Share

36. Kehilangan segalanya

Author: Arandiah
last update Last Updated: 2025-02-10 22:43:32

Ardan terdiam, sebelum akhirnya menanggapi ucapan Kirana. "Itu tidak akan Pernah terjadi. Jadi jangan bermimpi!" setelah mengatakan hal itu, Ardan meninggalkan Kirana di kamar sendirian.

Malam itu, kesunyian di kamar terasa mencekik. Bayangan masa depan yang kelam menghantuinya. Ia membayangkan dirinya sendirian, merawat bayi tanpa dukungan suami, tanpa kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan. Air mata mengalir deras, membasahi bantal. Pikiran-pikiran negatif berputar tak henti, menjeratnya dalam pusaran putus asa.

"Tidak kuat," gumamnya lirih, suara serak karena tangis. "Aku tidak kuat."

Matanya tertuju pada kotak obat di atas meja. Sebotol Paracetamol. Sebuah ide gila muncul di benaknya, ide yang mengerikan, namun terasa begitu menggoda. Sebuah jalan keluar dari penderitaan yang tak tertahankan.

"Maafkan mama nak. Mama tidak mau kamu menderita seperti mama. Lebih baik kamu tidak hadir di dunia ini daripada harus menderita." Kirana bergumam lirih sambil mengelus perutnya yan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Arandiah
salahkan saja author nya kak...
goodnovel comment avatar
Rutia Ningsih
gmna sih thorr kok mlh keguguran ini yg bodoh siapa sihhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    37. Penyesalan besar

    Jam berlalu dengan lambat. Di ruang perawatan rumah sakit, Ardan menatap Kirana yang terbaring lemah. Wajah istrinya pucat, namun tatapannya kosong, tanpa sedikitpun rasa hangat yang pernah Ardan kenal. Kirana berubah. Ia cuek, ucapannya singkat dan ketus, seakan menciptakan dinding es di antara mereka. Meskipun Ardan melihat air mata yang sesekali lolos dari sudut mata Kirana, ia hanya mendapatkan perlakuan dingin. Ia mencoba menghibur, menawarkan segelas air, membantu Kirana mengganti posisi tidur, semuanya dibalas dengan helaan nafas panjang dan tatapan yang menusuk. "Ini sup ayam, Kirana. Semoga kamu suka," kata Ardan lembut, menyodorkan mangkuk sup. Kirana menerima mangkuk itu tanpa sepatah kata pun, lalu menatapnya dengan tatapan yang seakan mengatakan, "Apa urusanmu denganku?" Ardan menghela napas. Ia tahu, ucapannya yang kasar, sikapnya yang dingin di masa lalu, telah menorehkan luka yang begitu dalam di hati Kirana. Luka yang tak semudah itu disembuhkan. "Aku… aku sangat

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    38. Sikap dingin Kirana

    Tangan Ardan gemetar saat ia mengangkat panggilan dari Zara. "Halo?" bisiknya, suara serak karena kurang tidur dan beban perasaan yang berat. Di seberang sana, suara Zara terdengar cemas dan sedikit tinggi. "Ardan! Kau di mana? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku sangat khawatir!" Ardan menghela napas panjang. "Aku… aku di rumah sakit, Zara. Ada sedikit masalah." Ia berusaha menjaga suaranya tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar-debar. "Masalah apa? Ceritakan padaku!" desak Zara. "Kau selalu menyembunyikan segalanya dariku." Ardan melirik ke arah Kirana yang masih tertidur pulas. "Ini… ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya, Zara. Aku butuh waktu." "Waktu? Ardan, aku sudah tidak tahan lagi! Kau selalu mengulur-ulur waktu! Aku tahu kau masih bersama wanita itu, Kirana! Kau harus menceraikannya!" Suara Zara semakin meninggi, diselingi isak tangis. Ardan menggigit bibir bawahnya. Ia tahu Zara tidak akan mengerti. "Zara, dengarkan aku. Situasinya sangat rumit. Jangan

    Last Updated : 2025-02-12
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    39. Pilihan

    Kirana menggeleng pelan, matanya masih tertuju pada jendela. "Aku ingin istirahat," katanya lirih, suaranya hampir tak terdengar. Keheningan kembali menyelimuti ruangan, lebih berat daripada sebelumnya. Ardan hanya bisa menatap istrinya, merasa ada jurang yang semakin dalam menganga di antara mereka. 'Entah kenapa hatiku terasa sakit saat Kirana terus-menerus menolak ku. Apakah aku benar-benar telah mencintai Kirana? Wanita yang ingin aku sakiti? Aku pasti sudah gila.' Ardan membatin sambil terus bertanya pada diri sendiri. Setelah beberapa saat terdiam, Kirana tiba-tiba bertanya, suaranya datar tanpa emosi, "Kenapa kau masih di sini? Kau selalu sibuk, Ardan. Dulu… dulu aku sampai mengemis agar kau mau sedikit memperhatikan aku." Kalimat terakhir keluar dengan suara bergetar, menahan tangis yang hampir pecah. "Sudah tidak ada alasan bagimu untuk mempertahankan pernikahan kita. Tujuanmu sudah tercapai. Aku sudah hancur seperti yang kamu inginkan. Hidupku juga berantakan atas keingina

    Last Updated : 2025-02-13
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    40. Dengan syarat

    Permintaan Kirana untuk bercerai mendarat di hati Ardan seperti batu besar yang menghancurkan kedamaian. "Lepaskan aku..." Kata-kata itu bergema di kepalanya, setiap suku kata menusuk relung hatinya yang paling dalam. 'Tuhan, apa yang telah kulakukan?' Ia meremas telapak tangannya, kuku-kukunya menancap ke kulit, tanda ketegangan yang luar biasa. Air matanya seperti akan tumpah, namun ia tahan. Ia harus kuat, setidaknya untuk saat ini. Ia menatap Kirana, wanita yang dicintainya, wanita yang telah ia sakiti dengan begitu kejam. Wajahnya pucat, matanya sembab, namun tetap ada kekuatan yang terpancar dari tatapannya – kekuatan untuk mengakhiri semuanya. 'Aku pantas mendapatkannya,' batinnya, rasa bersalah menggerogoti jiwanya. Ia telah menghancurkan rumah tangga mereka, menghancurkan harapan akan hadirnya buah hati mereka. "Kirana…" suaranya serak, nyaris tak terdengar. Ia ingin memohon, ingin menjelaskan, ingin membalikkan waktu, namun kata-katanya seakan tercekat di tenggorokannya. Ia

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    41. Ingin bulan madu

    Seminggu telah berlalu sejak kepulangan Kirana dari rumah sakit. Rumah itu sunyi, sunyi yang berat, dipenuhi ketegangan yang tertahan di antara Ardan dan Kirana. Kirana, pucat dan lemah, sering terbangun di malam hari, mimpi buruk tentang masa lalu menghantuinya. Meskipun Ardan selalu ada di sisinya, namun sikap kakunya masih terasa, seperti tembok es yang memisahkan mereka.Pagi hari ini, Ardan menyajikan sarapan—bubur—dengan tangan yang gemetar sedikit. Kirana menatapnya, matanya dipenuhi keraguan. Udara di antara mereka terasa kental, dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan."Terima kasih," kata Kirana, suaranya hampir tak terdengar, seperti bisikan.Ardan hanya mengangguk singkat, matanya tak berani menatap Kirana terlalu lama. Ia merasakan beban berat di dadanya, beban penyesalan yang tak terkira."Tapi kau… kau tidak perlu repot-repot," kata Kirana, suaranya sedikit lirih, tapi nadanya sedikit menusuk. "Kau bukan orang yang mau repot-repot melayani orang lain, terutama di

    Last Updated : 2025-02-18
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 1. Surat Cerai

    "Sebegitu inginnya kamu mencari perhatianku sampai rela melakukan segala cara, Kirana?!" Kirana menunduk dan tak sanggup melihat reaksi Ardan yang murka setelah menerima surat perceraian darinya. Alis tebal pria itu menukik dan wajah tampannya mengeras. "Jawab aku!" Ardan mengeraskan suaranya lagi, hingga membuat Kirana menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran kotor dari kepalanya. "Aku serius, Mas. Ayo kita bercerai dan silakan lanjutkan hubunganmu dengan Zara. Setelah itu, aku akan pergi dan hidup sendiri." Kirana menatap wajah Ardan dalam-dalam untuk mencari setitik cinta baginya agar ia tak perlu melakukan keputusan ini. Namun, seperti biasa, hal itu sia-sia karena Ardan tidak mungkin mencintainya. Oleh karena itu, kali ini keputusannya sudah bulat. Ia ingin memutuskan hubungan yang sejak awal dipaksakan, dengan sebuah perceraian. Namun, reaksi Ardan begitu mengejutkan bagi Kirana. “Begitu menurutmu?” Bukannya mengambil bolpoin dan menandatangani ke

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 2. Pulang dan Memohon

    "Pa, Ma, aku ingin bercerai dari Mas Ardan," Setelah digempur oleh Adan, masih dengan selangkangan yang nyeri Kirana mendatangi rumah keluarganya yang terletak satu jam perjalanan dari rumah. Ia sungguh berharap kalau ayah dan ibunya bisa membantu dia untuk bercerai dari Ardan sehingga dia bisa menjalani hidupnya sendiri yang bebas tanpa rasa sakit. "Jangan gila ya, kamu! Cerai apanya? Kamu lupa kalau Ardan dan keluarganya itu yang bantu kita?!" Tanya Bisma, sang ayah dengan menggebu-gebu. Kirana tertegun, “A-ayah?” "Jadi, kamu ke mari pagi-pagi buta begini hanya untuk mengatakan hal bodoh itu?!" Ibunya, Sinta, murka setengah mati. Ia berpikir, bagaimana bisa putrinya mempunyai pemikiran dangkal seperti itu? "Bukannya selama ini kakak sangat memuja suami kakak, ya? Lagipula Kak Ardan baik dan tampan. Bukannya bersyukur malah minta cerai." ujar Siska, adik Kirana, yang kini ikut menanggapi pembahasan panas di antara mereka. "Iya. Dasar tidak tahu diuntung. Pokoknya, tid

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    Bab 3. Pesta Berujung Menderita

    "Bersiaplah untuk nanti malam. Bagas akan menjemputmu untuk pergi ke pesta Mama." Perintah Ardan tadi menuntut Kirana untuk mulai bersiap, tapi perlakuan pria itu sejak semalam membuat Kirana duduk termenung di kasur. Setelah melihat ke arah jam, wanita itu lalu bangkit dan segera bersiap-siap untuk menghadiri pesta ulang tahun ibu mertuanya yang akan dimulai dalam tiga jam. Ternyata, sudah selama itu ia tertidur. Bahkan ia belum makan siang. Dengan sendu Kirana berjalan ke arah dapur dan membuat sandwich sederhana untuk mengganjal perutnya yang mulai berteriak. Tubuhnya terasa remuk, tapi ia harus menyelesaikan hari ini agar rencananya bisa berjalan lancar. Setelah matahari terbenam, Kirana sudah bersiap dengan satin dress berwarna hitam dan kotak hadiah di tangannya. Kali ini, ia menggunakan uang bulanan Ardan yang hampir tak pernah ia sentuh, untuk memberikan kado bagi ibu mertuanya itu. Saat posisi mobil hampir berhenti di bangunan megah tempat pesta dilaksanakan, Kirana

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    41. Ingin bulan madu

    Seminggu telah berlalu sejak kepulangan Kirana dari rumah sakit. Rumah itu sunyi, sunyi yang berat, dipenuhi ketegangan yang tertahan di antara Ardan dan Kirana. Kirana, pucat dan lemah, sering terbangun di malam hari, mimpi buruk tentang masa lalu menghantuinya. Meskipun Ardan selalu ada di sisinya, namun sikap kakunya masih terasa, seperti tembok es yang memisahkan mereka.Pagi hari ini, Ardan menyajikan sarapan—bubur—dengan tangan yang gemetar sedikit. Kirana menatapnya, matanya dipenuhi keraguan. Udara di antara mereka terasa kental, dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan."Terima kasih," kata Kirana, suaranya hampir tak terdengar, seperti bisikan.Ardan hanya mengangguk singkat, matanya tak berani menatap Kirana terlalu lama. Ia merasakan beban berat di dadanya, beban penyesalan yang tak terkira."Tapi kau… kau tidak perlu repot-repot," kata Kirana, suaranya sedikit lirih, tapi nadanya sedikit menusuk. "Kau bukan orang yang mau repot-repot melayani orang lain, terutama di

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    40. Dengan syarat

    Permintaan Kirana untuk bercerai mendarat di hati Ardan seperti batu besar yang menghancurkan kedamaian. "Lepaskan aku..." Kata-kata itu bergema di kepalanya, setiap suku kata menusuk relung hatinya yang paling dalam. 'Tuhan, apa yang telah kulakukan?' Ia meremas telapak tangannya, kuku-kukunya menancap ke kulit, tanda ketegangan yang luar biasa. Air matanya seperti akan tumpah, namun ia tahan. Ia harus kuat, setidaknya untuk saat ini. Ia menatap Kirana, wanita yang dicintainya, wanita yang telah ia sakiti dengan begitu kejam. Wajahnya pucat, matanya sembab, namun tetap ada kekuatan yang terpancar dari tatapannya – kekuatan untuk mengakhiri semuanya. 'Aku pantas mendapatkannya,' batinnya, rasa bersalah menggerogoti jiwanya. Ia telah menghancurkan rumah tangga mereka, menghancurkan harapan akan hadirnya buah hati mereka. "Kirana…" suaranya serak, nyaris tak terdengar. Ia ingin memohon, ingin menjelaskan, ingin membalikkan waktu, namun kata-katanya seakan tercekat di tenggorokannya. Ia

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    39. Pilihan

    Kirana menggeleng pelan, matanya masih tertuju pada jendela. "Aku ingin istirahat," katanya lirih, suaranya hampir tak terdengar. Keheningan kembali menyelimuti ruangan, lebih berat daripada sebelumnya. Ardan hanya bisa menatap istrinya, merasa ada jurang yang semakin dalam menganga di antara mereka. 'Entah kenapa hatiku terasa sakit saat Kirana terus-menerus menolak ku. Apakah aku benar-benar telah mencintai Kirana? Wanita yang ingin aku sakiti? Aku pasti sudah gila.' Ardan membatin sambil terus bertanya pada diri sendiri. Setelah beberapa saat terdiam, Kirana tiba-tiba bertanya, suaranya datar tanpa emosi, "Kenapa kau masih di sini? Kau selalu sibuk, Ardan. Dulu… dulu aku sampai mengemis agar kau mau sedikit memperhatikan aku." Kalimat terakhir keluar dengan suara bergetar, menahan tangis yang hampir pecah. "Sudah tidak ada alasan bagimu untuk mempertahankan pernikahan kita. Tujuanmu sudah tercapai. Aku sudah hancur seperti yang kamu inginkan. Hidupku juga berantakan atas keingina

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    38. Sikap dingin Kirana

    Tangan Ardan gemetar saat ia mengangkat panggilan dari Zara. "Halo?" bisiknya, suara serak karena kurang tidur dan beban perasaan yang berat. Di seberang sana, suara Zara terdengar cemas dan sedikit tinggi. "Ardan! Kau di mana? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku sangat khawatir!" Ardan menghela napas panjang. "Aku… aku di rumah sakit, Zara. Ada sedikit masalah." Ia berusaha menjaga suaranya tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar-debar. "Masalah apa? Ceritakan padaku!" desak Zara. "Kau selalu menyembunyikan segalanya dariku." Ardan melirik ke arah Kirana yang masih tertidur pulas. "Ini… ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya, Zara. Aku butuh waktu." "Waktu? Ardan, aku sudah tidak tahan lagi! Kau selalu mengulur-ulur waktu! Aku tahu kau masih bersama wanita itu, Kirana! Kau harus menceraikannya!" Suara Zara semakin meninggi, diselingi isak tangis. Ardan menggigit bibir bawahnya. Ia tahu Zara tidak akan mengerti. "Zara, dengarkan aku. Situasinya sangat rumit. Jangan

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    37. Penyesalan besar

    Jam berlalu dengan lambat. Di ruang perawatan rumah sakit, Ardan menatap Kirana yang terbaring lemah. Wajah istrinya pucat, namun tatapannya kosong, tanpa sedikitpun rasa hangat yang pernah Ardan kenal. Kirana berubah. Ia cuek, ucapannya singkat dan ketus, seakan menciptakan dinding es di antara mereka. Meskipun Ardan melihat air mata yang sesekali lolos dari sudut mata Kirana, ia hanya mendapatkan perlakuan dingin. Ia mencoba menghibur, menawarkan segelas air, membantu Kirana mengganti posisi tidur, semuanya dibalas dengan helaan nafas panjang dan tatapan yang menusuk. "Ini sup ayam, Kirana. Semoga kamu suka," kata Ardan lembut, menyodorkan mangkuk sup. Kirana menerima mangkuk itu tanpa sepatah kata pun, lalu menatapnya dengan tatapan yang seakan mengatakan, "Apa urusanmu denganku?" Ardan menghela napas. Ia tahu, ucapannya yang kasar, sikapnya yang dingin di masa lalu, telah menorehkan luka yang begitu dalam di hati Kirana. Luka yang tak semudah itu disembuhkan. "Aku… aku sangat

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    36. Kehilangan segalanya

    Ardan terdiam, sebelum akhirnya menanggapi ucapan Kirana. "Itu tidak akan Pernah terjadi. Jadi jangan bermimpi!" setelah mengatakan hal itu, Ardan meninggalkan Kirana di kamar sendirian.Malam itu, kesunyian di kamar terasa mencekik. Bayangan masa depan yang kelam menghantuinya. Ia membayangkan dirinya sendirian, merawat bayi tanpa dukungan suami, tanpa kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan. Air mata mengalir deras, membasahi bantal. Pikiran-pikiran negatif berputar tak henti, menjeratnya dalam pusaran putus asa."Tidak kuat," gumamnya lirih, suara serak karena tangis. "Aku tidak kuat."Matanya tertuju pada kotak obat di atas meja. Sebotol Paracetamol. Sebuah ide gila muncul di benaknya, ide yang mengerikan, namun terasa begitu menggoda. Sebuah jalan keluar dari penderitaan yang tak tertahankan."Maafkan mama nak. Mama tidak mau kamu menderita seperti mama. Lebih baik kamu tidak hadir di dunia ini daripada harus menderita." Kirana bergumam lirih sambil mengelus perutnya yan

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    35. Bagaimana jika aku hamil?

    “Barra, maafkan aku. Aku harus pulang ke Indonesia bersama Ardan. Aku benar-benar menyesal selalu menyeretmu ke dalam masalahku. Aku berjanji akan menghubungimu lagi setelah semuanya selesai. Jaga dirimu baik-baik. Aku… aku akan selalu mengingat kebaikanmu.”Setelah mengirim pesan, Kirana menyimpan ponselnya. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu Barra akan kecewa, tapi ia tak punya pilihan lain. Pulang ke Indonesia adalah satu-satunya cara untuk menghindari konfrontasi lebih lanjut dengan Ardan, dan yang terpenting, melindungi rahasia kehamilannya.***Keesokan harinya, mereka berangkat ke bandara. Sepanjang perjalanan, Ardan bersikap dingin, tapi perhatiannya tak pernah lepas dari Kirana."Eh, aku tidak perlu memakai ini," ucap Kirana terkejut, saat Ardan memakaikan jaket di tubuhnya yang mungil."Cuacanya sangat dingin. Aku tidak mau kamu sakit dan merepotkan ku lagi."Ardan hanya ingin memastikan Kirana selalu nyaman, menawarkan jaketnya saat Kirana menggigi

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    34. Demam

    Setibanya di apartemen, Ardan langsung meminta Bagas untuk menyiapkan tiket untuk pulang. Ia tidak ingin Kirana berada di dekat Barra. Pria benar-benar mengganggu dirinya akhir-akhir ini."Apa? Pulang? Tidak! Aku tidak mau!" Bantah Kirana dengan cepat. Mendengar jawaban Kirana, Ardan langsung membulatkan matanya dengan sempurna."Kenapa? Aku tak butuh persetujuan mu untuk membawamu pulang, Kirana. Jangan pikir kamu bebas di sini bersama bajingan itu!"Kirana tersentak. Kata-kata Ardan menusuk hatinya lebih tajam daripada pisau. Ia bingung dengan sikap Ardan yang seolah sedang cemburu, sangat cemburu pada Barra, tapi apa benar suaminya sudah mencintainya? Sedangkan pria itu masih memiliki wanita lain di luar sana. Air mata mengancam untuk tumpah, tapi Kirana menahannya. Ia tak mau menunjukkan kelemahan di depan Ardan."Aku... aku hanya ingin sedikit waktu," lirih Kirana, suaranya bergetar. "Aku ingin memahami semuanya. Aku... aku butuh waktu."Ardan menghela napas panjang, rahangnya

  • Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku    33. petir di siang bolong

    Mobil Bagas melaju pelan, meninggalkan rumah besar Ardan di belakang. Di dalam, Ardan duduk di samping Kirana, suasana tegang masih menyelimuti mereka. Kirana sesekali melirik Ardan yang tampak lemas, wajahnya pucat pasi. Ia merasa bersalah, rasa bersalah yang aneh, campuran rasa khawatir dan rasa penasaran yang tak tertahankan."Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Kirana, suaranya lembut, mencoba memecah keheningan yang mencekam.Ardan hanya berdehem, sambil menatap ke luar jendela, tapi tangannya masih merangkul pinggang Kirana. Ia terlihat berusaha keras untuk bersikap tenang, tetapi Kirana bisa melihat ketegangan di rahangnya yang mengeras."Apa kau bisa melepaskan ku?" Tanya Kirana pelan dan hal itu membuat Ardan langsung menoleh ke arah Kirana dengan tatapan tajamnya."Apa kau mengajakku periksa karena ada sesuatu yang akan kau lakukan di belakang ku?" Tanya Ardan penuh selidik. Tentu saja hal itu membuat Kirana semakin takut."T-tidak ada. Aku hanya merasa sesak. Aku mual

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status