Share

02.Double Shit!

"Halo, Karlina?" Anastasia langsung menyapa seseorang yang sedang dia coba telepon sudah terdengar mengangkat panggilannya. Dengan kepala yang menoleh ke belakang, wanita itu terlihat keluar dari sebuah motel.

"iya, Anne?" Suara jawaban keluar dari dalam telepon.

Anastasia dengan tampang planga-plongo itu kebingungan terlihat memindai ke segala arah. Satu tangannya yang bebas bergerak menggaruk Surai hitam coklat keemasan yang dia punya.

Saat ini kondisi Anastasia benar-benar berantakan. Rambutnya acak-acakan, bajunya kusut tidak tanggung-tanggung. Jelas semua orang yang sedang berjalan kaki langsung menjadikan wanita itu sebagai pusat perhatian mereka.

"Kamu bisa menjemputku, teman? Aku mohon kali ini saja, Karli, Saudariku, teman seperjuanganku." Anastasia yang memang orangnya terlalu masa bodoh, terlihat tidak acuh. Dia saat ini sedang memperlihatkan ekspresi wajah yang mengenaskan. Wanita itu mulai berjalan linglung mengikuti langkah orang-orang yang juga tengah berjalan di trotoar.

"Menjemputmu? Memangnya ke mana mobil yang kamu katakan mewah itu? Kenapa tiba-tiba-"

"Aku jatuh miskin, Karli."

"Hah, kenapa bisa?"

Anastasia menjauhkan ponselnya dari depan telinga. Mata wanita itu terpejam. Lagi dan lagi dia berhasil dibuat mengumpat. Ini sudah kali kedua dia melakukan itu.

"Ceritanya panjang sekali. Sekarang kamu tolong jemput aku sebentar. Kepalaku sudah benar-benar pusing." Anastasia kembali merengek. Bibirnya manyun meminta bantuan dengan nada bicara paling lembut yang dia punya.

"Menyebalkan. Sekarang posisimu ada di mana?" Suara wanita yang sedari tadi dipanggil Karlina itu kembali mengalun keluar dari dalam ponsel Anastasia.

Anastasia mendongak mencaritahu di mana saat ini posisinya. Namun, entah kenapa dia lupa di mana dia, "Ah, aku tidak tahu di mana aku sekarang. Tapi, tadi aku baru saja keluar dari dalam hotel," jawabnya dengan tampang kebingungan yang tidak dibuat-buat. Saat ini dia sudah berhenti berjalan, membuat orang-orang yang sedari tadi memperhatikan dirinya bergerak menghindar agar tidak bertabrakan dengan wanita aneh itu.

Jelas semua orang akan mengatai wanita itu aneh. Dari ujung kaki hingga rambut, pagi ini, Anastasia memang benar-benar berantakan. Rupanya sudah tidak karu-karuan lagi. Namun, kembali lagi. Anastasia terlalu masa bodoh dengan semua pandangan itu.

"Entahlah, Karli. Aku tidak tahu tempat ini. Aku tidak bisa mengingatnya dengan pasti. Tapi di sini ada sebuah halte pemberhentian," kata Anastasia sembari kembali menggaruk kepalanya yang benar-benar terasa gatal dan juga lengket.

"Katakan nama haltenya!"

"Nama haltenya ...." Anastasia memicingkan mata melihat tulisan yang ada di halte sana, "namanya, Cairoli M1."

"Oh my Goddess, Anne. Apa yang kamu lakukan di sana? Tunggu! Sebentar lagi aku akan ke sana. Jangan ke mana-mana okey!"

"Hem, ak-"

Belum selesai perkataan Anastasia, Karlina yang ada di seberang sana langsung memutuskan sambungan ponselnya begitu saja. Anastasia yang saat ini tidak punya banyak tenaga untuk mengeluarkan dumelan kesal, memilih hanya mengeluarkan helaan napas sebal. Pagi hari yang benar-benar buruk. Tubuhnya lengket, kepalanya gatal, dan yang lebih parahnya adalah, saat ini perutnya sedang benar-benar keroncongan.

***

"Ya Tuhan, Anne. Bau badanmu beragam sekali ya. Semuanya tercampur jadi satu. Mulai dari bau keringat, bau alkohol, dan juga bau oh Tuhan, apa yang sudah kamu perbuat semalaman sih?"

Karlina sudah tidak tanggung-tanggung menyebut kata Tuhan. Sudah tidak terhitung berapa kali jumlah wanita itu mengucapkan kata itu. Sementara orang yang saat ini sedang dicerca habis-habisan malah terlihat masa bodoh. Bahkan dia terlihat lebih memilih fokus dengan burger ukuran jumbo miliknya.

"Apa lagi itu? Kenapa cara makanmu begitu, Anne?" tanya Karlina dengan ekspresi wajah yang berubah jijik

"Laper!" jawab singkat Anastasia dengan mulut yang dipenuhi makanan. Setelah mengatakan itu, dia kembali memasukan satu gigitan burger ke dalam mulutnya.

Karlina Annabella, wanita 23 tahun itu hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah sang saudari begitu. Ini adalah kali pertama dia mendapati Anastasia yang anggun bertingkah rakus begini.

Dulu, waktu kecil dia juga pernah sesekali melihat tingkah Anastasia yang begini, tapi saat beranjak dewasa, ini adalah kali pertama dia melihat perempuan itu terlihat kucel.

"Jujur saja, Anne. Aku masih belum percaya kalau Marselino kekasih yang kamu bangga-banggakan itu dan juga sahabatmu si Nathalia sampai setega itu. Bayangkan, kamu dan Marselino sudah dekat dari saat pertama bertemu dengan laki-laki itu di kantor tempatmu bekerja. Terus untuk Nat-"

"Ralat, panggil dia jalang, Karli. Dia sudah bukan teman atau pun sahabatku." Dengan sedikit mendengus kesal, Anastasia memotong perkataan Karlina setelah dia selesai mengunyah habis makanannya. Wanita itu bergerak meraih minuman yang ada di dashboard, lalu meneguknya dengan rakus.

"Iya, itulah maksudku. Aku tidak percaya kalau si jalang Nathalia itu bisa setega itu. Bukankah kalian berdua bersahabat dari saat masih berada di Senior High School? Kenapa dia sampai setega itu? Ini kamu tidak sedang mengarang-"

"Oh ayolah, Karli. Bukan levelku mengarang cerita tentang seseorang secara berlebihan. Apa yang aku katakan kepadamu itu semuanya fakta. Si jalang tidak tahu malu itu sungguh tidak tahu diri. Padahal, jelas-jelas aku yang membantu dia masuk ke perusahaan, tapi dia membalasku dengan memfitnahku mengorupsi uang kantor. Lebih tidak tahu malunya, dia juga ternyata berselingkuh dengan kekasihku-"

"Okey, stop! Berhenti sampai situ!" Karlina menginjak rem dengan mendadak, membuat tubuhnya sedikit maju. Setelah memotong perkataan Anastasia, dia menoleh melihat ke arah wanita itu, "sekarang turun! Kita sudah sampai di kawasan apartemen megahmu ini."

Tubuh Anastasia yang baru selesai terhuyung ke depan, terlihat melihat memindai ke arah luar, "Oh sudah sampai? Baiklah, kalau begitu aku pulang duluan. Terima kasih ya, Saudari-"

"Berhenti! Jangan berani-berani mendekat. Bau tubuhmu sungguh menjijikan."

Anastasia yang tadinya ingin mencium Karlina, langsung berhenti saat mendengar komentar sang teman. Dia bergerak menciumi badannya sendiri, "Akhhh! Bau badan siapa ini?" Raut wajah wanita itu terlihat ingin muntah, tapi sedetik setelah itu, ekspresi wajahnya kembali berubah terlihat santai, "tapi, masa bodoh lah. Kamu tidak mau mampir? Dari awal aku tinggal di sini, kamu tidak pernah berkunjung ke rumahku. Hari ini, kamu mampir ya. Aku butuh teman untuk bercerita, Karli. Ada banyak sekali kisah yang ingin aku bagi kepadamu."

Karlina sedikit menimang. Jari telunjuknya terlihat mengetuk-ngetuk setir mobil dengan kedua mata yang terus memandangi wajah Anastasia yang sedang memohon-mohon, "Baiklah, Aku juga sebenarnya ingin mengatakan sesuatu kepadamu."

Anastasia mengernyitkan kening, "Apa?"

"Tentang panti asuhan kita."

Mendengar Karlina membahas panti asuhan, wajah Anastasia langsung terlihat berubah penasaran, "Ada apa dengan panti asuhan? Oh iya, Mom Stefani juga beberapa bulan ini tidak mengabarkan apa pun kepadaku. Apa semuanya dalam keadaan baik-baik saja, 'kan? Aku beberapa bulan terkahir ini juga jarang berkunjung ke sana."

Raut wajah Karlina berubah serius, "Aku akan ceritakan nanti setelah berada di apartemenmu."

***

"Oh my Goddess. Anne, ini benar-benar tempat tinggalmu?" Baru saja keluar dari dalam lift dan langsung disambut oleh lorong bangunan apartemen lantai 20, Karlina menjerit kegirangan, "sumpah, lorong apartemen tempatku tinggal tidak sebagus dan sebersih ini, Anne. Belum lagi kalian juga menggunakan lift untuk naik ke setiap lantainya. Jiwa miskinku meronta-ronta di sini," imbuhnya. Ternyata Karlina dan Anastasia sebelas dua belas gilanya.

"Makanya beli rumah di sini. Kamu malah milih apartemen murahan. Mana setiap lantainya hanya ada dua bangunan. Terus itupun naik tangga. Membayangkannya saja sudah membuat betis-betis seksiku ini menjerit," komentar Anastasia, membuat Karlina melirik sinis ke arahnya.

"Itu fakta sih," katanya dengan raut wajah yang terkesan tidak terima, tapi tetap membenarkan kata-kata temannya itu, "oh iya, sekarang tunjukkan apartemenmu. Pasti di dalamnya luas banget ya?" Karlina kembali sumringah. Wanita itu seperti melupakan kekesalannya tadi.

"Ayo-ayo! Unit apartemenmu ada di paling ujung sana." Anastasia mengayunkan langkahnya dengan semakin cepat. Karlina mengikuti dari belakang. Setelah tiba di unit apartemen terkahir itu, Anastasia sang pemilik terlihat langsung mengetikkan kata sandi untuk membuka pintu.

"Nah, berhasil! Sekarang kamu silahkan ma-"

Kata-kata Anastasia tertahan di kerongkongan. Pupil matanya melebar dengan mulut yang dalam posisi menganga, "Apa yang kamu lakukan di sini, brengsek, Sialan?" Anastasia menjerit kaget saat netra hijau gelap kecoklatannya mendapati sosok Marselino berdiri dengan sebuah koper besar di sebelah kaki kanannya.

"Eh ...." Wanita itu tambah kaget saat kedua netra hijau gelap kecoklatannya kembali mendapati seseorang sedang berjalan mendekat dari belakang punggung Marselino. Orang itu terlihat menggeret sebuah koper lain yang ukurannya jauh lumayan kecil, "Kau, juga? Apa yang kalian berdua lakukan di rumahku, Brengsek?"

Double shit, dua orang yang memporak porandakan hidupnya kemarin, saat ini Anastasia dapatkan berada di dalam apartemennya. Lebih parahnya lagi, mereka, Marselino dan juga Nathalia terlihat tidak terkejut sama sekali.

"Eh, Anne? Kamu sudah kembali, teman?"

'oh, _shit!_ wanita itu masih bisa menyapaku dengan ekspresi wajah baik-baik saja?' batin Anastasia yang tidak percaya dengan apa yang saat ini sedang dia lihat.

"Karena kau sudah datang. Sekarang, bawa barang-barangmu pergi dari rumahku!" Marselino, laki-laki itu bergerak mendorong koper biru tua yang ada di sebelah kaki kanannya ke arah Anastasi, membuat wanita itu spontan menangkap benda itu dengan cepat.

Sementara di sisi Anastasia dan juga Karlina, dua wanita itu masih mematung diam dengan raut wajah paling lucu. Sebenarnya apa maksud dari semua ini?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status