"Ya Tuhan, Nona. Sungguh, malam ini Anda benar-benar terlihat cantik sekali. Pakaian yang Anda kenakan terlihat cocok. Anda seperti seorang putri." Aunty Jane terkesima. Dia bahkan sampai membekap mulutnya dengan kedua tangan. Malam ini, tepat jam delapan malam, Anastasia sedang berdiri di depan cermin. Wanita bergaris muka lembut itu, sedang memandangi pantulan penampilannya. Saat ini, dia sudah terlihat cantik. Ditubuhnya sudah terpasang dress pesta berwarna biru dongker yang menawan. Rambutnya yang indah, tergerai dalam bentuk agak keriting di bagian bawah. 'inilah yang aku impikan. Bisa tampil cantik dengan baju-baju dari brand ternama, tapi entah kenapa aku tidak merasa bahagia sekali,' batin Anastasia dengan ekspresi wajah yang sedih, tapi semua itu disamarkan oleh sebuah senyum yang tersungging sangat indah di kedua sudut bibirnya yang berwarna merah pudar. "Aunty Jane! Aunty Jane!" Seorang wanita berpakaian maid yang sama seperti aunty Jane, tiba datang dengan langkah cepat
Setelah melaju selama 15 menit dari pinggiran kota Milan, mobil mewah milik Daniel terlihat sudah berhenti di sebuah hotel bintang lima. "Ingat yang aku katakan di rumah tadi. Cobalah seramah mungkin biarpun saat ini kau sedang sedih!" peringat Daniel sebelum mereka benar-benar keluar dari dalam mobil. Anastasia yang mendengar itu langsung tersenyum. Dia bergerak menganggukkan kepalanya mengerti, 'ramah berarti aku akan tersenyum. Begini bukan?' batin wanita itu dengan semakin melebarkan senyumannya, membuat ekspresi wajahnya terlihat sangat-sangat menyeramkan. "Memangnya kau joker hingga akan menyapa rekan Bisnisku seperti itu?" sinis Daniel yang membuat senyum lebar Anastasia langsung memudar, "senyum kecil saja!" imbuhnya memerintah dengan netra abu-abu yang menatap tajam wanita itu. Anastasia menganggukkan kepalanya, 'begini?' batin wanita itu dengan membentuk sebuah senyum kecil. Daniel yang melihat senyum itu langsung tiba-tiba mendapatkan sebuah degupan. Sorot mata abu-abu
"Tidak tidak tidak, demi keamanan bersama, aku harus menjauhi mereka." Anastasia melangkah mundur dari persembunyiannya. Wanita cantik dengan dress ungu itu terus melakukan itu dengan pandangan tajam ke arah Marselino dan Nathalia yang saat ini berada di area konsumsi, "jangan sampai merek-""Hei, Nona! Perhatikan jalanmu!"Anastasia terjungkat kaget. Dia langsung berbalik dan memperlihatkan ekspresi wajah yang panik, "Tuan, maaf. Saya tid-'sial, dia yang tadi bersama CEO dari perusahaan Maximillan Corf? Bisa gawat jika aku mengusik wanitanya,' batin laki-laki random yang tadi tidak sengaja tersenggol oleh Anastasia, "ha, lupakan saja Nona. Maaf, karena aku menyenggolmu." Anastasia yang tadinya panik langsung terlihat mengernyitkan keningnya bingung, 'kenapa dia begitu? Bukannya yang salah di sini itu aku, ya? Lalu kenapa dia min-" "Anne?" Suara panggilan bernada tinggi memotong perkataan Anastasia, membuat tubuh wanita itu menegang sempurna. Tiba-tiba aliran darahnya berubah cepat
Daniel menginjak pedal rem secara mendadak, membuat tubuh ringan Anastasia terhuyung ke depan. Rahang laki-laki itu mengetat, tatapan matanya terlihat memancarkan amarah. "Sekarang katakan, apa saat bicara tadi kau tidak memikirkan dampaknya, Jalang?!" Kepala Daniel menoleh dengan sempurna ke arah Anastasi yang ternyata juga sudah melihat ke arahnya. "Maaf, aku benar-benar tidak tahu kalau dampaknya akan begitu besar," katanya dengan nada dan ekspresi wajah yang menunjukkan penyesalan. Setelah kejadian Anastasia yang membuat pernyataan tadi, Daniel langsung berlalu pergi sebelum keadaannya semakin buruk. Dia nanti tidak mau kalau pesta sahabatnya itu rusak karena didatangi para wartawan-wartawan tidak jelas yang suka sekali mengulik dan membuat pemberitaan tentang dirinya. Biarpun Daniel Alex Maximillan bukanlah seorang selebritis, laki-laki itu selalu dikerumuni wartawan. Bahkan tidak jarang situs pemberitaan online mau pun offline membuat berita miring tentangnya. "Daniel, sung
Tepat jam 6 pagi sekali, Anastasia bangun dari tidurnya. Wanita itu menggeliat menghilangkan letih yang dirasakan oleh sekujur tubuhnya. "tugas kamu menjadi asisten pribadi dari Tuan Maximillan itu meliputi beberapa hal sebagai berikut. Pertama, kamu harus menyiapkan perlengkapan pribadi milik beliau, mulai dari air mandi, baju kerja, hingga sarapan. Kamu harus menyiapkannya sebelum jam 6.30. Kedua, kamu harus dengan cermat mengatur jadwal kerja Tuan Maximillan, mulai dari pengaturan meeting dengan karyawan, meeting dengan kolega bisnis, hingga meeting luar negeri. Terkahir, bantu dia mengurus segala laporan kerja dari pegawai bawah. Jadi, tugasmu itu Harun mengecek berkas entah itu berupa proposal atau lain-lainnya sebelum diserahkan ke Tuan Maximillan."Tiba-tiba kedua mata Anastasia yang tadinya sayup-sayup mengantuk langsung melek seketika. Kata-kata Julio beberapa hari lalu berhasil menarik kesadarannya. Dia melirik ke arah ranjang di sisi kirinya. Saat masih mendapati Daniel y
"Selamat pagi, Sir!" "Selamat pagi, Tuan!" Daniel hanya tersenyum tipis saat mendapati sapaan dari para pekerjanya yang terlihat langsung menepi dengan menunduk hormat. "Julio, langsung persiapkan ruang rapat. Jam delapan nanti perusahaan dari Roma akan datang." Daniel memerintah dengan nada bossy miliknya. Pandangan matanya terus mengarah ke depan. "Yes, Sir!" jawab Julio dengan gerak kaki yang cepat menyusul langkah lebar Daniel. "Nona Anastasia, kau pergi ke kantor karyawan. Ambil paket di resepsionis sekaligus bawa beberapa berkas dari divisi perancang." Anastasia yang sedang kesulitan mengimbangi langkah Daniel langsung berhenti. Dia menatap bingung ke arah laki-laki itu, 'eh, apa maksudnya?' batin wanita itu dan dia kembali melangkah untuk menyusul sang bos yang sudah dekat dengan lift eksekutif khususnya. Daniel dan Julio terlihat berhenti di depan lift. Anastasia yang melihat itu ikut berhenti. Ekspresi kikuk jelas terlihat di wajah wanita itu. Apa lagi dari lift sebela
"Iya, tunggahkan semua berita itu sekarang juga. Baik di koran, majalah, dan semua sosial media. Aku minta hapus semuanya karena itu tidaklah benar." Daniel berbicara begitu dengan kasar. Setelah tadi dia meminta Anastasia kemari dengan lebih cepat, laki-laki itu langsung menghubungi perusahaan berita. Dia melakukan itu tentu karena ingin menghilangkan beritanya yang tiba-tiba viral. Dia tahu kalau ini akan terjadi, tapi dia tidak menyangka dampaknya akan separah ini. Akun media sosialnya semua diteror para followers. DM datang ratusan ribu, membuat Daniel benar-benar tidak nyaman. "Iya, nanti aku akan kirimkan video klarifikasi untukmu unggah ke situasi media sosial. Tapi, aku minta kau hentikan percetakan beritaku itu dulu, lalu ganti dengan fakta yang sudah aku kirimkan kepadamu. Jangan sampai aku mendatangi perusahaan kecilmu itu." Setelah mengatakan itu, Daniel langsung memutus sambungan teleponnya. Wajah laki-laki itu terlihat biasa saja. Kepanikan tidak terlalu terlihat di
"Mama butuh penjelasan untuk semua ini sekarang juga, Nak!" Dia, Carmella Jolanda Maximillan, orang tua dari Daniel Alex Maximillan menuntut sebuah penjelasan. Segala majalah, koran, dan bahkan ponselnya yang mencangkup tentang anaknya yang memiliki kekasih dia letakkan di atas meja kerja."Semua ini beneran, bukan? Kamu dengan wanita yang ada di depan tadi sepasang kekasih, 'kan?" tanya wanita paruh baya berusia 45 tahun itu dengan nada bicara yang terdengar menuntut. Carmella wanita paruh baya yang cantik, punya rambut cokelat keemasan dengan kulit putih yang indah. Untuk wajahnya, dia terlihat seperti seorang ibu-ibu paruh baya pada umumnya. Bedanya, badan Carmella masih langsing dengan didukung pakaian modis khas nyonya besar dari keluarga kelas elit. "Aku dengan dia tidak ada hubungan apa-apa, Mama. Nona Anastasia hanyalah asisten pribadiku." Daniel menjawab sekenanya. Ekspresi wajah laki-laki terlihat santai dan terkesan acuh tak acuh. "Hah, sungguh? Jika kalian tidak punya
"Saya masih belum menemukan wanita yang cocok, Tuan Maximillan." Suara mendayu-dayu yang seringkali dia keluarkan untuk bicara dengan seseorang, terdengar berubah tegas. Laki-laki itu pun berdiri dengan tegap. "Klise sekali," ujar Daniel dengan senyum meremehkan. Arly tidak sanggup menegakkan pandangan. Dia lebih memilih untuk menunduk. Sungguh, ini kali pertama dia dipanggil dan ditanyakan tentang perihal kinerja, "apa segini saja kinerja yang bisa kau berikan kepada perusahaan ini, Arly?" imbuhnya dan Arly masih diam. Dia geming dengan butiran-butiran keringat yang mengucur deras."Tuan, maaf karena mungkin saya akan terdengar lancang, tapi bisa tidak Anda memberikan gambaran tentang seseorang yang ingin Anda jadikan model yang mengenakan gaun rancangan Anda, Tuan." Dengan membisikkan sebuah kata-kata bermakna berani di dalam dirinya, Arly langsung mengutarakan keinginan yang dari dua Minggu lalu sudah muncul. Sementara di sisi Daniel, laki-laki itu langsung berpikir sejenak. Soro
"Nona Anastasia, kamu pergi ke lantai tiga dan minta Arly untuk datang ke ruanganku segera!" Daniel langsung memberikan perintah kepada Anastasia. Anastasia yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, "Siap, Tuan!" Wanita itu berjalan ke depan untuk memencet tombol lift ekslusif agar pintu terbelah. Daniel menganggukkan kepalanya, "Minta dia ke ruanganku. Ada sesuatu hal yang harus aku bahas dengannya." Setelah mengatakan itu, laki-laki itu langsung pergi masuk ke dalam lift, "aku akan menunggu lima menit," imbuhnya dengan tersenyum. Daniel bergerak memencet tombol lift di dalam, membuat pintu bening itu kembali tertutup rapat.Anastasia merapikan rambutnya dan dia tanpa berlama-lama langsung berpindah ke lift umum yang di mana, di sana ada banyak sekali jenis orangnya. ***Lantai tiga, area pemotretan "Mentang-mentang mereka model, terus mereka seenaknya melihatku dengan sebelah mata. Aku Jambak tahu rasa mereka. Begini-begini aku itu juga tidak kalah cantik juga kok dari mereka.
Kembali beberapa hari yang lalu, tepatnya saat malam di mana Anastasia dicampakkan begitu saja oleh Daniel. Setelah laki-laki itu menurunkan sang asisten pribadi, dia langsung melajukan mobilnya membelah jalan pinggir kota Milan. "Kamu kenapa tega begitu kepada Anastasia, Daniel?" Suara imut Melinda langsung terdengar berkomentar. Ekspresi wajah tidak percaya bercampur dengan kesal langsung terlihat di wajah wanita itu. Daniel yang mendengar itu terlihat tidak terlalu acuh. Dia memilih untuk terus melajukan mobilnya dengan raut wajah yang serius. "Dia seorang wanita loh. Kenapa sikapmu selalu saja begitu?" Daniel masih bungkam dan dia memilih untuk memutar stir mobilnya untuk berbelok ke kanan. Bahkan wajahnya terlihat berpaling dari pandangan tajam mata biru Melinda. "Pantas saja kamu tidak pernah bisa punya-punya pacar. Sikapmu aja terlihat tidak begitu peduli kepada orang lain begitu." Melinda memilih mengakhiri omelannya. Kepalanya yang tadi menoleh melihat ke arah Daniel mem
Tepat di jam 11 siang, Anastasia dan Daniel kembali ke Mansion. Saat ini mereka berdua sedang duduk lesehan di depan perapian yang ada di sebelah ruang televisi. Ada begitu banyak tumpukan barang di depan mereka dan Anastasia terlihat sedang mengecek semua barang-barang yang beberapa jam lalu dia borong di pusat belanja. Sementara Daniel, laki-laki itu hanya duduk bersila di atas karpet kulit harimau. Kedua matanya sedari tadi memperhatikan gerak gerik Anastasia.Di pandangannya, ekspresi wanita itu tidak punya perubahan sama sekali. Dia dari awal membeli barang-barang itu selalu terlihat ceria. Bisa Daniel bilang kalau tadi pagi adalah hari paling ceria yang Anastasia perlihatkan setelah pindah dan tinggal dengannya di sini. "Apa barang segitu cukup dengan adik-adikmu?" tanya Daniel menyeletuk, membuat Anastasia mengangkat pandangan ke arahnya. Wanita itu menyunggingkan senyum, "Ini lebih dari cukup, Daniel. Malahan aku lihat-lihat ini terlalu banyak tahu." Daniel mengernyitkan k
Terhitung sudah masuk hari kedua Anastasia sakit di pergelangan kaki. Saat ini dia dan Daniel sedang berjalan dengan dirinya yang duduk di kursi roda di koridor rumah sakit.Mereka ke sana untuk bertemu dengan dokter yang menangani kaki Anastasia tempo hari yang lalu. Kata dokter, kondisi pergelangan kaki wanita itu sudah lumayan membaik. Bahkan tadi Daniel disanjung di dalam sana. "Kalau begitu aku nanti akan mengantarmu pulang dulu, lalu kemudian aku pergi untuk belanja Mingguan sendiri." Di tengah-tengah perjalanan menuju pintu utama rumah sakit. Anastasia yang mendengar itu jelas langsung mendongak, "aku ikut boleh?" tanya Anastasia dengan sorot mata yang penuh dengan harapan. Padahal, dia belum mendapatkan perintah untuk bicara, tapi wanita itu sudah berani mengambil suara. "Kakimu masih dalam masa pemulihan, Anne. Aku tidak mau nanti terjadi apa-apa dan justru membuat keadaanmu semakin parah. Besok Senin tumpukan pekerjaan sudah menunggu kita. Aku akan usahakan kamu bisa puli
"Kenapa tiba-tiba berhenti?" tanya Anastasia saat melihat tatapan mata Daniel terpaku melihat ke wajahnya. Anastasia tersenyum, wanita itu menghadap ke depan, "Ternyata Melinda seseorang yang berbakat. Padahal, kesan pertamaku kepadanya itu, dia seperti gadis manja yang malas bekerja dan lebih memilih menjadi penikmat-" "Lupakan, lebih baik kita segera ke danau buatan sebelum telat."Daniel menyudahi obrolan tentang wanita bernama Melinda itu. Ekspresi wajahnya pun terlihat kembali datar. Dia mendorong kursi roda Anastasia melewati jalanan setapak berpavling blok yang sisi-sisinya dihiasi semak-semak belukar yang terpotong berbentuk kotak rapi. Tidak memerlukan waktu lama, di sebuah kursi panjang yang menghadap jauh ke depan, ke arah danau buatan yang berair tenang. Ukuran danau itu lumayan luas, dia dibentuk melingkar dengan sisi kiri yang dihias sebuah pohon pinus yang daunnya sudah tidak terlihat lagi. Di ujung depan danau, terdapat sebuah jembatan kayu kecil dengan di ujung je
"Katakan! Kau bicara dengan siapa tadi? Terdengar sangat seru." Daniel yang berjalan mendekat ke arah ranjang bertanya. Setelah tiba di sana, laki-laki itu langsung memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah Anastasia."Karli. Aku tadi bicara dengannya," jawab Anastasia dengan ekspresi wajah yang gugup, "kamu yang buat, kah?" imbuhnya pura-pura bertanya untuk mengalihkan obrolan saat melihat isi nampan yang di mana, di sana ada sepiring Pomodori col riso. Makanan yang terbuat dari campuran tomat, minyak zaitun, nasi, garam, dan merica. Cara pembuatan makanan ini sederhana. Kita hanya perlu memotong bagian atas tomat, mengeluarkan isi di dalamnya, lalu kemudian kita isi kembali dengan mencampurkan isi tomat yang dikeluarkan tadi dengan nasi, garam, merica, dan minyak zaitun. Setelah itu bagian atasnya kita tempel kembali, lalu kemudian masukkan ke dalam oven. Selain makanan itu, di nampan itu juga ada segelas air, sebutir obat, dan juga segulung perban steril, "Apa perban bisa di m
Anastasia menggeliat nikmat, merentangkan kedua tangannya ke udara dengan mata yang masih setengah terpejam. Akan tetapi, kenikmatan itu lenyap saat dia tidak senagaja menggerakkan kaki kanannya, membuat kedua matanya melotot dan mulutnya menjerit. "Anne, ada apa?" Daniel keluar dari dalam kamar mandi dengan gerak cepat dan eskpresi wajah yang panik. Rambutnya yang basah, terlihat menjatuhkan tetesan air, "semuanya baik?" tanyanya lagi sembari bergerak mendekat dengan hanya mengenakan handuk yang menutup area pinggang ke bawah. Anastasia yang mendapati itu langsung menganggukkan kepalanya, "Tidak apa-apa kok. Aku tadi tidak senagaja menggerakkannya dan membuat sedikit ngilu." cicit Anastasia dengan ekspresi wajah yang kesakitan. Daniel yang mendengar itu langsung menatap Anastasia dengan datar. Laki-laki itu bergerak membenarkan ikatan handuknya, lalu kemudian dia memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah Anastasia yang sedang berbaring. "Aku bantu kamu duduk." Daniel merangkul
"Kau memang bisa diandalkan, Julio. Terima kasih atas kabar baik yang kau bawa." Daniel memberikan sebuah pujian. Laki-laki itu terlihat mengulas sebuah senyum kecil untuk Julio yang menunduk."Senang bisa mendapatkan pujian dari Anda, Tuan. Tapi, keberhasilan saya juga didukung oleh bahan presentasi yang dibuat oleh, Nona Anastasia. Tanpa itu, Saya tidak mungkin membuat semua orang terkesan." Julio mengangkat pandangannya. Pertama-tama laki-laki itu melihat bangga kepada Daniel, lalu kemudian dia melihat ke arah Anastasia yang saat ini sedang duduk di kursi roda. Iya, setelah banyak melakukan pertimbangan, Daniel menyarankan untuk Anastasia menggunakan kursi roda saja. Hal itu dia lakukan untuk meminimalisir cedera yang di alami si wanita itu. "Memang kinerja Anda sangat bagus, Nona. Setelah Anda bergabung dengan perusahaan, peluang kita mendapatkan tanda tangan kerja sama semakin meningkat. Bukan begitu, Tuan Maximillan." Julio menoleh melihat ke arah Daniel. Laki-laki itu menyu