Share

Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku
Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku
Author: Arandiah

Bab 1. Surat Cerai

Author: Arandiah
last update Last Updated: 2024-10-29 21:43:24

"Sebegitu inginnya kamu mencari perhatianku sampai rela melakukan segala cara, Kirana?!"

Kirana menunduk dan tak sanggup melihat reaksi Ardan yang murka setelah menerima surat perceraian darinya.

Alis tebal pria itu menukik dan wajah tampannya mengeras.

"Jawab aku!"

Ardan mengeraskan suaranya lagi, hingga membuat Kirana menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran kotor dari kepalanya.

"Aku serius, Mas. Ayo kita bercerai dan silakan lanjutkan hubunganmu dengan Zara. Setelah itu, aku akan pergi dan hidup sendiri."

Kirana menatap wajah Ardan dalam-dalam untuk mencari setitik cinta baginya agar ia tak perlu melakukan keputusan ini.

Namun, seperti biasa, hal itu sia-sia karena Ardan tidak mungkin mencintainya.

Oleh karena itu, kali ini keputusannya sudah bulat. Ia ingin memutuskan hubungan yang sejak awal dipaksakan, dengan sebuah perceraian.

Namun, reaksi Ardan begitu mengejutkan bagi Kirana.

“Begitu menurutmu?”

Bukannya mengambil bolpoin dan menandatangani kertas yang telah ia siapkan, pria itu malah berjalan mendekat dengan dasi yang perlahan dilonggarkan.

Kirana yang takut segera beringsut hingga ke pojokan dapur.

"Mas, apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan aku!"

Kirana terkejut saat Ardan tiba-tiba membopongnya seperti karung beras.

"Cerai? Jangan mimpi, Kirana. Setelah seenaknya datang merusak kehidupanku, kamu berharap untuk pergi begitu saja?"

Ardan lalu melempar tubuh Kirana di atas ranjang mereka yang selama ini tak pernah dia gunakan.

Dengan satu tangan pria itu mengunci tubuh Kirana, sedangkan satu tangannya lagi ia gunakan untuk melepas dasi yang ia pakai sebelum mengikatkannya ke tangan gadis itu.

Dalam satu hentakan, kedua tangan gadis itu telah terangkat dan disudutkan ke atas kepala.

Kirana memberontak dan berusaha melepaskan diri dari serangan Ardan yang sangat tiba-tiba.

Namun, kini Ardan membalikkan posisinya, hingga Kirana sudah ada di bawah kukungannya masih dengan tangan terikat.

Kirana terus memberontak, tapi mata sang suami telah berkabut gairah.

“Lepaskan aku!” bentak Kirana berusaha melepaskan diri.

Ia lalu berusaha mundur dan beringsut ke pojok tempat tidur saat melihat sang suami tengah membuka kancing kemejanya dan membuang kain itu ke sembarang arah.

Perut Ardan yang terbentuk sempurna membuat Kirana memalingkan wajahnya ke arah lain, tapi Ardan telah lebih dulu menariknya mendekat.

“Kenapa? Bukankah selama ini kamu haus akan sentuhan dariku?” kata Ardan saat dress tidur yang berbahan satin milik Kirana terangkat hingga memperlihatkan pahanya yang mulus.

Arah pandang Ardan membuat Kirana buru-buru memperbaiki posisi duduknya.

Ia malu, bukan hubungan seperti ini yang ia inginkan.

“Apa maksudmu? Aku tid-,”

“Sekarang kamu mengelak. Apa kau begitu mendambakan sentuhan seorang pria dan ingin mencari pria lain diluar sana sehingga kau ingin bercerai?” tanya Ardan dengan tajam.

Ardan mencengkram kedua pipi Kirana, hingga wanita cantik itu mendongak ke arahnya dengan kesakitan.

“Lepas! Lepas! Kau adalah pria paling gila yang pernah aku temui. Aku-!” Kirana berteriak segera setelah tangan Ardan melepaskan pipinya, tetapi Ardan segera menyambar bibir wanita itu dengan rakus.

Kirana yang merasa perlakuan Ardan mulai kelewat batas berusaha untuk memberontak semakin kencang.

Ardan lalu meraba lekuk tubuh wanita itu dengan tangannya yang lain tanpa melepaskan ciuman panasnya.

Perlakuan ini membuat Kirana bingung. Sebenarnya, apa yang merasuki pria itu? Setelah satu tahun menikah, mereka sudah melakukan pisah ranjang dan tak saling berkomunikasi selain di acara formal.

Ardan bahkan memiliki kekasih yang ia cintai, lalu untuk apa semua perlakuan ini?

Lamunan Kirana terhenti karena Ardan merobek dress satin yang dikenakan wanita itu. Tindakan Ardan membuat dada Kirana yang masih terbungkus bra merah terpampang jelas.

Kirana yang terkejut berusaha untuk menutupi dadanya dengan membalikkan badan, tapi Ardan telah lebih dulu menahan tangan Kirana dan mengembalikan tubuh wanita itu kembali menghadapnya.

“Ardan! Ap-ahh”

Tubuh Kirana menggelinjang saat napas Ardan dihembuskan tepat belahan dadanya.

“Bisa-bisanya kamu minta cerai, Kirana? Bukankah kau diutus sebagai jalang oleh orang tuamu untuk mengacaukan hubunganku dengan Zara?” racau Ardan hingga membuat Kirana semakin takut mendengarnya.

Bahkan kini hatinya sangat sakit dan harga dirinya juga ikut hancur disebabkan oleh pria gila yang ada di hadapannya.

"Jadi, jangan salahkan aku karena aku menganggapmu sebagai wanita barter yang bisa kunikmati. Begitu?” Ardan berkata lagi.

Pria itu kemudian menurunkan lengan tali bra yang dikenakan Kirana dengan giginya, sebelum menghisap lengan wanita itu dengan intens.

"Ayahmu menyerahkanmu padaku untuk ditiduri dan kamu juga sangat menginginkan tubuhku. Iya kan? Kalau tidak, kamu pasti sudah menolak perjodohan ini sejak awal”.

Kali ini, Ardan menggigit cuping telinga Kirana dan membuat si wanita menoleh ke kanan dan kiri.

Setelah puas bermain-main dengan istrinya, Ardan melepaskan semua pakaiannya hingga tak tersisa.

Bahkan dia tak segan menampilkan kejantanan miliknya yang semakin membuat Kirana ketakutan.

"Mau kemana kau? Nikmati saja, kau pasti menyukainya. Aku janji akan memuaskanmu sayang," desis Ardan sambil menarik kembali tubuh istrinya dan membuka pangkal paha milik gadis itu.

"Jangan, Mas! Aku tidak mau! Akhhhh!" teriak Kirana saat sesuatu yang tumpul di bawah sana sedang menerobos masuk dengan paksa, membuat Kirana semakin terisak menahan perih yang teramat sangat.

Ardan yang merasakan sesuatu yang hangat mengalir di bawah sana tertegun. Namun, beberapa saat kemudian dia tersenyum tipis, karena itu berarti dia bisa membalas dendam pada wanita yang sudah menghancurkan hidupnya.

Ardan ingin kirana jauh lebih menderita.

"Aku pikir kamu sudah dinikmati oleh pria lain. Namun, ternyata aku lupa kalau keluargamu memang hebat. Demi memperlancar uang keluargaku mengalir ke kalian, mereka bahkan menyediakan wanita eksklusif untukku.” ucap Ardan lagi.

"Mas, sakit! Cepat lepaskan aku.." pinta Kirana memelas.

"Semakin sakit yang kamu rasakan, maka semakin membuatku bahagia juga, Kirana. Bermain dengan Zara memang menyakitimu. Itu membuatku puas. Namun, aku baru sadar, kenapa tidak dari dulu aku melampiaskan nafsuku padamu, sehingga aku bisa menjaga Zara untuk pernikahan kami kelak?”

Ardan berkata santai. Kemudian, sambil melihat ke arah Kirana, Ardan mulai menggerakkan pinggulnya dengan pelan.

Kirana sendiri berusaha untuk tak menikmati apapun yang dilakukan Ardan, tapi perlahan ekspresi yang diharapkan Ardan mulai muncul hingga membuat pria itu kembali tersenyum tipis.

Entah kenapa, Ardan menikmati ekspresi yang Kirana tampilkan dan seakan membuatnya candu untuk melihat lebih banyak.

Setelah beberapa menit memompa, Ardan ambruk di atas tubuh Kirana setelah mendapat pelepasannya yang entah mengapa terasa begitu hebat.

Ia lalu menatap ke arah Kirana untuk kembali melihat ekspresi wanita itu, tapi Kirana malah memalingkan wajahnya ke arah lain.

Kirana kemudian menatap ke arah dinding dengan datar dan jejak air mata yang mengering terlihat di pipinya.

Ia sudah tak bertenaga lagi walaupun hanya untuk sekedar berbicara saat ini. Bukan hanya fisiknya yang lelah, tapi hatinya ikut hancur hingga tak mampu mengeluarkan sepatah katapun untuk Ardan.

'Mas, sebesar apa kebencianmu padaku? Jika kamu memang tersiksa dengan pernikahan ini, kenapa kamu menolak untuk bercerai denganku? Aku tidak bisa bertahan lagi bersamamu.'

Kirana meratap dalam hati.

Ia lalu bangkit menuju kamar mandi dan meninggalkan Ardan yang tertidur di sebelahnya.

Ia ingin membersihkan noda bekas percintaannya dengan Ardan dan berharap dapat menghapuskan rasa sakit di hatinya.

Dinginnya guyuran shower yang membasahi tubuh Kirana membuat ia kembali menangis.

Ia benci pada kehidupan yang tak pernah berpihak padanya.

"Kakek, maafkan aku. Maaf karena sudah mengecewakan kakek yang sudah berharap pada pernikahan kami. Aku sudah menyerah, Kek. Ternyata pria pilihan kakek tidak seperti pangeran dalam buku dongeng yang sering aku baca. Aku salah karena sudah berharap padanya."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Arandiah
nanti juga enggak kak ......
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
PECUNDANG DAJJAL semoga nanti menikmati balasan atas perlakuan setanmu
goodnovel comment avatar
Nur Patimah
paling gk suka klo baca novel peran wanitanya slalu tertindas...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 2. Pulang dan Memohon

    "Pa, Ma, aku ingin bercerai dari Mas Ardan," Setelah digempur oleh Adan, masih dengan selangkangan yang nyeri Kirana mendatangi rumah keluarganya yang terletak satu jam perjalanan dari rumah. Ia sungguh berharap kalau ayah dan ibunya bisa membantu dia untuk bercerai dari Ardan sehingga dia bisa menjalani hidupnya sendiri yang bebas tanpa rasa sakit. "Jangan gila ya, kamu! Cerai apanya? Kamu lupa kalau Ardan dan keluarganya itu yang bantu kita?!" Tanya Bisma, sang ayah dengan menggebu-gebu. Kirana tertegun, “A-ayah?” "Jadi, kamu ke mari pagi-pagi buta begini hanya untuk mengatakan hal bodoh itu?!" Ibunya, Sinta, murka setengah mati. Ia berpikir, bagaimana bisa putrinya mempunyai pemikiran dangkal seperti itu? "Bukannya selama ini kakak sangat memuja suami kakak, ya? Lagipula Kak Ardan baik dan tampan. Bukannya bersyukur malah minta cerai." ujar Siska, adik Kirana, yang kini ikut menanggapi pembahasan panas di antara mereka. "Iya. Dasar tidak tahu diuntung. Pokoknya, tid

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 3. Pesta Berujung Menderita

    "Bersiaplah untuk nanti malam. Bagas akan menjemputmu untuk pergi ke pesta Mama." Perintah Ardan tadi menuntut Kirana untuk mulai bersiap, tapi perlakuan pria itu sejak semalam membuat Kirana duduk termenung di kasur. Setelah melihat ke arah jam, wanita itu lalu bangkit dan segera bersiap-siap untuk menghadiri pesta ulang tahun ibu mertuanya yang akan dimulai dalam tiga jam. Ternyata, sudah selama itu ia tertidur. Bahkan ia belum makan siang. Dengan sendu Kirana berjalan ke arah dapur dan membuat sandwich sederhana untuk mengganjal perutnya yang mulai berteriak. Tubuhnya terasa remuk, tapi ia harus menyelesaikan hari ini agar rencananya bisa berjalan lancar. Setelah matahari terbenam, Kirana sudah bersiap dengan satin dress berwarna hitam dan kotak hadiah di tangannya. Kali ini, ia menggunakan uang bulanan Ardan yang hampir tak pernah ia sentuh, untuk memberikan kado bagi ibu mertuanya itu. Saat posisi mobil hampir berhenti di bangunan megah tempat pesta dilaksanakan, Kirana

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 4. Kabur

    "Berhenti di sini saja, Pak" pinta Kirana pada si sopir taksi. Setelah memberi supir itu beberapa lembar uang dan tips, karena perjalanan yang begitu jauh, Kirana segera turun di persimpangan jalan dan berjalan kaki untuk menuju ke sebuah rumah kecil yang tampak rapi di luar. Rumah itu merupakan peninggalan dari kakeknya untuknya. Bahkan kepemilikannya sudah atas nama Kirana sejak wanita itu berusia 16 tahun. Beberapa bulan belakangan, Kirana kembali mempekerjakan orang untuk merapikan rumah ini, karena dia memang berniat untuk tinggal di sini setelah bercerai dari Ardan. Namun, ternyata bukannya bercerai, dia malah kabur tanpa ada perceraian sama sekali. Kirana menatap rumah itu dengan rindu. Bentuknya sama sekali tidak berubah, selain beberapa pohon yang dulu ia tanam sudah mulai tumbuh semakin rimbun. Dulu kakeknya sering kali mengajaknya kabur ke sini kalau Mama dan Papanya melakukan sesuatu yang membuat perasaannya terluka. Biasanya mereka akan berjalan-jalan melihat perk

    Last Updated : 2024-11-01
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 5. Pria Asing Itu

    Keesokan harinya, Kirana yang baru saja selesai mandi berdiri di depan cermin dengan raut wajah datar. Keadaannya sudah jauh lebih baik, tapi beberapa tanda merah terlihat jelas di lehernya. Bekas percintaannya dengan Ardan. "Menjijikkan." gumam Kirana yang kini berlalu untuk melanjutkan aktivitasnya yang lain. Ia ingat kalau hari ini Bik Sumi, pengurus rumah ini, akan datang. Semalam Kirana sudah meminta wanita paruh baya itu untuk menetap di rumahnya. "Bibi! Apa kabar?" ucap Kirana sebelum kemudian menghambur untuk memeluk Bik Sumi. Wanita paruh baya itu adalah bagian penting dari kenangannya bersama sang kakek saat berlibur dan menginap di rumah ini. "Nona Kirana! Ah, sudah lama sekali. Bibi juga merindukan Nona! Sejak menikah, Nona tidak pernah datang lagi ke sini. Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Bik Sumi dengan tulus. Namun, bukannya menjawab, Kirana langsung menangis tergugu di pelukan Bik Sumi yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Bahkan, Kirana berpikir jika

    Last Updated : 2024-11-01
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 6. Petunjuk Keberadaan Kirana

    Ardan menyandarkan pinggangnya ke meja kerja yang kini sudah berantakan. Kedua alis pria itu menyatu dan matanya menatap tajam ke arah dua orang pria di depannya yang masing-masing berdiri sambil menunduk.Pria itu terlihat murka. Sebab, setelah dua minggu kepergian Kirana dari pesta, masih belum ada informasi yang bisa ia dapat tentang wanita itu. Bahkan jejak Kirana sama sekali tak bisa diketahui!"Apa sesulit itu untuk menemukan satu wanita?!" Suara Ardan menggema dengan lebih kencang dan kedua orang itu masih belum berani bersuara.Sebab, selama bekerja di bawah Ardan, baru kali ini mereka melihat pria itu marah besar dan terlihat sangat frustasi. Ditambah lagi dengan aura Ardan yang menekan dan membuat mereka susah bernapas.Namun, belum sempat ketegangan di antara mereka mereda, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dari luar dan membuat para bawahan Ardan menghela napas lega."Masuk!" Titah Ardan."Pak, Nona Zara datang berkunjung dan meminta kesempatan untuk bertemu." Seoran

    Last Updated : 2024-11-08
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 7. Kamu Adalah Milikku!

    Satu hari berikutnya, Kirana ingin mulai terbiasa dan ingin mengakrabkan diri dengan para tetangga yang ada di sekitarnya.Kegiatannya semakin menyenangkan saat anak Bi Sumi, Denis, datang ke rumahnya untuk menemaninya. Kirana tak menyangka bahwa pria yang baru lulus SMA itu merupakan karyawan di pabrik milik ayah Barra. Pria yang Kirana temui beberapa waktu lalu.Hari ini Kirana sudah bersiap-siap sambil menenteng sebuah rantang berisi makanan untuk Denis. Dia merasa kasihan, karena anak itu harus mengantri di kantin yang masakannya diakui tidak enak."Apa Nona yakin mau mengantar makanan ini ke Denis? Padahal Bibi bisa memanggil Denis pulang untuk makan siang," ucap Bi Sumi tak enak hati."Tak apa, Bi. Lagi pula aku merasa jenuh di rumah terus. Ya sudah, kalau begitu aku pakai pergi dulu ya," ucap Kirana yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Bi Sumi, hingga membuat wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya.Dalam perjalanan menuju pabrik teh, Kirana terlihat sangat be

    Last Updated : 2024-11-10
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 8. Buka Mulutmu!

    Ardan terus berjalan maju dan Kirana terus berjalan mundur hingga tanpa sadar, tubuh wanita itu sudah terpojok di pintu masuk. Dengan kesempatan itu, Ardan langsung mengunci pintunya."Ardan! Ba–bagaimana...""Kau penasaran dengan keberadaan ku di sini, atau penasaran bagaimana caranya aku bisa menemukanmu?"Ardan merapatkan tubuh mereka, hingga tak menyisakan jarak sedikit pun. Perlahan Ardan menjilat telinga istrinya, hingga wanita itu menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri, merasa geli."Apa kau tau alasannya?" Tanya Ardan berbisik. Sedangkan Kirana masih diam dengan tubuh bergetar hebat, manakala pria itu mulai berpindah dari pinggang ke perut dan terus meraba tubuhnya yang lain."Sejauh apapun kau pergi, aku pasti akan mendapatkanmu kembali. Jadi, jangan harap ada lelaki lain yang bisa mendekatimu. Camkan itu baik-baik!""Bukankah ini yang kau harapkan? Menghancurkan keluargaku dan bebas dari pernikahan konyol ini?!"Entah dari mana Kirana mendapatkan keberanian untuk mengata

    Last Updated : 2024-11-11
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 9. Kuda Jantan

    "Cukup," ucap Kirana terbata. Wanita itu terbatuk saat benda tumpul nan besar itu memenuhi rongga mulutnya. Namun, bukan Ardan namanya jika pria itu mau mendengarkan ucapan Kirana. Pria itu justru semakin menekan kepala Kirana dan menggerakkannya dengan lebih cepat."Tak ku sangka mulutmu bisa senikmat ini selain dipakai untuk berciuman, Kirana. Kamu memang berbakat," ucap Ardan sambil menikmati permainannya sendiri. Bahkan pria itu semakin menggila dan mengeluarkan cairan kental di mulut istrinya hingga wanita itu tersedak. Kirana ingin segera ke kamar mandi dan memuntahkannya, tapi Ardan segera menahannya agar tak pergi ke mana pun. "Mau ke mana? Telan itu! Aku tidak akan melepaskan mu, Kirana. Jadi cepat telan yang ada di mulutmu itu!"Dengan penuh keterpaksaan, Kirana mengikuti perintah Ardan sebelum kemudian terbaring lemas di kasur."Anak pintar. Seharusnya kau menurut seperti ini padaku, Kirana. Jadi aku tidak akan melakukan hal yang menjijikkan seperti sekarang. Apalagi kau

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    40. Dengan syarat

    Permintaan Kirana untuk bercerai mendarat di hati Ardan seperti batu besar yang menghancurkan kedamaian. "Lepaskan aku..." Kata-kata itu bergema di kepalanya, setiap suku kata menusuk relung hatinya yang paling dalam. 'Tuhan, apa yang telah kulakukan?' Ia meremas telapak tangannya, kuku-kukunya menancap ke kulit, tanda ketegangan yang luar biasa. Air matanya seperti akan tumpah, namun ia tahan. Ia harus kuat, setidaknya untuk saat ini. Ia menatap Kirana, wanita yang dicintainya, wanita yang telah ia sakiti dengan begitu kejam. Wajahnya pucat, matanya sembab, namun tetap ada kekuatan yang terpancar dari tatapannya – kekuatan untuk mengakhiri semuanya. 'Aku pantas mendapatkannya,' batinnya, rasa bersalah menggerogoti jiwanya. Ia telah menghancurkan rumah tangga mereka, menghancurkan harapan akan hadirnya buah hati mereka. "Kirana…" suaranya serak, nyaris tak terdengar. Ia ingin memohon, ingin menjelaskan, ingin membalikkan waktu, namun kata-katanya seakan tercekat di tenggorokannya. Ia

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    39. Pilihan

    Kirana menggeleng pelan, matanya masih tertuju pada jendela. "Aku ingin istirahat," katanya lirih, suaranya hampir tak terdengar. Keheningan kembali menyelimuti ruangan, lebih berat daripada sebelumnya. Ardan hanya bisa menatap istrinya, merasa ada jurang yang semakin dalam menganga di antara mereka. 'Entah kenapa hatiku terasa sakit saat Kirana terus-menerus menolak ku. Apakah aku benar-benar telah mencintai Kirana? Wanita yang ingin aku sakiti? Aku pasti sudah gila.' Ardan membatin sambil terus bertanya pada diri sendiri. Setelah beberapa saat terdiam, Kirana tiba-tiba bertanya, suaranya datar tanpa emosi, "Kenapa kau masih di sini? Kau selalu sibuk, Ardan. Dulu… dulu aku sampai mengemis agar kau mau sedikit memperhatikan aku." Kalimat terakhir keluar dengan suara bergetar, menahan tangis yang hampir pecah. "Sudah tidak ada alasan bagimu untuk mempertahankan pernikahan kita. Tujuanmu sudah tercapai. Aku sudah hancur seperti yang kamu inginkan. Hidupku juga berantakan atas keingina

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    38. Sikap dingin Kirana

    Tangan Ardan gemetar saat ia mengangkat panggilan dari Zara. "Halo?" bisiknya, suara serak karena kurang tidur dan beban perasaan yang berat. Di seberang sana, suara Zara terdengar cemas dan sedikit tinggi. "Ardan! Kau di mana? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku sangat khawatir!" Ardan menghela napas panjang. "Aku… aku di rumah sakit, Zara. Ada sedikit masalah." Ia berusaha menjaga suaranya tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar-debar. "Masalah apa? Ceritakan padaku!" desak Zara. "Kau selalu menyembunyikan segalanya dariku." Ardan melirik ke arah Kirana yang masih tertidur pulas. "Ini… ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya, Zara. Aku butuh waktu." "Waktu? Ardan, aku sudah tidak tahan lagi! Kau selalu mengulur-ulur waktu! Aku tahu kau masih bersama wanita itu, Kirana! Kau harus menceraikannya!" Suara Zara semakin meninggi, diselingi isak tangis. Ardan menggigit bibir bawahnya. Ia tahu Zara tidak akan mengerti. "Zara, dengarkan aku. Situasinya sangat rumit. Jangan

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    37. Penyesalan besar

    Jam berlalu dengan lambat. Di ruang perawatan rumah sakit, Ardan menatap Kirana yang terbaring lemah. Wajah istrinya pucat, namun tatapannya kosong, tanpa sedikitpun rasa hangat yang pernah Ardan kenal. Kirana berubah. Ia cuek, ucapannya singkat dan ketus, seakan menciptakan dinding es di antara mereka. Meskipun Ardan melihat air mata yang sesekali lolos dari sudut mata Kirana, ia hanya mendapatkan perlakuan dingin. Ia mencoba menghibur, menawarkan segelas air, membantu Kirana mengganti posisi tidur, semuanya dibalas dengan helaan nafas panjang dan tatapan yang menusuk. "Ini sup ayam, Kirana. Semoga kamu suka," kata Ardan lembut, menyodorkan mangkuk sup. Kirana menerima mangkuk itu tanpa sepatah kata pun, lalu menatapnya dengan tatapan yang seakan mengatakan, "Apa urusanmu denganku?" Ardan menghela napas. Ia tahu, ucapannya yang kasar, sikapnya yang dingin di masa lalu, telah menorehkan luka yang begitu dalam di hati Kirana. Luka yang tak semudah itu disembuhkan. "Aku… aku sangat

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    36. Kehilangan segalanya

    Ardan terdiam, sebelum akhirnya menanggapi ucapan Kirana. "Itu tidak akan Pernah terjadi. Jadi jangan bermimpi!" setelah mengatakan hal itu, Ardan meninggalkan Kirana di kamar sendirian.Malam itu, kesunyian di kamar terasa mencekik. Bayangan masa depan yang kelam menghantuinya. Ia membayangkan dirinya sendirian, merawat bayi tanpa dukungan suami, tanpa kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan. Air mata mengalir deras, membasahi bantal. Pikiran-pikiran negatif berputar tak henti, menjeratnya dalam pusaran putus asa."Tidak kuat," gumamnya lirih, suara serak karena tangis. "Aku tidak kuat."Matanya tertuju pada kotak obat di atas meja. Sebotol Paracetamol. Sebuah ide gila muncul di benaknya, ide yang mengerikan, namun terasa begitu menggoda. Sebuah jalan keluar dari penderitaan yang tak tertahankan."Maafkan mama nak. Mama tidak mau kamu menderita seperti mama. Lebih baik kamu tidak hadir di dunia ini daripada harus menderita." Kirana bergumam lirih sambil mengelus perutnya yan

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    35. Bagaimana jika aku hamil?

    “Barra, maafkan aku. Aku harus pulang ke Indonesia bersama Ardan. Aku benar-benar menyesal selalu menyeretmu ke dalam masalahku. Aku berjanji akan menghubungimu lagi setelah semuanya selesai. Jaga dirimu baik-baik. Aku… aku akan selalu mengingat kebaikanmu.”Setelah mengirim pesan, Kirana menyimpan ponselnya. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu Barra akan kecewa, tapi ia tak punya pilihan lain. Pulang ke Indonesia adalah satu-satunya cara untuk menghindari konfrontasi lebih lanjut dengan Ardan, dan yang terpenting, melindungi rahasia kehamilannya.***Keesokan harinya, mereka berangkat ke bandara. Sepanjang perjalanan, Ardan bersikap dingin, tapi perhatiannya tak pernah lepas dari Kirana."Eh, aku tidak perlu memakai ini," ucap Kirana terkejut, saat Ardan memakaikan jaket di tubuhnya yang mungil."Cuacanya sangat dingin. Aku tidak mau kamu sakit dan merepotkan ku lagi."Ardan hanya ingin memastikan Kirana selalu nyaman, menawarkan jaketnya saat Kirana menggigi

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    34. Demam

    Setibanya di apartemen, Ardan langsung meminta Bagas untuk menyiapkan tiket untuk pulang. Ia tidak ingin Kirana berada di dekat Barra. Pria benar-benar mengganggu dirinya akhir-akhir ini."Apa? Pulang? Tidak! Aku tidak mau!" Bantah Kirana dengan cepat. Mendengar jawaban Kirana, Ardan langsung membulatkan matanya dengan sempurna."Kenapa? Aku tak butuh persetujuan mu untuk membawamu pulang, Kirana. Jangan pikir kamu bebas di sini bersama bajingan itu!"Kirana tersentak. Kata-kata Ardan menusuk hatinya lebih tajam daripada pisau. Ia bingung dengan sikap Ardan yang seolah sedang cemburu, sangat cemburu pada Barra, tapi apa benar suaminya sudah mencintainya? Sedangkan pria itu masih memiliki wanita lain di luar sana. Air mata mengancam untuk tumpah, tapi Kirana menahannya. Ia tak mau menunjukkan kelemahan di depan Ardan."Aku... aku hanya ingin sedikit waktu," lirih Kirana, suaranya bergetar. "Aku ingin memahami semuanya. Aku... aku butuh waktu."Ardan menghela napas panjang, rahangnya

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    33. petir di siang bolong

    Mobil Bagas melaju pelan, meninggalkan rumah besar Ardan di belakang. Di dalam, Ardan duduk di samping Kirana, suasana tegang masih menyelimuti mereka. Kirana sesekali melirik Ardan yang tampak lemas, wajahnya pucat pasi. Ia merasa bersalah, rasa bersalah yang aneh, campuran rasa khawatir dan rasa penasaran yang tak tertahankan."Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Kirana, suaranya lembut, mencoba memecah keheningan yang mencekam.Ardan hanya berdehem, sambil menatap ke luar jendela, tapi tangannya masih merangkul pinggang Kirana. Ia terlihat berusaha keras untuk bersikap tenang, tetapi Kirana bisa melihat ketegangan di rahangnya yang mengeras."Apa kau bisa melepaskan ku?" Tanya Kirana pelan dan hal itu membuat Ardan langsung menoleh ke arah Kirana dengan tatapan tajamnya."Apa kau mengajakku periksa karena ada sesuatu yang akan kau lakukan di belakang ku?" Tanya Ardan penuh selidik. Tentu saja hal itu membuat Kirana semakin takut."T-tidak ada. Aku hanya merasa sesak. Aku mual

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    32. Ingin memastikan

    Sinar matahari pagi menyinari wajah Kirana, menyilaukan matanya yang masih berat. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Ingatan akan kejadian semalam kembali, dan ia tersentak bangun. Posisi tubuhnya yang bersandar di samping Ardan membuatnya terkejut. Ia buru-buru menegakkan tubuh, jantungnya berdebar kencang. Rasa malu dan penyesalan memenuhi hatinya. Mengapa ia sampai merawat Ardan semalaman?Ia melirik Ardan yang masih tertidur. Wajahnya tampak lebih tenang, pucat memang, tapi tidak seburuk semalam. Kirana ingin sekali pergi, namun rasa penasaran dan sedikit rasa bersalah menahannya. Ia masih ragu-ragu, takut akan kembali dihadapkan dengan sikap dingin Ardan.Ardan membuka mata, mendapati Kirana sudah terbangun. Ia berusaha bersikap biasa saja, namun rahangnya sedikit menegang. "Kau sudah bangun," katanya, suaranya datar, namun ada sedikit getaran yang tak bisa disembunyikan. Tatapannya tajam, posesif, seolah mengawasi setiap gerak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status