Chapter: 42. Bulan madu Setelah Bagas pergi, Ardan kembali ke ruang makan. Kirana sudah duduk di sana, punggungnya tegak, sambil menatap kosong ke arah luar jendela. Cahaya pagi menerpa wajahnya yang pucat, menonjolkan garis-garis kelelahan di bawah matanya. Ardan mendekat, dengan hati berdebar-debar. Kemudian ia menarik kursi dan duduk di hadapan Kirana."Kirana," katanya lembut, suaranya berusaha meredam ketegangan yang masih terasa di antara mereka. Kirana tidak menjawab, wanita itu hanya diam, dan tatapannya tetap tertuju pada taman kecil di luar.Tak lama kemudian, Ardan meraih tangan Kirana, jemarinya yang dingin terasa di genggamannya. "Aku tahu, aku telah menyakitimu. Aku tahu kata-kata tak cukup. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk membuktikannya. Tolong jangan bersikap dingin seperti ini. Aku tidak bisa, Kirana." Ia merasakan getaran halus di tangan Kirana, seolah-olah wanita itu sedang mempertimbangkan ucapannya.Kirana akhirnya menoleh, matanya menatap Ardan dalam-dalam, penuh dengan
Last Updated: 2025-02-21
Chapter: 41. Ingin bulan madu Seminggu telah berlalu sejak kepulangan Kirana dari rumah sakit. Rumah itu sunyi, sunyi yang berat, dipenuhi ketegangan yang tertahan di antara Ardan dan Kirana. Kirana, pucat dan lemah, sering terbangun di malam hari, mimpi buruk tentang masa lalu menghantuinya. Meskipun Ardan selalu ada di sisinya, namun sikap kakunya masih terasa, seperti tembok es yang memisahkan mereka.Pagi hari ini, Ardan menyajikan sarapan—bubur—dengan tangan yang gemetar sedikit. Kirana menatapnya, matanya dipenuhi keraguan. Udara di antara mereka terasa kental, dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan."Terima kasih," kata Kirana, suaranya hampir tak terdengar, seperti bisikan.Ardan hanya mengangguk singkat, matanya tak berani menatap Kirana terlalu lama. Ia merasakan beban berat di dadanya, beban penyesalan yang tak terkira."Tapi kau… kau tidak perlu repot-repot," kata Kirana, suaranya sedikit lirih, tapi nadanya sedikit menusuk. "Kau bukan orang yang mau repot-repot melayani orang lain, terutama di
Last Updated: 2025-02-18
Chapter: 40. Dengan syarat Permintaan Kirana untuk bercerai mendarat di hati Ardan seperti batu besar yang menghancurkan kedamaian. "Lepaskan aku..." Kata-kata itu bergema di kepalanya, setiap suku kata menusuk relung hatinya yang paling dalam. 'Tuhan, apa yang telah kulakukan?' Ia meremas telapak tangannya, kuku-kukunya menancap ke kulit, tanda ketegangan yang luar biasa. Air matanya seperti akan tumpah, namun ia tahan. Ia harus kuat, setidaknya untuk saat ini. Ia menatap Kirana, wanita yang dicintainya, wanita yang telah ia sakiti dengan begitu kejam. Wajahnya pucat, matanya sembab, namun tetap ada kekuatan yang terpancar dari tatapannya – kekuatan untuk mengakhiri semuanya. 'Aku pantas mendapatkannya,' batinnya, rasa bersalah menggerogoti jiwanya. Ia telah menghancurkan rumah tangga mereka, menghancurkan harapan akan hadirnya buah hati mereka. "Kirana…" suaranya serak, nyaris tak terdengar. Ia ingin memohon, ingin menjelaskan, ingin membalikkan waktu, namun kata-katanya seakan tercekat di tenggorokannya. Ia
Last Updated: 2025-02-14
Chapter: 39. Pilihan Kirana menggeleng pelan, matanya masih tertuju pada jendela. "Aku ingin istirahat," katanya lirih, suaranya hampir tak terdengar. Keheningan kembali menyelimuti ruangan, lebih berat daripada sebelumnya. Ardan hanya bisa menatap istrinya, merasa ada jurang yang semakin dalam menganga di antara mereka. 'Entah kenapa hatiku terasa sakit saat Kirana terus-menerus menolak ku. Apakah aku benar-benar telah mencintai Kirana? Wanita yang ingin aku sakiti? Aku pasti sudah gila.' Ardan membatin sambil terus bertanya pada diri sendiri. Setelah beberapa saat terdiam, Kirana tiba-tiba bertanya, suaranya datar tanpa emosi, "Kenapa kau masih di sini? Kau selalu sibuk, Ardan. Dulu… dulu aku sampai mengemis agar kau mau sedikit memperhatikan aku." Kalimat terakhir keluar dengan suara bergetar, menahan tangis yang hampir pecah. "Sudah tidak ada alasan bagimu untuk mempertahankan pernikahan kita. Tujuanmu sudah tercapai. Aku sudah hancur seperti yang kamu inginkan. Hidupku juga berantakan atas keingina
Last Updated: 2025-02-13
Chapter: 38. Sikap dingin KiranaTangan Ardan gemetar saat ia mengangkat panggilan dari Zara. "Halo?" bisiknya, suara serak karena kurang tidur dan beban perasaan yang berat. Di seberang sana, suara Zara terdengar cemas dan sedikit tinggi. "Ardan! Kau di mana? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku sangat khawatir!" Ardan menghela napas panjang. "Aku… aku di rumah sakit, Zara. Ada sedikit masalah." Ia berusaha menjaga suaranya tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar-debar. "Masalah apa? Ceritakan padaku!" desak Zara. "Kau selalu menyembunyikan segalanya dariku." Ardan melirik ke arah Kirana yang masih tertidur pulas. "Ini… ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya, Zara. Aku butuh waktu." "Waktu? Ardan, aku sudah tidak tahan lagi! Kau selalu mengulur-ulur waktu! Aku tahu kau masih bersama wanita itu, Kirana! Kau harus menceraikannya!" Suara Zara semakin meninggi, diselingi isak tangis. Ardan menggigit bibir bawahnya. Ia tahu Zara tidak akan mengerti. "Zara, dengarkan aku. Situasinya sangat rumit. Jangan
Last Updated: 2025-02-12
Chapter: 37. Penyesalan besar Jam berlalu dengan lambat. Di ruang perawatan rumah sakit, Ardan menatap Kirana yang terbaring lemah. Wajah istrinya pucat, namun tatapannya kosong, tanpa sedikitpun rasa hangat yang pernah Ardan kenal. Kirana berubah. Ia cuek, ucapannya singkat dan ketus, seakan menciptakan dinding es di antara mereka. Meskipun Ardan melihat air mata yang sesekali lolos dari sudut mata Kirana, ia hanya mendapatkan perlakuan dingin. Ia mencoba menghibur, menawarkan segelas air, membantu Kirana mengganti posisi tidur, semuanya dibalas dengan helaan nafas panjang dan tatapan yang menusuk. "Ini sup ayam, Kirana. Semoga kamu suka," kata Ardan lembut, menyodorkan mangkuk sup. Kirana menerima mangkuk itu tanpa sepatah kata pun, lalu menatapnya dengan tatapan yang seakan mengatakan, "Apa urusanmu denganku?" Ardan menghela napas. Ia tahu, ucapannya yang kasar, sikapnya yang dingin di masa lalu, telah menorehkan luka yang begitu dalam di hati Kirana. Luka yang tak semudah itu disembuhkan. "Aku… aku sangat
Last Updated: 2025-02-11