Share

Bab 2. Pulang dan Memohon

Author: Arandiah
last update Last Updated: 2024-10-29 21:44:23

"Pa, Ma, aku ingin bercerai dari Mas Ardan,"

Setelah digempur oleh Adan, masih dengan selangkangan yang nyeri Kirana mendatangi rumah keluarganya yang terletak satu jam perjalanan dari rumah.

Ia sungguh berharap kalau ayah dan ibunya bisa membantu dia untuk bercerai dari Ardan sehingga dia bisa menjalani hidupnya sendiri yang bebas tanpa rasa sakit.

"Jangan gila ya, kamu! Cerai apanya? Kamu lupa kalau Ardan dan keluarganya itu yang bantu kita?!" Tanya Bisma, sang ayah dengan menggebu-gebu.

Kirana tertegun, “A-ayah?”

"Jadi, kamu ke mari pagi-pagi buta begini hanya untuk mengatakan hal bodoh itu?!" Ibunya, Sinta, murka setengah mati. Ia berpikir, bagaimana bisa putrinya mempunyai pemikiran dangkal seperti itu?

"Bukannya selama ini kakak sangat memuja suami kakak, ya? Lagipula Kak Ardan baik dan tampan. Bukannya bersyukur malah minta cerai." ujar Siska, adik Kirana, yang kini ikut menanggapi pembahasan panas di antara mereka.

"Iya. Dasar tidak tahu diuntung. Pokoknya, tidak ada yang boleh bercerai. Pernikahanmu dan Ardan harus tetap berlangsung. Jangan mempermalukan keluarga kita dengan ide konyolmu itu. Apapun alasanmu, Papa tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!"

'Mempermalukan? Papa berpikir aku hanya ingin mempermalukan keluarga?'

Kirana semakin menunduk. Ia tak sanggup mendengar cacian kedua orang tuanya. Hanya karena harta, mereka tega mengabaikan putri kandungnya sendiri menderita.

"T–tapi pah, Mas A—."

"Cukup, Kirana. Jangan terlalu manja hanya karena sebuah pertengkaran kecil. Setiap pernikahan pasti ada ujiannya dan kamu harus melewati itu semua. Kami tau kalau kamu sedang mencari perhatian dari suamimu, tapi jangan keterlaluan seperti ini!"

Bisma semakin memojokkannya sehingga membuat Kirana merasa kalau yang terjadi saat ini adalah kesalahannya seorang.

"Mama akan hubungi Ardan dulu. Bisa kacau urusannya kalau dia marah dan tidak mau menggelontorkan dananya ke perusahaan kita lagi. Punya anak gak punya otak. Gak bisa mikir masa depan. Udah untung dikasih suami tajir, masih saja banyak tingkah."

Sinta menggerutu tanpa henti, tanpa memikirkan perasaan Kirana.

"Benar kata mamah. Jangan sampai Ardan murka dan memutuskan dananya untuk keluarga kita."

"Denger tuh, kak. Memangnya kakak mau hidup miskin? Jadi orang kok egois banget. Nggak mikir apa dengan masa depan keluarga akan jadi kayak gimana?"

Kirana sudah tak bisa mengatakan apapun lagi. Rasanya akan sia-sia meskipun ia menjelaskan sampai mulutnya berbusa.

"Halo, Nak. Ardan? Ini mama. Maaf, tapi sebelumnya Mama ingin mengabarkan kalau Kirana sedang ada di sini. Iya, iya. Oh sudah dekat ternyata? Oke. Ya sudah kalau begitu mama tunggu kamu di sini, kita sarapan bersama."

Sinta menghubungi Ardan dan memberitahu mengenai keberadaan Kirana dengan mudah.

Padahal, Kirana sudah bersusah payah melarikan diri dari rumah suaminya tanpa membawa apa pun selain ponsel di tangannya.

"Udah beres. Untung anak itu sudah di jalan ke sini buat jemput Kirana sambil sarapan bersama." kata Sinta.

Mendengar itu, Bisma hanya menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti dengan ucapan istrinya.

Kirana meremas ujung bajunya saat merasakan perih di hati. Ia bingung ke mana harus pergi, sedangkan kedua orang tuanya pun tidak peduli.

"Lain kali jangan melakukan hal ceroboh seperti ini. Buang jauh-jauh pemikiran bodoh itu."

"Benar apa mamamu katakan. Lagi pula, ini wasiat mendiang kakekmu. Jika kamu memutuskan untuk bercerai dari Ardan, itu sama saja membuat keretakan dalam dua keluarga. Papa harap kamu mengerti dan berhentilah bersikap egois."

Kirana benar-benar merasa hancur, merasa sendirian dan tidak punya tempat sandaran. Bagaimana bisa ia memiliki keluarga seperti ini?

Setengah jam kemudian, seorang pria itu datang dengan setelan jas hitam yang pas melekat di tubuhnya.

Membawa sekelebat aroma harum yang memasuki indera penciuman orang-orang yang ada di sana.

Ardan.

Kirana yang semula menundukkan kepala kini mendongak menatap wajah datar suaminya.

Jantungnya berdetak kencang seraya membulatkan matanya sempurna. Wajah dingin yang dibalut dengan senyuman tipis itu kini terlihat menawan di mata Kirana.

Kirana menggeleng dan berusaha menata tekadnya lagi, meski ia baru saja sadar kenapa dia bisa jatuh terlalu dalam pada pesona Ardan.

"Pagi, Nak. Astaga, kamu sampai datang jauh-jauh datang ke sini untuk menjemput Kirana ya. Maafkan Kirana karena tidak meminta izin darimu. Harap maklum dengan sikapnya yang masih kekanak-kanakan."

"Tidak apa-apa, Ma. Ini semua demi Kirana. Dia memang sempat mengatakan hal ini sebelumnya, tapi saya belum ada waktu. Mungkin Kirana sedang kesal dan akhirnya pulang sendiri." ujar Ardan.

Kirana tersentak, saat pria itu justru merekayasa cerita yang tidak pernah ada. Ia terpaku, saat melihat tatapan Ardan. Tatapan yang terlihat lembut, tapi terasa dingin.

"Kirana, kenapa kamu melamun? Suamimu sedang bicara di sini," ucap Mamanya hingga membuyarkan lamunan Kirana.

Dengan terpaksa, ia mengangguk agar Ardan tidak mengatakan apapun lagi.

Namun, tiba-tiba saja Kirana merasa sesak, penglihatannya semakin buram hingga akhirnya gelap seketika.

Suara teriakan muncul dalam beberapa saat hingga ia tak mendengar apapun. Ia roboh tak sadarkan diri dalam sekejap.

Saat ia sadar dan membuka matanya, suasana di sekitar menjadi sunyi. Ia telah kembali ke kamar mereka di rumah.

"Sudah sadar?" Tiba-tiba saja pertanyaan muncul. Suaranya terdengar familiar.

Ardan!

“Sebaiknya, kamu jangan melakukan hal bodoh seperti ini lagi, Kirana. Di situasi ini, bukannya berat? Tidak akan ada orang yang mau memperdulikanmu. Bahkan keluargamu sendiri menyerahkan kamu kembali padaku.” kata Ardan.

Pria itu duduk di sofa samping kasur sambil bertopang kaki dan bersedekap. Wajahnya terlihat datar dan aura dominan Ardan membuat Kirana menunduk.

“Lihat, saat kau melarikan diri dari sini, justru keluargamu melemparmu kembali ke sisiku. Apa kau tau alasannya? Itu karena kau hanya alat tukar yang bisa menghasilkan uang untuk mereka. Mereka tau, kalau kau melarikan diri, maka mereka akan jatuh miskin."

"Tidak! Itu tidak benar! Mereka.."

Kirana terkejut saat Ardan berjalan mendekat dan berdiri di sampingnya.

"Kenapa? Apa kau tidak mau menerima kenyataan bahwa kau hanya dijadikan alat tukar oleh keluargamu? Jangan bertingkah  tidak tau diri dan berusaha untuk lari."

Tanpa sadar, air mata Kirana mengalir membasahi pipinya. Apa yang dikatakan oleh Ardan memang benar. Ia hanya alat tukar untuk menghidupi keluarganya.

Sejak dahulu, ia memang selalu bertanya-tanya. Kenapa semua yang buruk selalu terjadi padanya? Ia tidak pernah mendapat pendidikan yang layak hingga kuliah dan jarang makan dengan benar. 

Dia bahkan langsung dipaksa menikah saat usianya genap 20 tahun, dan sialnya, pernikahan itu dilakukan agar ayah dan ibunya mendapat suntikan dana lebih banyak.

Saat itu kakeknya merasa sangat gembira saat mendengar usulan pernikahan itu dari anak laki-lakinya. Apalagi dengan alasan ‘mempererat hubungan persahabatan’.

Oleh karenanya, dalam waktu tiga bulan, pernikahannya dan Ardan digelar dengan mewah dan pria itu harus putus dari kekasih yang sangat ia cintai, Zara.

"Lepaskan aku, Ardan! Biarkan aku pergi." pinta Kirana sambil meringis, karena pipinya terasa panas.

Namun, bukannya mengiyakan permintaan cerai dari Kirana, Ardan justru meraih leher Kirana dan melahap bibir mungil wanita itu dengan rakus.

Tak lupa juga pria itu menjilat pipi Kirana yang basah karena air mata.

"Memohonlah dengan baik, Kirana. Dengan begitu, mungkin aku akan memperlakukanmu dengan sedikit lembut." Ardan berdesis tepat di telinga istrinya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
laki-laki BINTA*G
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 3. Pesta Berujung Menderita

    "Bersiaplah untuk nanti malam. Bagas akan menjemputmu untuk pergi ke pesta Mama." Perintah Ardan tadi menuntut Kirana untuk mulai bersiap, tapi perlakuan pria itu sejak semalam membuat Kirana duduk termenung di kasur. Setelah melihat ke arah jam, wanita itu lalu bangkit dan segera bersiap-siap untuk menghadiri pesta ulang tahun ibu mertuanya yang akan dimulai dalam tiga jam. Ternyata, sudah selama itu ia tertidur. Bahkan ia belum makan siang. Dengan sendu Kirana berjalan ke arah dapur dan membuat sandwich sederhana untuk mengganjal perutnya yang mulai berteriak. Tubuhnya terasa remuk, tapi ia harus menyelesaikan hari ini agar rencananya bisa berjalan lancar. Setelah matahari terbenam, Kirana sudah bersiap dengan satin dress berwarna hitam dan kotak hadiah di tangannya. Kali ini, ia menggunakan uang bulanan Ardan yang hampir tak pernah ia sentuh, untuk memberikan kado bagi ibu mertuanya itu. Saat posisi mobil hampir berhenti di bangunan megah tempat pesta dilaksanakan, Kirana

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 4. Kabur

    "Berhenti di sini saja, Pak" pinta Kirana pada si sopir taksi. Setelah memberi supir itu beberapa lembar uang dan tips, karena perjalanan yang begitu jauh, Kirana segera turun di persimpangan jalan dan berjalan kaki untuk menuju ke sebuah rumah kecil yang tampak rapi di luar. Rumah itu merupakan peninggalan dari kakeknya untuknya. Bahkan kepemilikannya sudah atas nama Kirana sejak wanita itu berusia 16 tahun. Beberapa bulan belakangan, Kirana kembali mempekerjakan orang untuk merapikan rumah ini, karena dia memang berniat untuk tinggal di sini setelah bercerai dari Ardan. Namun, ternyata bukannya bercerai, dia malah kabur tanpa ada perceraian sama sekali. Kirana menatap rumah itu dengan rindu. Bentuknya sama sekali tidak berubah, selain beberapa pohon yang dulu ia tanam sudah mulai tumbuh semakin rimbun. Dulu kakeknya sering kali mengajaknya kabur ke sini kalau Mama dan Papanya melakukan sesuatu yang membuat perasaannya terluka. Biasanya mereka akan berjalan-jalan melihat perk

    Last Updated : 2024-11-01
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 5. Pria Asing Itu

    Keesokan harinya, Kirana yang baru saja selesai mandi berdiri di depan cermin dengan raut wajah datar. Keadaannya sudah jauh lebih baik, tapi beberapa tanda merah terlihat jelas di lehernya. Bekas percintaannya dengan Ardan. "Menjijikkan." gumam Kirana yang kini berlalu untuk melanjutkan aktivitasnya yang lain. Ia ingat kalau hari ini Bik Sumi, pengurus rumah ini, akan datang. Semalam Kirana sudah meminta wanita paruh baya itu untuk menetap di rumahnya. "Bibi! Apa kabar?" ucap Kirana sebelum kemudian menghambur untuk memeluk Bik Sumi. Wanita paruh baya itu adalah bagian penting dari kenangannya bersama sang kakek saat berlibur dan menginap di rumah ini. "Nona Kirana! Ah, sudah lama sekali. Bibi juga merindukan Nona! Sejak menikah, Nona tidak pernah datang lagi ke sini. Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Bik Sumi dengan tulus. Namun, bukannya menjawab, Kirana langsung menangis tergugu di pelukan Bik Sumi yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Bahkan, Kirana berpikir jika

    Last Updated : 2024-11-01
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 6. Petunjuk Keberadaan Kirana

    Ardan menyandarkan pinggangnya ke meja kerja yang kini sudah berantakan. Kedua alis pria itu menyatu dan matanya menatap tajam ke arah dua orang pria di depannya yang masing-masing berdiri sambil menunduk.Pria itu terlihat murka. Sebab, setelah dua minggu kepergian Kirana dari pesta, masih belum ada informasi yang bisa ia dapat tentang wanita itu. Bahkan jejak Kirana sama sekali tak bisa diketahui!"Apa sesulit itu untuk menemukan satu wanita?!" Suara Ardan menggema dengan lebih kencang dan kedua orang itu masih belum berani bersuara.Sebab, selama bekerja di bawah Ardan, baru kali ini mereka melihat pria itu marah besar dan terlihat sangat frustasi. Ditambah lagi dengan aura Ardan yang menekan dan membuat mereka susah bernapas.Namun, belum sempat ketegangan di antara mereka mereda, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dari luar dan membuat para bawahan Ardan menghela napas lega."Masuk!" Titah Ardan."Pak, Nona Zara datang berkunjung dan meminta kesempatan untuk bertemu." Seoran

    Last Updated : 2024-11-08
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 7. Kamu Adalah Milikku!

    Satu hari berikutnya, Kirana ingin mulai terbiasa dan ingin mengakrabkan diri dengan para tetangga yang ada di sekitarnya.Kegiatannya semakin menyenangkan saat anak Bi Sumi, Denis, datang ke rumahnya untuk menemaninya. Kirana tak menyangka bahwa pria yang baru lulus SMA itu merupakan karyawan di pabrik milik ayah Barra. Pria yang Kirana temui beberapa waktu lalu.Hari ini Kirana sudah bersiap-siap sambil menenteng sebuah rantang berisi makanan untuk Denis. Dia merasa kasihan, karena anak itu harus mengantri di kantin yang masakannya diakui tidak enak."Apa Nona yakin mau mengantar makanan ini ke Denis? Padahal Bibi bisa memanggil Denis pulang untuk makan siang," ucap Bi Sumi tak enak hati."Tak apa, Bi. Lagi pula aku merasa jenuh di rumah terus. Ya sudah, kalau begitu aku pakai pergi dulu ya," ucap Kirana yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Bi Sumi, hingga membuat wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya.Dalam perjalanan menuju pabrik teh, Kirana terlihat sangat be

    Last Updated : 2024-11-10
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 8. Buka Mulutmu!

    Ardan terus berjalan maju dan Kirana terus berjalan mundur hingga tanpa sadar, tubuh wanita itu sudah terpojok di pintu masuk. Dengan kesempatan itu, Ardan langsung mengunci pintunya."Ardan! Ba–bagaimana...""Kau penasaran dengan keberadaan ku di sini, atau penasaran bagaimana caranya aku bisa menemukanmu?"Ardan merapatkan tubuh mereka, hingga tak menyisakan jarak sedikit pun. Perlahan Ardan menjilat telinga istrinya, hingga wanita itu menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri, merasa geli."Apa kau tau alasannya?" Tanya Ardan berbisik. Sedangkan Kirana masih diam dengan tubuh bergetar hebat, manakala pria itu mulai berpindah dari pinggang ke perut dan terus meraba tubuhnya yang lain."Sejauh apapun kau pergi, aku pasti akan mendapatkanmu kembali. Jadi, jangan harap ada lelaki lain yang bisa mendekatimu. Camkan itu baik-baik!""Bukankah ini yang kau harapkan? Menghancurkan keluargaku dan bebas dari pernikahan konyol ini?!"Entah dari mana Kirana mendapatkan keberanian untuk mengata

    Last Updated : 2024-11-11
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 9. Kuda Jantan

    "Cukup," ucap Kirana terbata. Wanita itu terbatuk saat benda tumpul nan besar itu memenuhi rongga mulutnya. Namun, bukan Ardan namanya jika pria itu mau mendengarkan ucapan Kirana. Pria itu justru semakin menekan kepala Kirana dan menggerakkannya dengan lebih cepat."Tak ku sangka mulutmu bisa senikmat ini selain dipakai untuk berciuman, Kirana. Kamu memang berbakat," ucap Ardan sambil menikmati permainannya sendiri. Bahkan pria itu semakin menggila dan mengeluarkan cairan kental di mulut istrinya hingga wanita itu tersedak. Kirana ingin segera ke kamar mandi dan memuntahkannya, tapi Ardan segera menahannya agar tak pergi ke mana pun. "Mau ke mana? Telan itu! Aku tidak akan melepaskan mu, Kirana. Jadi cepat telan yang ada di mulutmu itu!"Dengan penuh keterpaksaan, Kirana mengikuti perintah Ardan sebelum kemudian terbaring lemas di kasur."Anak pintar. Seharusnya kau menurut seperti ini padaku, Kirana. Jadi aku tidak akan melakukan hal yang menjijikkan seperti sekarang. Apalagi kau

    Last Updated : 2024-11-12
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 10. Tinggal Bersama

    Setelah menyelesaikan permainannya, Ardan tak mengucapkan satu patah kata pun, dan justru kembali menyambar ponsel miliknya yang ada di atas nakas, untuk menghubungi seseorang.Sedangkan Kirana langsung menyelimuti tubuhnya dengan rapat. Ia takut jika Ardan akan sembarangan menyentuhnya kembali. Kirana tahu jika suaminya saat ini sedang menghubungi seseorang."Bagas. Ya, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir. Cepat bawakan beberapa keperluanku ke sini. Akan ku kirim alamatnya padamu." Pria itu segera memutuskan sambungan telepon secara sepihak setelah menyampaikan keinginannya.Kirana yang mendengar hal itu langsung tersentak kaget dan langsung membalikkan tubuhnya ke arah Ardan. Apa maksud pria itu dengan meminta asistennya untuk membawakan keperluannya ke sini?"Apa maksudmu dengan mengatakan hal itu pada Bagas?" Tanya Kirana sambil melototi Ardan dengan benci.Namun, Ardan hanya menanggapinya dengan acuh tak acuh dan melirik Kirana sekilas lalu tersenyum misterius. Apa sebenarn

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    40. Dengan syarat

    Permintaan Kirana untuk bercerai mendarat di hati Ardan seperti batu besar yang menghancurkan kedamaian. "Lepaskan aku..." Kata-kata itu bergema di kepalanya, setiap suku kata menusuk relung hatinya yang paling dalam. 'Tuhan, apa yang telah kulakukan?' Ia meremas telapak tangannya, kuku-kukunya menancap ke kulit, tanda ketegangan yang luar biasa. Air matanya seperti akan tumpah, namun ia tahan. Ia harus kuat, setidaknya untuk saat ini. Ia menatap Kirana, wanita yang dicintainya, wanita yang telah ia sakiti dengan begitu kejam. Wajahnya pucat, matanya sembab, namun tetap ada kekuatan yang terpancar dari tatapannya – kekuatan untuk mengakhiri semuanya. 'Aku pantas mendapatkannya,' batinnya, rasa bersalah menggerogoti jiwanya. Ia telah menghancurkan rumah tangga mereka, menghancurkan harapan akan hadirnya buah hati mereka. "Kirana…" suaranya serak, nyaris tak terdengar. Ia ingin memohon, ingin menjelaskan, ingin membalikkan waktu, namun kata-katanya seakan tercekat di tenggorokannya. Ia

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    39. Pilihan

    Kirana menggeleng pelan, matanya masih tertuju pada jendela. "Aku ingin istirahat," katanya lirih, suaranya hampir tak terdengar. Keheningan kembali menyelimuti ruangan, lebih berat daripada sebelumnya. Ardan hanya bisa menatap istrinya, merasa ada jurang yang semakin dalam menganga di antara mereka. 'Entah kenapa hatiku terasa sakit saat Kirana terus-menerus menolak ku. Apakah aku benar-benar telah mencintai Kirana? Wanita yang ingin aku sakiti? Aku pasti sudah gila.' Ardan membatin sambil terus bertanya pada diri sendiri. Setelah beberapa saat terdiam, Kirana tiba-tiba bertanya, suaranya datar tanpa emosi, "Kenapa kau masih di sini? Kau selalu sibuk, Ardan. Dulu… dulu aku sampai mengemis agar kau mau sedikit memperhatikan aku." Kalimat terakhir keluar dengan suara bergetar, menahan tangis yang hampir pecah. "Sudah tidak ada alasan bagimu untuk mempertahankan pernikahan kita. Tujuanmu sudah tercapai. Aku sudah hancur seperti yang kamu inginkan. Hidupku juga berantakan atas keingina

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    38. Sikap dingin Kirana

    Tangan Ardan gemetar saat ia mengangkat panggilan dari Zara. "Halo?" bisiknya, suara serak karena kurang tidur dan beban perasaan yang berat. Di seberang sana, suara Zara terdengar cemas dan sedikit tinggi. "Ardan! Kau di mana? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku sangat khawatir!" Ardan menghela napas panjang. "Aku… aku di rumah sakit, Zara. Ada sedikit masalah." Ia berusaha menjaga suaranya tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar-debar. "Masalah apa? Ceritakan padaku!" desak Zara. "Kau selalu menyembunyikan segalanya dariku." Ardan melirik ke arah Kirana yang masih tertidur pulas. "Ini… ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya, Zara. Aku butuh waktu." "Waktu? Ardan, aku sudah tidak tahan lagi! Kau selalu mengulur-ulur waktu! Aku tahu kau masih bersama wanita itu, Kirana! Kau harus menceraikannya!" Suara Zara semakin meninggi, diselingi isak tangis. Ardan menggigit bibir bawahnya. Ia tahu Zara tidak akan mengerti. "Zara, dengarkan aku. Situasinya sangat rumit. Jangan

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    37. Penyesalan besar

    Jam berlalu dengan lambat. Di ruang perawatan rumah sakit, Ardan menatap Kirana yang terbaring lemah. Wajah istrinya pucat, namun tatapannya kosong, tanpa sedikitpun rasa hangat yang pernah Ardan kenal. Kirana berubah. Ia cuek, ucapannya singkat dan ketus, seakan menciptakan dinding es di antara mereka. Meskipun Ardan melihat air mata yang sesekali lolos dari sudut mata Kirana, ia hanya mendapatkan perlakuan dingin. Ia mencoba menghibur, menawarkan segelas air, membantu Kirana mengganti posisi tidur, semuanya dibalas dengan helaan nafas panjang dan tatapan yang menusuk. "Ini sup ayam, Kirana. Semoga kamu suka," kata Ardan lembut, menyodorkan mangkuk sup. Kirana menerima mangkuk itu tanpa sepatah kata pun, lalu menatapnya dengan tatapan yang seakan mengatakan, "Apa urusanmu denganku?" Ardan menghela napas. Ia tahu, ucapannya yang kasar, sikapnya yang dingin di masa lalu, telah menorehkan luka yang begitu dalam di hati Kirana. Luka yang tak semudah itu disembuhkan. "Aku… aku sangat

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    36. Kehilangan segalanya

    Ardan terdiam, sebelum akhirnya menanggapi ucapan Kirana. "Itu tidak akan Pernah terjadi. Jadi jangan bermimpi!" setelah mengatakan hal itu, Ardan meninggalkan Kirana di kamar sendirian.Malam itu, kesunyian di kamar terasa mencekik. Bayangan masa depan yang kelam menghantuinya. Ia membayangkan dirinya sendirian, merawat bayi tanpa dukungan suami, tanpa kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan. Air mata mengalir deras, membasahi bantal. Pikiran-pikiran negatif berputar tak henti, menjeratnya dalam pusaran putus asa."Tidak kuat," gumamnya lirih, suara serak karena tangis. "Aku tidak kuat."Matanya tertuju pada kotak obat di atas meja. Sebotol Paracetamol. Sebuah ide gila muncul di benaknya, ide yang mengerikan, namun terasa begitu menggoda. Sebuah jalan keluar dari penderitaan yang tak tertahankan."Maafkan mama nak. Mama tidak mau kamu menderita seperti mama. Lebih baik kamu tidak hadir di dunia ini daripada harus menderita." Kirana bergumam lirih sambil mengelus perutnya yan

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    35. Bagaimana jika aku hamil?

    “Barra, maafkan aku. Aku harus pulang ke Indonesia bersama Ardan. Aku benar-benar menyesal selalu menyeretmu ke dalam masalahku. Aku berjanji akan menghubungimu lagi setelah semuanya selesai. Jaga dirimu baik-baik. Aku… aku akan selalu mengingat kebaikanmu.”Setelah mengirim pesan, Kirana menyimpan ponselnya. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu Barra akan kecewa, tapi ia tak punya pilihan lain. Pulang ke Indonesia adalah satu-satunya cara untuk menghindari konfrontasi lebih lanjut dengan Ardan, dan yang terpenting, melindungi rahasia kehamilannya.***Keesokan harinya, mereka berangkat ke bandara. Sepanjang perjalanan, Ardan bersikap dingin, tapi perhatiannya tak pernah lepas dari Kirana."Eh, aku tidak perlu memakai ini," ucap Kirana terkejut, saat Ardan memakaikan jaket di tubuhnya yang mungil."Cuacanya sangat dingin. Aku tidak mau kamu sakit dan merepotkan ku lagi."Ardan hanya ingin memastikan Kirana selalu nyaman, menawarkan jaketnya saat Kirana menggigi

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    34. Demam

    Setibanya di apartemen, Ardan langsung meminta Bagas untuk menyiapkan tiket untuk pulang. Ia tidak ingin Kirana berada di dekat Barra. Pria benar-benar mengganggu dirinya akhir-akhir ini."Apa? Pulang? Tidak! Aku tidak mau!" Bantah Kirana dengan cepat. Mendengar jawaban Kirana, Ardan langsung membulatkan matanya dengan sempurna."Kenapa? Aku tak butuh persetujuan mu untuk membawamu pulang, Kirana. Jangan pikir kamu bebas di sini bersama bajingan itu!"Kirana tersentak. Kata-kata Ardan menusuk hatinya lebih tajam daripada pisau. Ia bingung dengan sikap Ardan yang seolah sedang cemburu, sangat cemburu pada Barra, tapi apa benar suaminya sudah mencintainya? Sedangkan pria itu masih memiliki wanita lain di luar sana. Air mata mengancam untuk tumpah, tapi Kirana menahannya. Ia tak mau menunjukkan kelemahan di depan Ardan."Aku... aku hanya ingin sedikit waktu," lirih Kirana, suaranya bergetar. "Aku ingin memahami semuanya. Aku... aku butuh waktu."Ardan menghela napas panjang, rahangnya

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    33. petir di siang bolong

    Mobil Bagas melaju pelan, meninggalkan rumah besar Ardan di belakang. Di dalam, Ardan duduk di samping Kirana, suasana tegang masih menyelimuti mereka. Kirana sesekali melirik Ardan yang tampak lemas, wajahnya pucat pasi. Ia merasa bersalah, rasa bersalah yang aneh, campuran rasa khawatir dan rasa penasaran yang tak tertahankan."Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Kirana, suaranya lembut, mencoba memecah keheningan yang mencekam.Ardan hanya berdehem, sambil menatap ke luar jendela, tapi tangannya masih merangkul pinggang Kirana. Ia terlihat berusaha keras untuk bersikap tenang, tetapi Kirana bisa melihat ketegangan di rahangnya yang mengeras."Apa kau bisa melepaskan ku?" Tanya Kirana pelan dan hal itu membuat Ardan langsung menoleh ke arah Kirana dengan tatapan tajamnya."Apa kau mengajakku periksa karena ada sesuatu yang akan kau lakukan di belakang ku?" Tanya Ardan penuh selidik. Tentu saja hal itu membuat Kirana semakin takut."T-tidak ada. Aku hanya merasa sesak. Aku mual

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    32. Ingin memastikan

    Sinar matahari pagi menyinari wajah Kirana, menyilaukan matanya yang masih berat. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Ingatan akan kejadian semalam kembali, dan ia tersentak bangun. Posisi tubuhnya yang bersandar di samping Ardan membuatnya terkejut. Ia buru-buru menegakkan tubuh, jantungnya berdebar kencang. Rasa malu dan penyesalan memenuhi hatinya. Mengapa ia sampai merawat Ardan semalaman?Ia melirik Ardan yang masih tertidur. Wajahnya tampak lebih tenang, pucat memang, tapi tidak seburuk semalam. Kirana ingin sekali pergi, namun rasa penasaran dan sedikit rasa bersalah menahannya. Ia masih ragu-ragu, takut akan kembali dihadapkan dengan sikap dingin Ardan.Ardan membuka mata, mendapati Kirana sudah terbangun. Ia berusaha bersikap biasa saja, namun rahangnya sedikit menegang. "Kau sudah bangun," katanya, suaranya datar, namun ada sedikit getaran yang tak bisa disembunyikan. Tatapannya tajam, posesif, seolah mengawasi setiap gerak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status