Share

04.Diterima Kerja Begitu Saja?

"Eh, Maaf, Sir. Maksud Saya, he ... he ... he, lupakan." Anastasia yang masih berdiri di garis pintu bicara dengan blak-blakan. Kedua matanya terlihat bergerak bingung. Dan saat dia kembali bersitatap dengan netra abu-abu milik laki-laki yang duduk di belakang kursi bername tag "Daniel Alex Maximillan" itu, dia tersenyum. Wanita itu saat ini sedang merutuki dirinya sendiri di dalam hati karena keceplosan yang dia lakukan tadi.

"Masuklah!"

Anastasia meneguk salivanya saat dia mendapati perintah masuk bernada serak mengintimidasi itu. Dengan langkah gugup dibarengi doa di dalam hati, dia mengayunkan langkah memasuki ruangan yang di dominasi warna putih itu.

'semoga dia tidak ingat, semoga dia tidak ingat,' batinnya berdoa dengan terus mengulas sebuah senyum canggung yang terlihat cukup lebar.

"Tuan-"

Anastasia melongo saat kedua matanya melihat laki-laki yang sedang duduk di kursi kebesaran itu menggelengkan kepalanya. Wanita itu mengernyitkan keningnya karena dia mendapati si laki-laki berwajah angkuh dan juga bossy itu meraih sebuah map. Dari bentuknya, Anastasia tahu kalau itu adalah berkas CV miliknya.

"Di sini tertulis informasi lengkap tentangmu. Jadi, tidak perlu berkelana diri lagi, Nona Anastasia."

Untuk ketiga kalinya, Anastasia kembali meneguk ludahnya. Semua itu karena dia mendapati lirikan tajam dari mata abu-abu si laki-laki bernama Daniel itu.

Padahal tidak ada yang perlu ditakutkan, tapi entah kenapa Anastasia merasa kalau saat ini dia seperti tertekan. Hawa di ruangan ini pun terasa panas, membuat sekujur tubuh wanita itu berkeringat.

"Baiklah, Nona Anastasia. Sepertinya sudah tidak ada lagi yang ingin Saya tanyakan. Untuk informasi lengkap tentang pekerjaanmu, nanti akan diberitahukan oleh sekretarisku yang sudah menunggu di luar. Selamat bergabung di perusahaan kami."

"Hah? Secepat itu? Aku bahkan belum mendapatkan sebuah pertanyaan. Lalu kemudian masalah gaji,"

"Nanti kita bahas lebih lanjut. Sekarang, keluar dan cobalah berkeliling mengenal tempat kerja barumu."

Anastasia menatap aneh ke arah sang CEO, 'kenapa dia terlihat aneh sih? Ini, fix. Tadi aku memang salah mengenali seseorang. Tidak mungkin dia laki-laki yang bersamaku di malam itu. Sikap dan perilakunya sungguh jelas-jelas berbeda,' batin wanita itu mempercayakan kata hatinya.

"Baiklah, terima kasih, Sir. Kalau begitu saya permisi dulu. Senang mengobrol dengan Anda," sarkas Anastasia dan kemudian langsung berlalu pergi dengan raut yang terlihat seperti orang bodoh. Padahal dia belum menjelaskan apa pun. Dia juga belum negosiasi tentang gajinya, tapi tiba-tiba dia sudah diterima begitu saja.

"Masa bodoh tentang gaji. Intinya aku sudah diterima kerja saja itu hal yang baik," gumamnya ditengah-tengah perjalanan keluar dari ruangan yang dipenuhi aura mencekam itu.

***

"Seperti yang Anda mungkin sudah dengar dari Nona Karlina. Perusahaan kami ini bergerak di bidang adibusana. Kita adalah perusahaan nomor dua yang terkenal di Italia dan di beberapa negara eropa lainnya. Selain di Milan, perusahaan kita juga banyak tersebar di kota-kota besar lainnya. Ada rencana kalau, Tuan Maximillan akan membuat sebuah anak perusahaan di luar Italia."

Penjelasan panjang lebar Julio— Sekertaris milik Daniel itu, dicatat semua oleh Anastasia yang berjalan di belakang laki-laki itu. Mereka berdua baru saja selesai berkeliling lantai lima dan setelah memberitahukan ada apa saja di lantai ini, Julio langsung mengajak Anastasia kembali.

Saat ini mereka sudah berdiri di depan pintu masuk ruangan Daniel, "Nah di sini, ruangan bos kita, Tuan Daniel Alex Maximillan. Kamu bisa memanggilnya dengan Taun Maximillan."

Anastasia kembali mencacat, 'tuh, nama mereka saja beda. Yang ini Daniel Alex Maximillan dan teman tidurku itu bernama Straniero. Tidak mungkin juga seorang gigolo punya sebuah perusahaan,' batin Anastasia sembari mencatat.

"Sekarang Saya akan memberitahukan tempat ruang kerjamu. Ayo, kemari!"

Anastasia mengangguk dan kembali ikut berjalan. Ternyata jarak ruangannya dengan pintu ruangan Daniel tidak terlalu jauh. Malahan bisa dikatakan itu bersebelahan.

"Di sini adalah ruanganmu," ujar Julio dengan bergerak masuk lebih dulu.

Anastasia ikut melangkah masuk. Wanita itu terlihat terpukau dengan. ruangannya yang luas, tapi rasa kagumnya itu lenyap saat dia mengetahui kalau dari tempatnya ini, dia bisa melihat jelas ke dalam ruangan sang bos, "aho, kenapa ruanganku dan-"

"Kami sengaja mengkonsep ruangan asisten pribadi bos seperti ini. Hal itu dilakukan untuk memudahkan Tuan Maximillan memanggilmu jika dia memerlukan sesuatu. Tapi, lebih dari itu, alasan utamanya adalah agar Tuan Maximillan bisa memantau kinerja asistennya," terang Julio yang sepertinya sudah tahu maksud dari reaksi Anastasia.

"Ini meja kerjamu. Ada laptop dan juga telepon. Nah, Telepon ini terhubung dengan kantor bawah. Kamu jika memerlukan sesuatu bisa menggunakan ini untuk menelpon resepsionis di bawah, tapi kamu tidak bisa menggunakan ini untuk menelepon Tuan Maximillan. Yang bisa meneleponmu dari sini itu hanya dia seorang," jelas Julio dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.

Anastasia yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya paham, 'Kenapa bisa begitu? Bukankah lebih mudah kalau aku juga bisa-'

"Tuan Maximillan tidak terlalu suka ditelepon, Nona. Dia lebih menyukai berbicara langsung dengan orang yang bersangkutan," kata Julio tiba-tiba membuat Anastasia tidak melanjutkan ucapan batinnya.

"Ini adalah bagian terpenting. Kamu harus simpan dan mengingat apa yang akan saya katakan terkahir ini."

Anastasia langsung mengangguk. Dia memposisikan tangannya layaknya orang yang siap-siap mencatat.

"Ada beberapa hal yang tidak disukai Tuan Maximillan. Pertama, dia tidak suka ada orang yang berbicara tanpa seizin-"

"Hah, kenapa dia seaneh itu?" komentar Anastasia spontan dengan raut wajah yang kaget dan mata mendelik tidak percaya.

Julio yang tadinya asik menjelaskan dengan raut wajah tenang, langsung dibuat datar. Laki-laki itu paling tidak suka jika ada yang memotong penjelasannya, "Itu sudah sifatnya. Intinya, demi keselamatan, Kamu lebih baik hindari melakukan hal-hal yang belum dia setujui atau belum dia minta untuk kamu lakukan. Karena jika sampai kamu tanpa sengaja melakukan itu, habislah riwayatmu, Nona Anastasia."

Anastasia yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya. Dengan gerakan tangan yang cepat, wanita itu langsung menuliskan satu hal yang benar-benar harus dia turuti.

Setelah itu, Julio kembali menjelaskan semua tentang sosok Daniel Alex Maximillan. Mulai dari yang tidak laki-laki itu sukai, hingga semua yang disukai. Bahkan sampai-sampai makanan dan juga alergi sang Tuan Julio paparkan kepada Anastasia yang senantiasa mencacat semuanya.

"Semua sudah kamu catat bukan?" tanya Julio dan Anastasia yang memang sudah selesai langsung mengangguk kepalanya.

"Sudah, Tuan."

"Kalau begitu, nanti siang kita akan membahas hal lebih jauh lagi tentang pekerjaanmu, Nona. Jadi, sampai jumpa siang nanti." Setelah mengatakan itu, Julio langsung berlalu pergi, membuat tanda tanya besar langsung muncul di otak Anastasia. Sungguh, baru kali ini dia mendapati pekerjaan sebegitu rumitnya. Apalagi ada banyak sekali hal yang harus dia lakukan dan jujur, itu sungguh sangat-sangat menyebalkan bagi wanita.

"Hah, hari ini otakku tiba-tiba pusing. Banyak sekali hal aneh yang terjadi. Mulai dari si bos yang wajahnya sama percis dengan orang yang bersamaku malam itu, terus hingga mendapatkan pekerjaan dengan begitu sangat mudahnya. Terus apa lagi tadi, untuk lebih lanjutnya kita akan bahas itu saat jam makan siang."

Anastasia menjatuhkan dirinya di kursi kerja kepunyaannya. Wanita itu terdengar menghela napas, "Aku sudah diterima kerja, tapi anehnya aku merasa tidak bahagia sama sekali. Malahan aku merasa ada satu hal yang janggal, tapi entahlah. Sekarang, yang aku butuhkan adalah Karlina. Aku ingin menceritakan semuanya kepada wanita itu sekarang juga."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status