi memutuskan pulang.“Terima kasih, ya, Pak Agus,” ucap Dewi. Wajah gadis itu berinar-binar, lalu melangkah masuk ke apartemen.Tadi, terpaksa dia pulang menggunakan jasa sopir yang telah disediakan oleh Denver. Semua itu dilakukan dibawah tatapan penuh tuntutan seorang Arkatama Denver.Sekarang dia sudah ada di dalam apartemen. Gadis itu melepaskan seragam perawatnya, menyisakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Dewi bergegas ke dapur.“Masak apa, Bik?” Dewi mengendus aroma harum yang menguar dari panci.“Ayam goreng lengkuas dan sup ayam. Tunggu sebentar, ya, Non.”Gadis itu menatap cabai rawit merah yang menyegarkan. “Dewi mau bantu, Bik. Bikin sambal.”“Non, jangan.” Asisten rumah tangga itu hendak menarik wadah cabai dari Dewi.“Please, Bik. Dewi kangen makan sambal.” Bibir tipis gadis itu merengut, lalu tangannya mencolek bahu asisten rumah tangga.Ya, Dewi memang akrab dengan siapa pun. Dia tidak pandang status, bagi

    Last Updated : 2024-12-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 18 : Ini Enak

    “Dewi?” panggil Denver. Tidak ada jawaban, membuat pria itu menyentil pelan kening sang gadis. Seketika Dewi meraba dan mengusap-usap keningnya yang terasa panas. “Dokter jahil banget,” desah bibir merah muda gadis itu. Denver tergelak dan membelai bagian kening gadis itu yang tadi disentilnya. Dia bertanya, “Kamu melamun. Mikir apa?” Dewi tercengang mendapat pertanyaan itu. Benar, tadi dia melamun! Entah mengapa pikirannya malah berhalusinasi Denver melontarkan pertanyaan tidak wajar padanya. Jadi … gadis itu bergumam dalam hati, 'Artinya pertanyaan tadi cuma pikiranku saja, ya?' Tiba-tiba suara memalukan terdengar dari perut Denver. Iris hitam Dewi memandangi perut kota-kotak. “Dokter lapar?” Denver tertawa karena usahanya menahan lapar demi mandi bersama Dewi sia-sia. Pria itu mengangguk dan tangannya kembali membelai pipi mulus Dewi. Dia ke luar lebih dulu dari jacuzzi, lalu mengulurkan tangan kepada Dewi dan mengajak, “Ayo.” Bahkan pria itu membantu Dewi mengenakan jubah

    Last Updated : 2024-12-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 19 : Akan Membayarnya

    “Ada apa?” tanya Denver. Pria itu tidak tinggal diam, melainkan mendekap tubuh Dewi yang nyaris terjatuh jika saja dia terlambat satu detik. “Aku … mau izin pulang ke Brebes. Kak Danu bilang ….” Dewi tidak kuasa menahan isak tangisnya. Dia menumpahkan air mata tepat di dada bidang Denver. Tubuhnya pun bergetar hebat dan seluruh persendiannya melemas. “Cepatlah pakai baju, aku antar,” kata pria itu membuat Dewi makin diam kehabisan kata. “Ayo,” ajaknya lagi. Secepat kilat Dewi menggunakan celana bahan putih dan sweater merah muda, serta menggendong backpack warna senada miliknya. Sedangkan Denver telah siap dengan celana jeans yang dipadu kaos putih dan jaket kulit gelap. Denver langsung menyambar tangan Dewi dan membawanya ke basement. Range Rover putih yang dikemudikan oleh Denver meninggalkan gedung apartemen dan melaju dengan kecepatan normal menuju Kabupaten Brebes. Pria itu mengutamakan keselamatan. Sesekali Denver mengusap puncak kepala Dewi dan menyeka lelehan hangat

    Last Updated : 2024-12-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 20 : Anak Dari Wanita Lain

    ‘Apa aku harus memberitahu Dokter Denver?’ batin Dewi bertanya-tanya. Gawai di sampingnya terus berpendar seolah memaksa sang pemilik untuk menerima panggilan suara dan membalas pesan. Namun, tidak ada niat secuil pun bagi Dewi menjawab telepon itu. Dia enggan bila Denver terlibat masalah bersama istrinya. Tiga menit kemudian, Denver telah kembali dari toilet. Pria itu mengamati kekakuan sikap Dewi. “Kenapa kamu tegang?” tanya pria itu. Denver memicingkan mata kepada Dewi. “Umm … itu ada telepon.” Jari telunjuk Dewi mengarah ke samping tubuhnya di mana ponsel itu diletakkan. Gegas Denver memeriksa telepon genggamnya dan menatap Dewi sekilas. Pria itu segera menjauh untuk menerima panggilan suara. Sedangkan Dewi memilih duduk, lalu memejamkan mata karena malam segera berakhir. Akan tetapi, sayup-sayup dia mendengar ucapan Dokter Denver. Mungkin karena selasar ini sepi, jadi suara kecil pun terdengar. “Aku di luar kota,” sahut Denver. Ekor mata pria itu melirik Dewi sekilas, lal

    Last Updated : 2024-12-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 21 : Aroma Parfum ini

    Tubuh Denver terbaring di atas ranjang berseprai putih. Dia menatap langit-langit kamar dan terbayang wajah manis Dewi. Dia juga teringat ‘malam panas’ bersama gadis itu. Meskipun bukan pertama kali bercinta, tetapi Dever merasa sensasi berbeda dengan Dewi. Seingatnya, dia tidak mendapati kesulitan yang sama saat malam pertama bersama Carissa. Dia tahu, istrinya bukanlah perawan. Namun, Denver tidak mempermasalahkan itu, termasuk ketika Carissa memberikan jawaban tak masuk akal. Dia yakin setiap orang memiliki masa lalu, dan terpenting mau berubah menjadi lebih baik. Denver meraih ponsel dari meja nakas dan mengetik pesan kepada Dewi.[Aku di Jakarta, sementara waktu jangan menghubungiku.]Pesan terkirim dan pria itu langsung menghapus seluruh chat serta panggilan telepon yang berhubungan dengan Dewi. Tentu saja dia melakukan itu karena memiliki alasan tersendiri.Denver tidak mengharap balasan, karena tahu gadis itu pasti mematuhinya.Akan tetapi, siapa sangka saat ini Dewi sedang

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 22 : Perlakuan Berbeda

    “Ada apa, Sayang?” Suara ini terdengar familiar di telinga Dewi.“Pembantu ini nabrak aku. Lihat deh bajuku jadi basah gini,” ketus seroang wanita cantik bertubuh ramping dan seksi.Seketika Dewi mengangkat pandangan dan … kelopak mata sipitnya melebar mendapati seseorang tidak asing sedang berdiri di sampingnya. Namun, pandangan pria itu tertuju kepada wanita yang sedang mengangkat dagu dengan angkuh di hadapan Dewi.Dewi mereguk air liur yang mendadak mengental dan menyakitkan, lalu hatinya berucap lirih, ‘Kenapa Dokter Denver dan istrinya ada di sini?’“Loh, kamu ‘kan suster di Rumah Sakit JB? Kenapa ada di sini? Ngapain?” berondong wanita itu yang menghunuskan tatapan setajam belati kepada Dewi.Detik itu juga Denver menoleh ke samping. Iris cokelat karamel pria itu mengunci Dewi pada tatapan. Namun buru-buru Denver menguasai diri.“Benar, Carissa. Dia perawat di rumah sakit,” kata Denver dan suaranya merambat dingin ke gendang telinga.“Oh. Dia merangkap pembantu juga kalau weeke

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 23 : Desahan Wanita

    “Turun!” bentak orang itu lagi dari depan mobil.Dewi tercekat mendengar suara lantang itu. Mendadak sekujur tubuhya menjadi dingin karena tertangkap basah seperti ini. Dia menatap Denver dengan sorot mata mendalam dan ekspresi wajah menegang.Akan tetapi, Denver tidak terprovokasi. Sikap pria itu teramat tenang seolah tidak terjadi apa pun. Bahkan dia menggenggam lembut tangan Dewi, dan melalui sentuhan itu perasaan Dewi sedikit tenang.“Kita turun,” kata Denver.Dewi mengangguk. Keduanya ke luar dari mobil, dan disambut tatapan menyala bagai bara api.“Aku tanya, apa yang kalian lakukan di sini?!” tuntut orang itu menagih jawaban yang tentu saja ingin memuaskan keingintahuan.“Jangan salah paham, Mas.” Suara Dewi mengalun lemah lembut untuk menenangkan sang suami, meskipun dia tahu itu percuma.Bima tersenyum sinis dan menarik lengan Dewi secara kasar, membuat gadis itu terhuyung.Denver yang semula tenang, kini membalas tatapan tajam ke arah Bima. “Istrimu terluka, jadi aku obati,”

    Last Updated : 2024-12-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 24 : Sentuhan yang Menggelora

    “Di mana Dewi? Kenapa dia belum datang ke ruanganku?” tanya Denver kepada seorang petugas yang mengantar berkas ke ruangannya. Ya, sejak semalam pria itu sulit menghubungi Dewi. Ponsel gadis itu tidak aktif, dilacak pun keberadaan terakhirnya di halte. Sedangkan di apartemen kosong. Dia memikirkan Dewi semalaman dan teringat kejadian di garasi. Siang ini setelah melakukan operasi caesar, dia tidak mendapati Dewi baik di ruang praktik atau direktur utama. “Oh, Mbak Dewi baru selesai makan siang Pak Dokter. Kasihan Mbak Dewi semalam menginap di ruang istirahat IGD,” kata petugas itu membuat Denver mengerutkan alis. “Saya permisi Pak Dokter.” Staf itu pamit dan berjalan menuju pintu. “Sampaikan pada Dewi ke ruanganku sekarang!” titah Dokter Denver dengan nada datar. “Siap. Laksanakan Pak.” Staf ke luar ruangan. Sedangkan Denver meresapi percakapan barusan. Ujung jemari pria itu mengetuk-ngetuk meja dan isi pikirannya menerka-nerka kemungkinan yang terjadi pada Dewi. Hampir sep

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 309 : Kalian Masa Depanku

    Kamu kenapa, Rani?” tanya Darius yang berdiri tepat di belakang tubuh Maharani. Wanita itu tengah memandangi wajah mungil putranya di balik kaca NICU.Mereka berdua berdiri diam sejak tadi. Setelah semalam menjenguk si kecil, pagi ini Maharani datang lebih awal untuk memberikan ASI. Dia ingin putranya tumbuh sehat dan cepat pulang.“Dia belum punya nama, padahal sudah lahir lebih dari dua minggu,” gumam Maharani pelan, senyum tipis terukir di bibirnya.Ya, awalnya memang bayi ini akan diserahkan pada Dania. Hanya saja, sekarang, sebagai ibu, dia bahkan belum memberinya nama.“Aku sudah punya, ... nama depannya,” ucap Darius tiba-tiba.Pria itu mencium pipi Maharani tanpa aba-aba, membuat wanita itu tersentak kaget.Refleks Maharani menjauh, matanya langsung menyapu sekeliling. Dia tidak habis pikir Darius bisa bertindak begitu terang-terangan di tempat umum. Ingin memaki rasanya, tetapi percuma. Tenaganya hanya akan terbuang sia-sia.“Siapa? Namanya?” desak wanita itu.“Dhava. Madhava

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 308 : Denver Frustrasi?

    “Bu, ini test pack-nya,” bisik seorang asisten rumah tangga yang keluar rumah sejak pagi. Dia menyerahkan bungkusan kecil pada Dewi secara diam-diam.Dewi menyambutnya dengan jantung berdebar. Sejak semalam, pikirannya tidak tenang. Di pakaian dalamnya, muncul bercak kemerahan yang tidak biasa. Masih sepuluh hari lagi sebelum jadwal haid, dan itu membuatnya curiga.Dia memilih merahasiakan hal ini dari sang suami. Denver sempat heran karena Dewi tidur lebih awal dari biasanya, lalu bangun kesiangan dengan wajah pucat. Namun, wanita itu hanya tersenyum dan berkata kelelahan.Kini, dia berdiri di kamar mandi, Dewi mengembuskan napas perlahan. Iris hitamnya menatap alat kecil itu dengan ragu-ragu.“Semoga aku hamil … lagi,” bisiknya lirih, sebab suaminya masih berada di rumah pagi ini. Denver memang sengaja datang lebih siang karena rapatnya dilakukan di J&B Pharmacy, bukan rumah sakit.Dengan hati-hati, dia menetesi test pack itu dengan urin. Lalu memejamkan mata. Satu tangannya secara r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 307 : Sensasi Yang Menantang

    “Siapa itu, Dok?” Suara Maharani tercekat. Tubuhnya seketika menegang, membuat napasnya tersendat dan terasa pendek.Darius menggeleng, lalu menggenggam erat tangan Maharani dan membawanya masuk ke dalam rumah. Langkah mereka pelan dan hati-hati, mengendap-endap dengan napas ditahan, berusaha mencari tahu siapa sosok yang tadi mengintip.Akan tetapi, ketika mereka tiba di pintu belakang, suara yang mereka dengar justru bukan langkah mencurigakan—melainkan desahan rendah dan rintihan yang tidak seharusnya terdengar di tempat ini.Darius memejamkan mata sejenak, lalu melongok ke dalam, menahan napas. Rupanya, sosok bayangan yang dilihatnya tadi adalah...“Sayang, jangan di sini. Bisa dilihat orang nanti.” Suara manja perempuan terdengar lemah dan menggoda.“Tidak akan ada yang lihat kita, Mon ange. Semua orang ada di depan,” bisik suara pria dengan nada sensual yang membuat kulit merinding.Darius berdecak kecil. Dengan cepat, dia menarik Maharani, menggiringnya kembali melewati area dap

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 306 : Kehangatan Ini Bagai Mimpi

    Melihat ayahnya melangkah mantap mendekat dengan wajah kaku dan rahang mengeras, membuat Dewi maju satu langkah. Dia berdiri di depan Maharani, melindungi sahabatnya dari tatapan intimidatif Danis yang tajam seperti pisau. Bahu pria itu tegak, dadanya sedikit membusung, sorot iris hitamnya dingin, menyapu dengan penilaian yang tak menyenangkan. “Ayah … aku yang mengundang Rani ke sini,” ucap Dewi lembut dan tegas. Sungguh dia tidak mau Maharani merasa terancam, trauma, atau menyesal datang ke rumahnya. Kini tatapan Dewi dan Danis terkunci satu sama lain, seolah saling menantang tanpa kata. “Kamu masuklah, temani Denver di belakang,” ujar Danis, suaranya datar dan tak terbantahkan. Akan tetapi, Dewi menggeleng dengan tegas. Detik berikutnya, tubuh Maharani bergeser dari belakangnya. Dewi menoleh dan tertegun melihat Darius menggenggam tangan Maharani dengan erat, menunjukkan bahwa pria itu tak akan mundur. Maharani menunduk sesaat. Jantungnya berdetak kencang. Di balik genggaman

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 305 : Meminta Restu?

    "Tidak perlu!" sela Darius, sebelum Denver mengetahui perbuatannya tadi pagi. "Biar aku yang memeriksanya," lanjut pria itu dengan suara agak serak, mencoba terdengar tenang padahal jelas gugup. Denver memicingkan mata. Tatapan mata karamelnya bergeser dari Maharani ke Darius. Kedua orang itu tampak kikuk. Sebagai pria dewasa, tentu dia tahu apa yang bisa terjadi di antara dua orang dengan ketegangan semacam itu. Akan tetapi, Denver tidak akan membiarkan Darius lolos begitu saja. Dia melangkah mendekat, berdeham singkat, lalu berkata dengan suara berwibawa khasnya, "Aku dokternya. Aku lebih berhak memeriksa Maharani sebagai pasien." Senyum penuh kemenangan mengembang di wajah Denver. Tatapan menusuknya seolah berkata bahwa Darius baru saja kehilangan satu babak dalam permainan ini. "Aku ... calon suaminya," sahut Darius dengan senyum tidak kalah lebar. Kini dia berdiri lebih tegak, menatap Denver dengan percaya diri yang dipaksakan. "Benarkah, Maharani? Atau perlu kupanggil satpa

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 304 : Hasrat Terlarang

    Untuk sesaat, Maharani bergeming mendengar ucapan Darius. Dia benar-benar tidak mengerti maksud pria di hadapannya. Apa yang dimaksudnya dengan ‘membantu’? Sesaat kemudian, dia mulai sadar bahwa Darius pastinya sudah sering membantu dan mengedukasi ibu-ibu yang kesulitan menyusui setelah melahirkan.“Rani ... Sayang?” panggil Darius dengan suara lembut, yang membuat Maharani sedikit tersentak dari lamunan.Maharani menatap pria itu dengan pandangan penuh kebingungan, matanya masih tampak lelah. Dengan bibir gemetar, dia pun bertanya, “Caranya, Dok?”“Oke, sekarang kamu rileks, berbaliklah,” pinta Darius dengan penuh perhatian. Dia membantu Maharani memutar tubuhnya, hingga wanita itu akhirnya duduk membelakangi dirinya.Perlahan, Darius memijat bahu dan punggung Maharani dengan gerakan konstan, sangat lembut dan penuh perhatian. Rasanya nyaman, membuat tubuh wanita itu rileks, tetapi dada yang terasa penuh masih

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 303 : Boleh Aku Bantu Kamu, Sayang?

    “Bagaimana perkembangannya?! Aku tidak mau gagal! Dia harus dihukum seberat-beratnya,” geram Denver yang membayangkan ketika Dewi terbaring lemah di atas meja operasi.Saat ini Denver sedang duduk di depan meja pengacara sambil menyilangkan kaki. Wajah tampan pria itu terlihat serius, tetapi sorot mata karamelnya menyimpan dendam dan luka."Sidang perdana Dania akan dilaksanakan dua minggu lagi. Semua berkas dan bukti sudah siap," ujar sang pengacara sambil meletakkan beberapa map dokumen di atas meja.Denver mengangguk pelan. "Jadi, tidak ada celah baginya untuk mengelak lagi?"Dia meraih map dari atas meja lalu membacanya dengan seksama. Matanya pun sangat tajam meresapi kata demi kata."Tidak. Kami sudah mengunci dan memastikan semua sisi. Dengan bukti dan kesaksian yang kita miliki, Dania tidak akan bisa lolos. Dia akan mendapat hukuman yang setimpal."Denver menghela napas lega. Dia berdiri dan menjabat tangan pengacaranya. "Terima kasih. Kamu sudah bekerja sangat baik. Kirimkan s

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 302 : Menginap

    Maharani berdiri kaku di tengah angin yang menerpa. Pertanyaan Darius barusan masih bergema di kepalanya. ‘Kamu cemburu sama bibimu sendiri?’ Kalimat itu sederhana, tetapi rasanya bagai petir yang menyambar siang bolong. Ya, meskpiyn sekarang malam. Bibir Maharani bergerak-gerak, tetapi tak satu pun kata keluar. Kelopak mata wanita itu berkedip pelan, menghindari tatapan Darius yang begitu intens. Mengoyak dinding yang dia bangun dengan kokoh. Perlahan, Maharani hanya menggeleng, sungguh dia tak sanggup memberikan jawaban. Darius terkekeh. Tanpa menunggu persetujuan, dia meraih pinggang Maharani dengan satu tangan dan mengajaknya berjalan pelan di trotoar. "Udara malam lumayan segar, ya?" gumam pria itu, tetapi suaranya terdengar bagai godaan. Maharani masih diam, tidak dipungkiri sekarang merasa nyaman dan hangat di dekat pria itu. Dia juga membiarkan langkahnya sejajar dengan Darius. Jalanan sepi di sekitaran, hanya lampu jalan yang temaram menemani mereka. Darius sesekali

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 301 : Apa Kamu Cemburu?

    Darius menatap wajah Maharani yang duduk di dekatnya dengan sorot mata lebih lembut dari biasanya. Di tengah hiruk-pikuk kantin rumah sakit yang mulai lengang, dia memberanikan diri meraih tangan wanita itu di atas meja."Aku siap menjadi ayah dan suami yang baik untuk kamu, Maharani Putri," ujar Darius pelan, suaranya benar-benar mengalun lembut.Bahkan dia mengecup punggung tangan Maharani dengan penuh kasih. Tidak berhenti di situ, Darius menggeser duduknya mendekat, membuat jarak di antara mereka makin tipis.Maharani terpaku. Tatapan mata mereka saling bertaut, menciptakan debar yang tak menentu di dalam dada.Satu tangan Darius yang lainnya ingin sekali menyentuh pipi kemerahan wanita itu, rasanya pasti lembut sekali menyusuri rambut hitam itu dengan jemarinya, tetapi dia teringat nasihat Denver. Jangan terburu-buru.Tunjukkan perhatian kecil terlebih dahulu.Dia menarik napas perlahan, lalu mengurungkan niat itu, sekalipun menggebu da

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status