Siangnya di sebuah restoran terkenal di pusat kota Milan....
"Duduklah!" Anastasia dengan raut wajah yang gugup menganggukkan kepalanya. Dia dengan anggukan kepala sungkan bergerak menarik kursi dengan perlahan, lalu kemudian mendudukkan pantatnya di permukaan tempat duduk tersebut. Cara duduknya yang terlihat gusar dan gerakan tangannya yang pura-pura merapikan anak rambutnya, menandakan kalau saat ini suasana hati wanita itu sedang tidak karu-karuan. Mendapati tatapan tajam dan mengintimidasi, membuat ketakutannya mencuat naik kepermukaan. Padahal, bisa dikatakan Anastasia itu wanita yang tidak terlalu takut jika berhadapan dengan seseorang, tapi entah kenapa saat bersitatap dengan netra abu-abu milik Daniel, dia serasa menciut "Ohh, baiklah, Nona Anastasia. Kita langsung saja ke intinya." Anastasia menganggukkan kepalanya. Dia bergerak membenahi posisi duduknya yang dirasa agak miring, 'ini aku harus diam saja sampai dia memintaku bicara, gitu? Dari tadi lidahku sudah gatal ingin menanyakan nominal gaji yang akan aku terima,' batinnya merasa bosan karena diam. Kenapa laki-laki di depannya ini harus seaneh ini? "Bagaimana kabarmu, setelah hari itu, Nona?" Daniel menyeringai dengan air muka paling menyeramkan yang dia punya. Tatapan mata abu-abunya terlihat tajam menikam Anastasia yang langsung tertegun. Sementara di sisi Anastasia, bak disambar petir di musim dingin, degup jantungnya langsung berdetak dengan sangat cepat. Ucapan-ucapan di dalam hati yang dia lakukan pagi tadi langsung terbantahkan, tapi sorot matanya jelas menampilkan sebuah kebingungan. "A ... apa-" "Husss! Diam! Jangan membuka suara sebelum Saya memberikan perintah, Nona. Di sini, Saya adalah penguasanya." Telapak tangan Anastasia langsung terasa basah. Tenggorokannya terlihat turun naik saat dia meneguk ludahnya bulat-bulat. Saat ini, dia benar-benar dibuat merinding oleh sosok seorang Daniel Alex Maximillan. Mulai dari suara, raut wajah, dan tatapan matanya. Bagi Anastasia semuanya terasa menakutkan. "Apa maksudnya ini?" Anastasia langsung melihat ke arah meja saat dia mendapati ada sebuah lembaran kertas beserta uang koin bernilai 50 sen di dorong oleh tangan besar milik Daniel. 'sialan, jadi ini benar-benar dia? Mampus aku,' batin Anastasia merutuki nasibnya. "Sekarang jelaskan" Anastasia langsung mendongak melihat ke arah wajah Daniel yang masih terlihat tenang, tapi terkesan menyeramkan karena tatapan mata laki-laki itu masih menyorot ke arah dirinya dengan begitu provokatif. "Sir. Sepertinya Anda salah mengenali seseorang. Aku sungguh tidak merasa pernah bertemu dengan orang yang bernama lengkap Daniel Alex Maximillan." Sebisa mungkin Anastasia harus pura-pura mengelak dulu. "Saya tidak bertanya tentang kita sudah bertemu atau tidak. Yang saya tanyakan adalah apa maksud dari tulisan di kertas itu, Nona Anastasia. Anastasia tersentak kaget. Padahal, nada bicara Daniel tidak terdengar sedang berteriak, tapi entah kenapa suara penuh dengan penekanan itu membuat sekujur tubuh Anastasia merinding. "Maafkan saya, Sir. Maksud dari kertas itu sebenarnya untuk memberitahukan Anda kalau-" "Kalau kamu ingin menghargai Saya, begitu? Kamu menghargai seorang Daniel Alex Maximillan, penguasa Milan seharga 50 sen?" Anastasia saat ini ingin pingsan. Sungguh, dia tidak mau berada di situasi seperti ini. Wanita itu paling benci di interogasi. "Oh, baiklah, kita lupakan permasalahan itu. Biarpun sebenarnya harga diriku tercoreng, tapi tujuan pertemuan kita di sini bukan untuk membahas masa lalu, bukan begitu, Nona?" Anastasia hanya bisa diam. Saat ini dia sedang mencoba menahan keinginan bicaranya di depan laki-laki itu. Biarpun dia sedang ketakutan, tapi Anastasia masih sadar untuk tidak mencoba mengeluarkan suara sebelum di minta. _"sebisa mungkin, untuk menghindari masalah, kamu nanti di dalam sana tetaplah menaati peraturan mutlak milik Tuan Maximillan. Jangan sampai mengeluarkan suara sebelum diminta, paham?"_ Anastasia kembali mengingat wejangan yang dikatakan Julio tadi sebelum masuk ke ruangan restoran VIP ini. 'kalau misalnya itu bukanlah pembahasan inti kita, lalu dia di sini denganku ingin membicarakan apa? Kata Julio, aku akan diberitahukan upahku di sini, tapi-' "Baiklah, Saya akan mulai saja langsung. Tujuan Saya mengundangmu ke sini adalah untuk membahas lebih lanjut tentang sesuatu hal." Daniel dengan gaya bossy khasnya mulai berbicara. Anastasia yang menghentikan ucapan dalam hatinya, mulai tiba-tiba merasa sesak berada di ruangan itu, dia bahkan sampai kembali dibuat menelan ludahnya bulat-bulat. Sorot matanya terlihat takut dan tubuhnya sedari tadi bergerak-gerak resah. Dia ketakutan, apa lagi saat melihat ekspresi wajah Daniel yang terlihat semakin serius. "Sebenarnya, kamu sudah Saya terima menjadi seorang Asisten Pribadi Saya. Tujuan Saya berbicara denganmu di sini adalah untuk memberikanmu sebuah penawaran yang benar-benar akan membuatmu sangat-sangat untung," katanya dengan masih mencoba berlagak misterius. Laki-laki tampan bak iblis licik itu saat ini sedang menyunggingkan senyum yang terlihat sangat-sangat misterius. Anastasia yang mendengar itu terlihat sumringah. Dia ingin mengeluarkan sebuah suara, tapi tertahan karena aturan yang pagi tadi Julio katakan. Yaitu, aturan pertama. Jangan melakukan hal apa pun sebelum kamu diperintahkan. "Nona Anastasia. Jadilah wanita simpanan Saya." Daniel mengatakan itu dengan menyeringai. "Aho!" teriaknya tiba-tiba membuat raut wajah Daniel tertekuk marah. Namun, karena saat ini mereka bisa dikatakan sedang membahas hal yang serius, Daniel memilih untuk memakluminya. Anastasia yang melihat perubahan raut wajah bosnya itu langsung menutup mulut. Dia tersenyum seolah ingin mengatakan maaf, 'apa maksudnya ini? Wanita simpanan? Apa dia akan menjadikan aku seorang selingkuhan?' batinnya dengan menerka-nerka kemungkinan-kemungkinan negatif. "Raut wajahmu dibuat biasa saja, Nona Anastasia. Tujuan Saya ingin menjadikanmu simpanan bukan untuk berselingkuh. Saya juga masih lajang. Semua ini hanya keinginan pribadi Saya yang bisa dibilang agak sedikit tertarik dengan keliaran-' "Tidak mau! Apa Saya terlihat semurah itu? Di sini Saya ingin bekerja dengan layak dan dengan keahlian yang Saya punya. Lagian Saya tidak semenderita itu hingga sampai harus menjual diri! Apa pun alasannya Saya menolak. Lebih baik Saya menganggur saja dari pada-" "Panti asuhan La nostra famiglia, aku yakin kamu tahu itu, bukan?" Anastasia yang mendengar itu langsung kaget. Nama panti asuhan yang disebutkan oleh Daniel itu adalah tempat tinggalnya dulu. Kenapa laki-laki ini bisa mengetahuinya? Padahal, ini kali kedua mereka bertemu. "Saat ini tempat itu sedang di intai oleh seseorang untuk diambil alih kepemilikannya. Katanya, tanah itu sudah digadaikan oleh salah satu pengurusnya. Tinggal menghitung waktu saja hingga tempat itu akan rata dengan tanah." Daniel mengatakan itu dengan smrik tipis yang menjijikan. Anastasia yang mendengar fakta itu langsung kaget, "Hah, diratakan? Anda pasti berbohong?" Daniel menyeringai. Dia melirik ke arah pintu masuk ruang VIP restoran, "Julio, bawa masuk dokumen itu!" titah laki-laki itu dengan angkuh. Sosok Julio langsung terlihat masuk ke dalam ruangan. Namun, laki-laki itu tidak terlalu lama di sana karena setelah meletakkan sebuah map cokelat di meja, Julio langsung beranjak pergi setelah Daniel meminta laki-laki itu untuk meninggalkan ruangan itu lagi. "Isi map itu akan memberitahumu apa aku berbohong atau tidak." Setelah mengatakan itu. Daniel bangkit dari duduknya. Laki-laki berwajah angkuh itu terlihat membenahi jas kerjanya dengan terus menunjukkan sebuah senyum yang licik, "Tawaranku berlaku sampai besok. Jadi, Saya akan mencoba sabar untuk menunggu keputusanmu, Nona Anastasia," imbuhnya membuat wanita itu mendongak untuk melihat ke arahnya. "Apa yang aku perbuat hingga Anda melakukan ini?" tanya Anastasia dengan mata yang berair, "padahal kita hanya bertemu di sebuah club malam tanpa senagaja-" "Husss! Saya tidak mengizinkan kamu bertanya, Nona. Jika kamu ingin tahu alasannya, Saya akan mengatakan itu jika kamu sudah berada di genggaman Saya." Daniel menyeringai iblis. Setelah mengatakan itu, dia berdehem, "Setelah ini, kamu tidak perlu kembali ke kantor lagi. Pulang dan kembali besok dengan jawabanmu," perintahnya dan setelah itu, Daniel langsung berlalu pergi meninggalkan Anastasia yang kebingungan. Iya, dia masih tidak mengerti dengan motif yang membuat laki-laki itu melakukan ini kepadanya.Pinggiran kota Milan, Panti Asuhan La Nostra Famiglia.....Setelah menempuh beberapa menit dan mengganti trem dengan menaiki sebuah metro, akhirnya Anastasia tiba di lokasi tujuan. Sebuah kawasan asri pinggiran kota Milan. Di depan mata Anastasi, terlihat sebuah gerbang tua berkarat yang sepertinya sudah tidak terurus lagi. Di tralis gerbang, tergantung sebuah papan bertuliskan "Akan segera di ratakan!" Melihat tulisan itu, Anastasia terlihat semakin lesu. Dengan masih menggunakan baju kerja lengkap, wanita itu berjalan masuk dengan langkah pelan. "Ya tahun, aku tidak menyangka kalau kondisinya akan separah ini?" Kedua mata Anastasia langsung menatap tidak percaya saat mendapati keadaan bangunan yang benar-benar tidak layak huni lagi. "Saat aku, Karlina, dan teman-teman lain masih tinggal di sini, semua bangunannya masih bagus. Tetapi, apa ini? Kenapa-" "Anne?" Anastasia yang masih kaget melihat keadaan b
Tepat jam 08.25pm, Anastasia kembali ke pusat kota Milan. Saat ini, dia sudah berada di dalam kamar dan sedang mengeluarkan barang-barangnya dari dalam lemari. "Dari pada kamu hanya menonton begitu, bukankah lebih baik kamu membantuku berkemas?" Anastasia melirik ke arah Karlina yang sedang duduk di ranjang empuk miliknya. "Ini aku masih kaget loh. Padahal kamu baru kerja hari ini, tapi kamu sudah dapat gaji di muka. Itu pun jumlahnya sampai kamu bisa beli apartemen baru lagi, Anne. Gila, sungguh, gil-" "Berisik!" Anastasia memutar bola matanya malas, "kamu kayak tidak mengenal aku saja, Karli. Aku ini, Veronica Anastasia, wanita yang lahir dengan penuh bakat. Jadi, sudah jelas kalau mendapatkan uang bagiku adalah soal yang mudah," imbuhnya membanggakan diri, membuat Karlina yang duduk santai di ranjang bergerak bangkit untuk membantu. Anastasia tahu kalau Karlina sedang berjalan mendekat ke arahnya, tapi karena saat ini pikirannya dipenuhi oleh cerita-cerita yang tadi sore
"Julio, sebenarnya kita akan pergi ke mana ini? Bukankah pertemuannya ada di restoran tadi? Tapi, kenapa hanya Tuan Maximillan saj-" "Kita memang hari ini tidak akan ikut pertemuan, Nona Anastasia." Julio yang duduk tepat di sebelah kanan sopir pribadi milik Daniel bersuara. Laki-laki itu berkata tanpa menoleh pun melihat ke arah Anastasia yang sedang duduk di jok belakang. Sementara di sisi Anastasia. Mendengar penuturan itu, dahinya langsung dibuat sedikit mengkerut. Jujur, dari awal dia menandatangani perjanjian kontrak menjadi wanita simpanan itu, Anastasia langsung dibuat bingung. Dia merasa begitu karena setelah menandatangani perjanjian itu, Anastasia merasa tidak ada yang berubah. Semuanya masih normal-normal saja dan keadaan ini tidak seperti apa yang sedang dia pikirkan. "Lah, lalu tujuan kita ke mana, Julio?" tanya Anastasia dengan menatap penuh kebingungan ke arah laki-laki itu. "Aku diperintahkan oleh Tuan Maximillan untuk mengantarmu ke mansion yang akan Anda tempat
"Di Mansion Maximillan ini, Tuan Maximillan adalah aturannya. Dia bisa mengubah aturan sesuai keinginannya. Tapi, ada beberapa aturan yang akan tetap sama. Yaitu, pertama, dia tidak mengizinkan siapa pun mandi di malam hari di sini. Kedua, dia tidak mengizinkan makanan yang dihidangkan di meja makan tidak sesuai dengan jadwal. Ketiga, dia benci kamar mandinya dipenuhi oleh busa-busa sabun." Anastasia mendesah, mengumumkan rasa nikmat yang didapatkan tubuhnya yang malam ini sedang berendam air hangat di dalam bathub. Tubuhnya yang polos, terlihat ditutupi busa. "Aku tidak peduli dengan aturannya. Persetan dengan itu semua karena malam ini aku membutuhkan ini. Toh, kedatangannya juga sudah terjadwal dan malam ini bukanlah malam di mana dia akan datang berkunjung." Iya, malam ini Anastasia memang butuh merendam dirinya untuk menghilangkan rasa penat setelah berkeliling mengenal Mansion tempat tinggalnya. Ini adalah hidup yang selalu dia bayang-bayangkan. Tinggal di rumah bak istana in
Flashback on....Setelah melihat tingkah wanita teman mainnya secara sembunyi-sembunyi, Daniel langsung membuka matanya dengan sempurna, memperlihatkan manik abu-abunya yang indah dan menawan."Wanita yang begitu sangat liar." Laki-laki itu bergerak bangun dari tidurnya dengan sedikit menggeliat, menanggalkan kelelahan karena aktivitas semalam. Raut wajahnya yang tampan, dengan garis muka tegas, terlihat berseri-seri. "Sungguh, semalam adalah permainan paling menggairahkan. Aku tidak pernah merasa bernafsu sekali seperti semalam." Dengan tersenyum, Daniel meraba tengkuknya yang sedikit agak pegal. Di dada bidang laki-laki itu, bekas-bekas cakaran terlihat masih merah di sana. Terdapat banyak sekali kiss mark tertinggal di leher laki-laki itu. Lebih dari itu, di kedua pundaknya, terdapat banyak sekali bekas-bekas gigitan yang bekasnya terlihat lumayan dalam. "Namanya Nona Anastasia ya?" Daniel bergerak menyingkap selimut, lalu kemudian turun dari ranjang dengan telanjang, "aku akan
Tiga hari kemudian, Mansion Maximillan "Anne, Anakku. Terima kasih banyak, Sayang. Panti asuhannya tidak jadi digusur. Pihak bank kembali menyerahkan surat tanahnya kepada Mom." "Ah, sungguh? Anne ikut senang, Mom." Anastasia menahan tangisannya. Setelah mengatakan itu, dia langsung membekap mulutnya rapat-rapat agar suara pilu itu tidak terdengar oleh orang yang saat ini jadi teman teleponannya. "Iya, Mom dan adik-adikmu sangat-sangat senang. Terima kasih juga karena kamu sudah meminta beberapa orang konstruksi bangunan datang untuk memperbaiki kondisi panti. Mom yakin semua ini juga pasti darimu, 'kan?" Anastasia yang mendengar itu sedikit mengernyit bingung. Matanya yang saat ini terlihat berkaca-kaca terlihat tidak mengerti, tapi biar begitu dia tetap menyunggingkan senyum. Wanita itu mengangguk sembari bergerak melepas bekapan di mulutnya, "I ... iya, aku meminta beberapa orang datang untuk membenahi bangunan yang sudah rusak, Mom." Anastasia kembali ingin menangis. Dia terh
"Ya Tuhan, Nona. Sungguh, malam ini Anda benar-benar terlihat cantik sekali. Pakaian yang Anda kenakan terlihat cocok. Anda seperti seorang putri." Aunty Jane terkesima. Dia bahkan sampai membekap mulutnya dengan kedua tangan. Malam ini, tepat jam delapan malam, Anastasia sedang berdiri di depan cermin. Wanita bergaris muka lembut itu, sedang memandangi pantulan penampilannya. Saat ini, dia sudah terlihat cantik. Ditubuhnya sudah terpasang dress pesta berwarna biru dongker yang menawan. Rambutnya yang indah, tergerai dalam bentuk agak keriting di bagian bawah. 'inilah yang aku impikan. Bisa tampil cantik dengan baju-baju dari brand ternama, tapi entah kenapa aku tidak merasa bahagia sekali,' batin Anastasia dengan ekspresi wajah yang sedih, tapi semua itu disamarkan oleh sebuah senyum yang tersungging sangat indah di kedua sudut bibirnya yang berwarna merah pudar. "Aunty Jane! Aunty Jane!" Seorang wanita berpakaian maid yang sama seperti aunty Jane, tiba datang dengan langkah cepat
Setelah melaju selama 15 menit dari pinggiran kota Milan, mobil mewah milik Daniel terlihat sudah berhenti di sebuah hotel bintang lima. "Ingat yang aku katakan di rumah tadi. Cobalah seramah mungkin biarpun saat ini kau sedang sedih!" peringat Daniel sebelum mereka benar-benar keluar dari dalam mobil. Anastasia yang mendengar itu langsung tersenyum. Dia bergerak menganggukkan kepalanya mengerti, 'ramah berarti aku akan tersenyum. Begini bukan?' batin wanita itu dengan semakin melebarkan senyumannya, membuat ekspresi wajahnya terlihat sangat-sangat menyeramkan. "Memangnya kau joker hingga akan menyapa rekan Bisnisku seperti itu?" sinis Daniel yang membuat senyum lebar Anastasia langsung memudar, "senyum kecil saja!" imbuhnya memerintah dengan netra abu-abu yang menatap tajam wanita itu. Anastasia menganggukkan kepalanya, 'begini?' batin wanita itu dengan membentuk sebuah senyum kecil. Daniel yang melihat senyum itu langsung tiba-tiba mendapatkan sebuah degupan. Sorot mata abu-abu