Saat hujan deras mengguyur, takdir mempertemukan Aldo Wijaya dan Bunga di sebuah gubuk tersembunyi. Angin kencang memaksa mereka memasuki tempat itu, menciptakan ikatan tak terduga. Namun, ketika mereka terlelap dalam perlindungan gubuk itu, takdir memainkan permainannya sendiri. Warga desa yang curiga menuduh mereka melakukan tindakan terlarang, mengubah hidup mereka selamanya. Dalam sekejap, mereka dijebak dalam pusaran fitnah dan terpaksa dinikahkan secara paksa oleh ketua adat setempat. Di dunia SMA yang penuh dengan rahasia dan intrik, mereka harus menghadapi cobaan yang berat. Sambil berusaha membongkar kebenaran yang terkubur, Aldo dan Bunga harus melawan dendam, mengungkap misteri di balik skandal pernikahan mereka. Akankah cinta tumbuh di antara mereka di tengah gempuran badai kehidupan yang tak terduga? Ataukah mereka akan terhempas oleh arus gelap kebohongan dan manipulasi? Ikuti kisah mereka yang penuh dengan ketegangan, intrik, dan hasrat yang membara dalam novel ini.
View More"Kepanasan deh lu, Bunga!" gumam Aldo.Aldo pun mulai mengoles tempat tidur Bunga dengan balsem, lalu juga tempat duduk di meja belajar Bunga. Sungguh, ia akan sangat bahagia jika Bunga terkena jebakannya ini."'Selamat berpanas ria, gadis bodoh!" serunya, lalu kembali keluar dari kamar Bunga menuju ke kamar pribadinya.Aldo harus istirahat yang cukup, karena dua hari lagi dia akan mengadakan balap liar bersama teman-temannya, dan taruhannya tak main-main.Tiga puluh menit berikutnya, Bunga pun tiba di kediaman sang majikan. Ternyata, benar tebakan Bunga, sang majikan sedang berada di dapur."Bunga! Kenapa kamu berkeringatan?" tanya sang nyonya."Tadi Bunga pulang jalan kaki, Nyonya. Soalnya teman-teman Bunga semuanya jalan kaki," ucapnya bohong."Jangan bohong kamu! Ini pasti ulah Aldo kan?" tanya sang nyonya."Tidak, Nyonya. Saya memang ingin jalan kaki pulang dengan teman-teman baru saya," Bunga masih kekeh dengan jawabannya sendiri, tapi sang majikan tidak akan mempercayainya."Ka
"Anak baru saja lu belagu!" Alma menimpali."Saya akan melakukan yang terbaik, Naya," sahut Bunga."Jangan panggil gue dengan sebutan Kak, lu pikir gue tua apa!" sentak Naya. "Panggil gue, Naya!" imbuhnya."Baik, Naya," jawab Bunga.Setelah bertemu dan berbincang dengan kepala sekolah, akhirnya Bunga, Naya, dan Alma diajak ke perpustakaan untuk mempersiapkan segala sesuatu demi meraih juara nasional cerdas cermat tingkat SMA."Kenapa sih harus anak ingusan ini yang dipakai, Pak?" Alma tampak kesal atas keputusan pihak sekolah. Ia saat ini melakukan protes pada guru pembimbingnya."Jangan menyepelekan Bunga, dia itu juara nasional Olimpiade se-SMP," pujinya atas prestasi yang Bunga raih."Awas saja lu ya, anak ingusan, gue akan buat perhitungan kalau sampai lu nggak bisa bikin kami jadi juara!" ancam Naya di dalam hati."Tapi ini lomba cerdas cermat tingkat SMA, Pak. Dia bahkan belum menerima pelajaran apapun di sekolah ini. Apa pihak sekolah ingin membuat kami kalah di final nanti!" g
"Gua bilang turun!" teriaknya pada Bunga."Tapi..." ucapan Pak Dimas terjeda."Enggak apa, Pak. Bunga turun di sini saja ya," jawab Bunga.Bunga pun turun dari dalam mobil, membuat Aldo tersenyum miring.Bunga hanya enggan sopir mendapat masalah dengan Aldo, dan ia memilih untuk berjalan sepanjang 1 km sampai akhirnya tiba di sekolah yang dimaksud.Pak Dimas sudah memberitahu Bunga bahwa Bunga hanya perlu berjalan lurus saja, nanti di sebelah kiri jalan akan ada bangunan sekolah yang sangat besar, dan di sanalah tempat yang akan dituju oleh Bunga."Ini belum seberapa, gadis kampung. Ini baru permulaan!" Aldo Wijaya membatin. Seringai licik terbit di wajah tampannya.Bunga terus berlari agar tidak sampai terlambat di sekolah, keringat sudah mulai membasahi tubuhnya, tapi beruntung dia membawa parfum di dalam tasnya, jadi nanti akan dimanfaatkan untuk mencegah bau badan."Dia benar-benar mengerjaiku! Fiuuuuh. Apa mungkin aku kuat menjadi pengasuhnya," gumam Bunga. Nafasnya tersengal. Be
"Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam, sampai harus menjadi pengasuh pria berandalan itu!" batin Bunga kesal."Bi, apa ada yang boleh saya bantu?" tanya Bunga pada pelayan di rumah itu.Pelayan itu pun tersenyum menatap ke arah Bunga, hatinya terenyuh ketika mengetahui bahwa Bunga sejak kecil sudah tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya, sebab sang Ibu meninggal saat melahirkannya, dan Bunga sempat menyalahkan dirinya sendiri karena takdir kelam dalam hidupnya tersebut."Tidak usah, Non. Biar Bibi saja, dan Non Bunga bersiap dulu karena sebentar lagi jam makan malam tiba," ucap sang pelayan."Bunga makan malam nanti saja, Bi. Oh iya, biasanya di mana pelayan di sini makan?" tanyanya polos.Pelayan itu pun menatap ke arah Bunga sambil tersenyum, "Di rumah ini, Non Bunga akan diperlakukan sama seperti pemilik rumah, karena tugas Non Bunga adalah untuk membantu Tuan Muda menyelesaikan semua urusan Tuan Muda," ucap sang pelayan. "Bunga juga harus membiasakan diri untuk melakukan apapun yang
"Apaaa Pak? Menjadi pengasuh anak SMA? Apa Bapak tidak salah mencarikan Bunga pekerjaan?" tanya Bunga kaget."Tuan muda itu sangat sulit diatur oleh kedua orang tuanya, Nak. Beliau ingin di sekolah Tuan muda ada yang memantau. Bapak yakin kamu bisa, sayang. Demi cita-citamu, setidaknya sampai kamu lulus SMA," pinta Pak Iwan."Tapi Pak-" Bunga tampak akan protes."Sayang, kamu mau bikin almarhum Ibu bangga sama kamu, kan, Nak?" tanya Pak Iwan. Bunga tampak berpikir keras atas tawaran dari atasan Bapaknya itu. "Kalau belum dicoba, kamu tak akan tahu bisa melakukannya atau tidak, sayang. Bapak minta maaf, kamu yang masih belia harus ada di posisi seberat ini," imbuh Pak Iwan lagi."Baiklah Pak, demi Bapak dan Ibu, demi cita-citaku, Bunga mau mencobanya Pak," ucap sang anak, membuat Pak Iwan tersenyum bangga.Satu minggu berikutnya.Di sebuah rumah kecil yang ada di pinggir kota, kini seorang anak yang beranjak remaja sedang bersiap untuk bekerja menjadi pengasuh di kediaman keluarga Wija
"Apaaa Pak? Menjadi pengasuh anak SMA? Apa Bapak tidak salah mencarikan Bunga pekerjaan?" tanya Bunga kaget."Tuan muda itu sangat sulit diatur oleh kedua orang tuanya, Nak. Beliau ingin di sekolah Tuan muda ada yang memantau. Bapak yakin kamu bisa, sayang. Demi cita-citamu, setidaknya sampai kamu lulus SMA," pinta Pak Iwan."Tapi Pak-" Bunga tampak akan protes."Sayang, kamu mau bikin almarhum Ibu bangga sama kamu, kan, Nak?" tanya Pak Iwan. Bunga tampak berpikir keras atas tawaran dari atasan Bapaknya itu. "Kalau belum dicoba, kamu tak akan tahu bisa melakukannya atau tidak, sayang. Bapak minta maaf, kamu yang masih belia harus ada di posisi seberat ini," imbuh Pak Iwan lagi."Baiklah Pak, demi Bapak dan Ibu, demi cita-citaku, Bunga mau mencobanya Pak," ucap sang anak, membuat Pak Iwan tersenyum bangga.Satu minggu berikutnya.Di sebuah rumah kecil yang ada di pinggir kota, kini seorang anak yang beranjak remaja sedang bersiap untuk bekerja menjadi pengasuh di kediaman keluarga Wija
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments