"Selamat pagi, Sir!" "Selamat pagi, Tuan!" Daniel hanya tersenyum tipis saat mendapati sapaan dari para pekerjanya yang terlihat langsung menepi dengan menunduk hormat. "Julio, langsung persiapkan ruang rapat. Jam delapan nanti perusahaan dari Roma akan datang." Daniel memerintah dengan nada bossy miliknya. Pandangan matanya terus mengarah ke depan. "Yes, Sir!" jawab Julio dengan gerak kaki yang cepat menyusul langkah lebar Daniel. "Nona Anastasia, kau pergi ke kantor karyawan. Ambil paket di resepsionis sekaligus bawa beberapa berkas dari divisi perancang." Anastasia yang sedang kesulitan mengimbangi langkah Daniel langsung berhenti. Dia menatap bingung ke arah laki-laki itu, 'eh, apa maksudnya?' batin wanita itu dan dia kembali melangkah untuk menyusul sang bos yang sudah dekat dengan lift eksekutif khususnya. Daniel dan Julio terlihat berhenti di depan lift. Anastasia yang melihat itu ikut berhenti. Ekspresi kikuk jelas terlihat di wajah wanita itu. Apa lagi dari lift sebela
"Iya, tunggahkan semua berita itu sekarang juga. Baik di koran, majalah, dan semua sosial media. Aku minta hapus semuanya karena itu tidaklah benar." Daniel berbicara begitu dengan kasar. Setelah tadi dia meminta Anastasia kemari dengan lebih cepat, laki-laki itu langsung menghubungi perusahaan berita. Dia melakukan itu tentu karena ingin menghilangkan beritanya yang tiba-tiba viral. Dia tahu kalau ini akan terjadi, tapi dia tidak menyangka dampaknya akan separah ini. Akun media sosialnya semua diteror para followers. DM datang ratusan ribu, membuat Daniel benar-benar tidak nyaman. "Iya, nanti aku akan kirimkan video klarifikasi untukmu unggah ke situasi media sosial. Tapi, aku minta kau hentikan percetakan beritaku itu dulu, lalu ganti dengan fakta yang sudah aku kirimkan kepadamu. Jangan sampai aku mendatangi perusahaan kecilmu itu." Setelah mengatakan itu, Daniel langsung memutus sambungan teleponnya. Wajah laki-laki itu terlihat biasa saja. Kepanikan tidak terlalu terlihat di
"Mama butuh penjelasan untuk semua ini sekarang juga, Nak!" Dia, Carmella Jolanda Maximillan, orang tua dari Daniel Alex Maximillan menuntut sebuah penjelasan. Segala majalah, koran, dan bahkan ponselnya yang mencangkup tentang anaknya yang memiliki kekasih dia letakkan di atas meja kerja."Semua ini beneran, bukan? Kamu dengan wanita yang ada di depan tadi sepasang kekasih, 'kan?" tanya wanita paruh baya berusia 45 tahun itu dengan nada bicara yang terdengar menuntut. Carmella wanita paruh baya yang cantik, punya rambut cokelat keemasan dengan kulit putih yang indah. Untuk wajahnya, dia terlihat seperti seorang ibu-ibu paruh baya pada umumnya. Bedanya, badan Carmella masih langsing dengan didukung pakaian modis khas nyonya besar dari keluarga kelas elit. "Aku dengan dia tidak ada hubungan apa-apa, Mama. Nona Anastasia hanyalah asisten pribadiku." Daniel menjawab sekenanya. Ekspresi wajah laki-laki terlihat santai dan terkesan acuh tak acuh. "Hah, sungguh? Jika kalian tidak punya
"Eh, Karlina, Julio!" Anastasia kaget saat wanita itu bergerak membuka pintu ruang divisi perancang. Kedua matanya terbelalak kaget, "Maaf, aku akan-""Tidak-tidak, aku sudah selesai di sini. Aku permisi." Julio memotong perkataan Anastasia. Dia dengan raut wajah malu langsung beranjak pergi dari dalam ruangan itu. Anastasia yang tercengang langsung sadar saat tubuh Julio yang lewat menyenggol sedikit bahunya. Tanpa menunggu lama, wanita itu tentu langsung bergerak untuk masuk dengan panik. Saat ini dia melihat Karlina sedang terengah-engah dengan ekspresi wajah yang marah. "Karli, kamu oke?" tanya Anastasia dengan kedua tangan memegangi pundak dari Karlina.Sementara di sisi Karlina, wanita itu tidak menjawab. Dia memilih untuk menenangkan dirinya dari rasa marah yang dia dapatkan dari Julio tadi. Wanita itu bergerak menarik satu kursi untuk dia duduki. Anastasia ikut melakukan itu. Dia menarik kursi, mendudukinya, dan langsung kembali melihat ke arah Karlina dengan khawatir. "K
"Halo, Nona! Apa yang coba kamu lakukan di sana?" Anastasia spontan mengernyitkan keningnya. Satu tangannya yang sudah membuka pintu mobil, tertahan untuk memegangnya agar tetap terbuka. Daniel yang mendapati ekspresi itu langsung terlihat kesal. Dia yang posisinya juga sudah membuka pintu mobil bagian kemudi, tertahan di luar. "Ke depan! Duduk dan temani aku di depan!" Satu tangannya terangkat. Dia mengacungkan jari telunjuknya, lalu kemudian menggerak-gerakkannya meminta Anastasia pindah ke depan. Anastasia paham. Dia langsung bergerak menutup kasar pintu mobil belakang di sisi kanan, lalu kemudian pindah membuka pintu mobil bagian depan. Tanpa bicara, wanita itu masuk dengan mimik wajah yang terkesan tidak suka. Daniel yang melihat itu, ikut bergerak masuk, "Memangnya kamu kira aku ini sopir hingga kamu ingin duduk di belakang seperti itu," omelnya dengan tangan bergerak sibuk menggunakan sabuk pengaman. "Sebelum kita sampai di sana, aku ingin tekankan kepadamu satu hal. Jaga
"Oh My Goddess, Danielll! Akhirnya kamu sampai juga, Nak." Benar. Suara nyaring penuh kebahagiaan itu keluar dari dalam mulut Nyonya besar dari keluarga Maximillan, Nyonya Carmella atau Mama dari si Iblis Daniel Alex Maximillan. Mendengar itu Anastasi menunduk malu. Kedua tangannya saling bertaut karena dia tiba-tiba merasa agak sedikit gugup. "Angkat kepalamu, Anne. Ingat apa yang aku katakan tadi. Buat wajah seramah mungkin." Daniel berbisik dengan wajah datar yang khas miliknya. Ternyata tidak di rumah tidak di kantor, wajah laki-laki itu memang begitu. Sangat jarang mengeluarkan ekspresi. 'kenapa aku harus terseret di situasi sulit begini juga sih. Apa lagi tadi katanya rumah ini adalah rumah neraka. Apa orang-orang yang tinggal di sini pemarah semua?' batin Anastasia takut dan masih kepikiran dengan kata-kata Daniel di dalam mobil tadi. Akan tetapi, biar begitu dia tetap menegakkan kepalanya. Anastasia menyunggingkan sebuah senyum saat sosok cantik nan modis seorang
"Ah jadi itu benar?" Bukannya mendapatkan jawaban, Anastasia malah mendapatkan pertanyaan kaget dari Tuan beser Maximilian, "jadi, tadi sebelum kamu ke sini, Bosmu itu sudah mengajarimu cara menjawab untuk membelanya?" imbuhnya dengan satu alis mengernyit penasaran. "Oh, Daniel, kenapa kamu menyiksa bawahanmu? Sudah tidak memberi dia makan, kamu malah meminta dia untuk menyembunyikan faktanya? Owh, bagus Daniel, bagus sekali." Anastasia yang mendengar itu semakin panik. Tawa yang tadinya dia keluarkan, langsung tidak berbekas lagi. Iya, saat duduk pertama kali di sini, dia langsung dibuat tertawa oleh tingkah laku dari Tuan Imanuel dan Nyonya Carmella. Namun, semuanya pudar saat dia merasa pancaran aura hitam terlihat menyelimuti Daniel yang duduk di sebelahnya, 'tenang Anastasia, sekarang buat dirimu selamat dari amarah Daniel,' batin wanita itu panik. "Nyonya Carmella, begini. Maksud Saya, Tuan-""Ayolah Anastasi, kamu tidak perlu terlalu berusaha keras. Semua keluarga sudah tah
"Kalian tunggulah sebentar. Aku akan menelpon." Daniel menoleh ke arah Melinda, membuat wanita itu menjauh. Sementara Anastasia, wanita itu terlihat berdiri canggung. Dia benar-benar tidak suka melihat kedekatan sang bos dengan sahabat kecilnya itu. "Kami akan menunggu, bukan begitu, Anastasia?" Anastasia kaget saat Melinda tiba mengandeng tangannya. Dengan tersenyum kikuk, "Ah, Iya." Daniel menatap kedua orang itu dengan aneh. Namun, dia mengedikkan bahunya tak acuh dan memilih untuk pergi menepi. Sementara di sisi Anastasia dan Melinda, mereka berdua saat ini bertukar senyum. "Daniel tampan ya?" tanya Melinda tiba-tiba membuat Anastasia membulatkan matanya kaget. Seutas senyum canggung yang dia singgung langsung memudar.Melinda yang melihat reaksi itu tertawa lucu. Tatapan matanya yang berkilauan terlihat indah di mata Anastasia. Sungguh, dia adalah satu-satunya wanita paling cantik yang Anastasia pernah temui. "Jawab yang jujur saja, Anastasia. Kalau dari pandanganku, Daniel