Share

Terjebak Hasrat CEO Otoriter
Terjebak Hasrat CEO Otoriter
Penulis: Khairil Azmi

01.Insiden

Italia, Lombardia, Milan

"Akhh! Kita lakukan sekarang!" Si wanita terlihat membuka jas seorang laki-laki dengan gerak yang cepat dan terkesan kasar.

Si laki-laki yang baru saja menghentikan ciumannya, bergerak membantu melepas jasnya sendiri. Setelah kain itu tertanggal dari badannya, dia melemparnya dengan gerakan yang asal dan kembali menciumi bibir merah ranum Anastasia dengan penuh gairah.

Dia— Veronica Anastasia yang memang dalam keadaan benar-benar mabuk menyambut dengan hangat ciuman itu. Gairah wanitanya semakin terpacu tatkala kedua tangan si laki-laki yang tadi memperkenalkan dirinya dengan nama Straniero itu, mulai bergerak menggerayangi sekujur tubuhnya. Memegang aset-aset yang masih terbungkus oleh baju kerjanya yang sudah tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Wanita itu semakin terbakar gairah. Kedua tangannya terlihat menekan tengkuk si pria bernama Straniero itu, membuat ciuman mereka semakin dalam. Bahkan tanpa disadari, mereka berdua saat ini sudah berdiri tepat di sebelah ranjang minimalis milik kamar hotel itu.

Anastasia mendongak dengan mulut yang semakin gencar mengeluarkan desahan. Kedua tangannya yang tadi menekan tengkuk si pria yang bernama Straniero itu berubah menjadi menjambak rambut belakang laki-laki itu, saat lidah basah orang itu menjilat lehernya.

Rasa geli bercampur, membuat gelenyar gairah semakin kuat dirasakan. Anastasia terbuai, keputusannnya untuk mampir ke sebuah club tidak lah sia-sia.

"Aku ingin itu sekarang." Anastasia yang dalam keadaan benar-benar tidak bisa mengontrol kesadarannya menarik si laki-laki, lalu kemudian meniduri pria itu di ranjang. Sekarang gairah sudah membakar kepribadiannya.

Dengan gerakan cepat, Anastasia menanggalkan seluruh pakaiannya yang sudah kusut. Menyisakan beberapa helai benang yang masih terpasang di area tertentu.

Si Straniero itu menyeringai dengan raut wajah misterius.

"Tuan, tolong buat aku lupa dengan si brengsek Marselino, Sialan itu." Anastasia naik ke atas ranjang. Laki-laki itu tentu langsung menyambutnya dengan memposisikan Anastasia langsung berada di bawahnya.

Setelah posisi mereka terlihat sudah sangat begitu intim, si laki-laki itu bergerak menempelkan bibir tipisnya kembali. Dia menyesap habis mulut ranum Anastasia. Saat mereka sama-sama kehabisan napas, barulah pria itu menjauhkan kepalanya.

"Saya akan melakukan permintaanmu itu dengan senang hati, Nona." Si Straniero itu menyeringai. Setelah mengatakan itu, dia kembali beraksi menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Anastasia, membuat si wanita melenguh geli dan menggeliat tidak karuan.

Permainan yang dia lakukan tidak sampai di situ saja. Dengan gerakan perlahan, laki-laki itu menurunkan wajahnya, hingga tepat saat berada di bawah Anastasia, kedua bola mata abu-abunya mendongak dan sebuah seringai misterius kembali dia berikan.

"Aku mohon lakukan itu seka- akhhh!" Anastasia langsung mengeluarkan lenguhan yang bernada menggairahkan. Kedua tangannya terlentang meremas seprai.

"Iya, ter— akhhh!"

Di luar, hujan salju pertama mulai bergerak turun dengan perlahan. Hawa dingin bulan November semakin membekap kota Milan, tapi entah kenapa tubuh dua orang yang sepenuhnya sudah telanjang itu malah dipenuhi oleh peluh keringat gairah yang membuat kulit mereka mengkilat.

Kamar hotel yang tadinya senyap, langsung dipenuhi oleh lenguhan dan rancauan tidak jelas yang keluar dari dalam mulut Veronica Anastasia, wanita berusia 23 tahun itu.

***

Keesokan harinya....

"Akhhh!" Anastasia mengeluarkan lenguhan nikmat. Kedua tangannya terlihat terlentang ke atas membuat persendian-persendian yang ada di tubuhnya terasa tertarik.

Senyum terlihat tersungging di sudut bibir wanita itu. Setelah merasa puas menguap, dia hendak merubah posisi tidurnya menjadi menyamping ke sisi kanan. Saat satu tangannya bergerak jatuh, kedua mata wanita itu langsung membulat sempurna. Kebingungan terpancar jelas di netra hijau gelap kecoklatannya.

Anastasia kembali mencoba meraba sisi kanannya, "Terasa seperti kulit seseorang," gumamnya dengan otak yang masih setengah sadar, 'eh, seseorang?'

Wanita itu langsung bangkit dari tidurnya dengan raut wajah yang terlihat kaget. Kedua matanya benar-benar terbuka lebar. Saat ini dia sedang menoleh melihat ke arah sosok laki-laki yang sedang tertidur tengkurap menghadap ke arahnya.

Sesaat, Anastasia terpaku diam karena terpesona dengan sosok laki-laki itu, "tampan sekali, tapi kenapa dia bisa berada di rumah,- eh, tunggu dulu."

Anastasia memindai ke segala arah, gerak mulutnya langsung terlihat seperti orang yang mengeluarkan sebuah umpatan, "Ini bukan apartemenku, ka-"

Perkataan wanita itu tiba-tiba terhenti dan digantikan oleh sebuah ringisan nyeri. Spontan satu tangan Anastasia terangkat untuk memijit pelipisnya, "apa aku mabuk? Kenapa aku bisa mabuk?" tanyanya di tengah-tengah rasa pusing yang melanda.

Disaat dia sedang menikmati pening di kedua pelipisnya. Sebuah lembaran-lembaran kertas film tiba-tiba bermunculan di otaknya, menunjukkan semua ingatan tentang apa yang dia lakukan sebelum akhirnya terbangun di sini.

"Saya sungguh tidak menyangka Anda berani mengorupsi uang perusahaan, Nona Anastasia."

"Pak Anda-"

"Mau mengelak bagaimana lagi? Semua bukti mengarah kepada Anda. Mulai sekarang, Anda akan Saya pecat dari perusahaan ini."

Di tengah rasa nyeri yang menyerang pelipis kepalanya, Anastasia mengingat kejadian pagi hari kemarin, saat di mana dia dipecat dari pekerjaannya.

"Merselino, Nathalia? Kalian?"

Kekesalan Anastasia semakin memuncak saat mengingat kejadian kemarin. Tadinya, wanita itu ingin menjerit kesal, tapi dia terpaksa menahan itu karena mengingat ada orang lain yang saat ini bersama dengannya. Setelah mencoba melupakan kejadian sial kemarin dengan minum alkohol, pagi hari ini, Anastasia malah kembali mengingatnya.

Sakit hatinya semakin menjadi. Sungguh, wanita itu benar-benar sangat kesal. Dia tidak percaya kalau kekasih dan juga sahabat baiknya tega menjebak dirinya, "Persetan dengan semuanya, aku tidak peduli lagi," gumamnya dengan raut wajah ngantuk yang terlihat masa bodoh.

Anastasia menoleh melihat ke samping kanannya, "Jadi, aku dan pria ini bertemu saat mabuk?" gumam perempuan itu dengan kepala menoleh ke arah si pria, saat dia kembali menghadap ke depan, kedua matanya langsung melotot, "tunggu, saat mabuk?"

Dua tangannya yang sedari tadi menahan selimut agar tetap menutupi setengah badannya, terlihat memegangi ujung kain itu dengan erat.

"Aku tipe wanita yang tidak waras saat mabuk. Terkahir kali aku mabuk, si jalang Nathalia itu merekamku yang sedang merayu laki-laki dan bahkan tidak segan menawarkan sejumlah uang untuk mereka agar meniduriku. Apa jangan-jangan aku kepada laki-laki ini-"

Anastasia memejamkan mata mencoba untuk mencari ingatan yang kemungkinan tidak akan dia ingat, "Ayolah, setidaknya buat aku ingat siapa nam-"

"jika Tuan bukan Marselino kekasihku, lalu siapa Anda, kenapa Anda bisa tiba-tiba ada di sini dan memelukku, hah?

"Panggil saya Straniero, Nona."

"Oh, baiklah, Tuan Straniero. Saya tidak ingin basa basi, malam ini tidurlah dengan Saya. Saya akan membayar mahal jika Anda bersedia."

"Hah, iya, dia memperkenalkan dirinya dengan nama Straniero."

Anastasia menoleh melihat ke arah laki-laki yang masih tertidur layaknya beruang itu. Anastasia bisa sampai mengatakan beruang karena punggung laki-laki itu terlihat sangat kekar dan juga lebar, wajahnya yang tertidur pulas terlihat tegas.

Sesaat Anastasia kembali terpana, tapi wanita itu langsung menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang terlihat berubah cemas, "Aku harus pergi sebelum dia bangun dan menagih janji yang aku berikan. Terlebih lagi saat ini aku benar-benar sudah tidak punya uang sepeser pun. Aku sudah jatuh miskin."

Anastasia beranjak turun dari ranjang. Wanita itu bergerak cepat memunguti pakaiannya yang tergelatak, lalu kemudian mengenakannya dengan asal-asalan.

"Celana dalamku di mana?" dengan gerak yang kebingungan, Anastasia menoleh mencari celana dalamnya. Namun, saat dia tidak menemukan keberadaan benda itu, wanita itu terlihat tidak peduli dan langsung mengenakan celana kainnya begitu saja.

"Sekali lagi say,- eh, tunggu sebentar. Sepertinya aku masih punya sisa uang deh." Anastasia berlari kecil mendekati tas kerja miliknya. Setelah memunguti benda itu, satu tangannya bergerak merogoh isi di dalam tas itu, "ha, hanya sisa segini?" Wanita itu kaget sendiri saat mendapati sisa uangnya hanya tinggal 50 sen.

"Tapi, tidak apa-apa. Anggap saja ini sebagai DP. Jika kita bertemu lagi dan saat itu aku sudah kembali berjaya, aku janji akan membayar sisanya." Anastasia kembali mendekat ke ranjang. Wanita itu membungkuk untuk menulis sesuatu di selembar kertas.

Setelah selesai, dia kemudian melipatnya, lalu pergi meninggalkan kertas itu di atas meja nakas bersamaan dengan uang 50 sen yang tadi dia keluarkan dari dalam tas. Tanpa dia sadari, semua pergerakannya itu sebenarnya diperhatikan oleh si laki-laki yang sedang pura-pura tidur di atas ranjang sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status