Share

Terjebak Dalam Skandal
Terjebak Dalam Skandal
Author: yukidua

Chapter. 1

Author: yukidua
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Apaaa Pak? Menjadi pengasuh anak SMA? Apa Bapak tidak salah mencarikan Bunga pekerjaan?" tanya Bunga kaget.

"Tuan muda itu sangat sulit diatur oleh kedua orang tuanya, Nak. Beliau ingin di sekolah Tuan muda ada yang memantau. Bapak yakin kamu bisa, sayang. Demi cita-citamu, setidaknya sampai kamu lulus SMA," pinta Pak Iwan.

"Tapi Pak-" Bunga tampak akan protes.

"Sayang, kamu mau bikin almarhum Ibu bangga sama kamu, kan, Nak?" tanya Pak Iwan. Bunga tampak berpikir keras atas tawaran dari atasan Bapaknya itu. "Kalau belum dicoba, kamu tak akan tahu bisa melakukannya atau tidak, sayang. Bapak minta maaf, kamu yang masih belia harus ada di posisi seberat ini," imbuh Pak Iwan lagi.

"Baiklah Pak, demi Bapak dan Ibu, demi cita-citaku, Bunga mau mencobanya Pak," ucap sang anak, membuat Pak Iwan tersenyum bangga.

Satu minggu berikutnya.

Di sebuah rumah kecil yang ada di pinggir kota, kini seorang anak yang beranjak remaja sedang bersiap untuk bekerja menjadi pengasuh di kediaman keluarga Wijaya. Pak Iwan, yang merupakan Bapak dari gadis cantik itu, terpaksa memberi tawaran pada sang anak ketika keluarga Wijaya mengetahui bahwa anak semata wayangnya mampu meraih nilai terbaik SMP se-Indonesia. Mereka begitu salut atas perjuangan Bunga, hingga ada di titik sekarang. Gadis yang sedang beranjak remaja itu pun sejak kecil hidup tanpa kasih sayang sang Ibu, sebab Ibunya meregang nyawa ketika melahirkannya. Sejak Bunga tahu kejadian itu, ia berjanji akan membuat sang Ibu bangga terhadap dirinya.

Pak Iwan saat ini bekerja di sebuah perusahaan Wijaya Group sebagai petugas keamanan, dan beliau mendapatkan mess di dekat tempat kerjanya. Meski dari rumahnya menuju kantor jaraknya cukup jauh, dan Pak Iwan harus berangkat lebih pagi dan pulang paling terakhir dari teman-teman yang lain.

"Bunga, apakah kamu benar-benar mau menjadi pengasuh Tuan Muda, Nak?" tanya Bapak Iwan pada putri semata wayangnya.

Pak Iwan tak ingin sang anak terpaksa melakukan ini, meski dirinya tak memiliki banyak uang untuk bisa menyekolahkan sang anak di tempat favorit, tapi setidaknya kalau Bunga ingin bersekolah di dekat rumahnya, Pak Iwan masih mampu membiayai sang anak dari gajinya sebagai petugas keamanan di kantor Wijaya Group. Tapi nyatanya, sang atasan yang mengetahui sepak terjang Bunga selama mengenyam pendidikan di bangku SMP, membuatnya semakin yakin untuk meminta Bunga menjadi pengasuh bagi anak semata wayang mereka yang memiliki sifat arogan dan juga termasuk siswa nakal di sekolahnya.

"Demi bisa melanjutkan ke jenjang SMA favorit Pak, Bunga siap menjadi pengasuh," jawab Bunga.

Sejak dulu, Bunga menginginkan bisa bersekolah di tempat ini, sekolah terbaik di Indonesia bertaraf internasional. Hingga saat ada tawaran dari atasan Bapaknya, Bunga pun dengan cepat menerima tawaran tersebut.

"Maafkan Bapak ya, Nak, tidak bisa membiayai sekolahmu dari gaji Bapak," sesal Pak Iwan. Pak Iwan memeluk sang anak penuh kasih sayang. Jujur hatinya teriris setiap kali membayangkan Bunga harus belajar sambil bekerja. Rasanya Pak Iwan bukanlah ayah yang bertanggung jawab untuk anak semata wayangnya tersebut.

"Pak, Bunga justru bangga sama Bapak. Bunga janji setelah tamat SMA, Bunga akan mencari kerja untuk menggantikan Bapak menjadi tulang punggung keluarga," ungkap Bunga tulus.

"Bapak merasa tak berguna, Nak. Terima kasih ya, Sayang. Kamu tumbuh menjadi anak pintar dan berhati mulia. Almarhum Ibu pasti bangga sama Bunga," ucap Pak Iwan.

"Semoga saja, Pak. Bunga sangat bangga sama Bapak," ucap Bunga.

"Baiklah, kalau begitu kita langsung menuju kediaman keluarga Wijaya ya, Nak," ajak sang Bapak.

"Bunga, ambil tas dulu ya, Pak," pamitnya. Lalu Bunga masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil tas yang sudah disiapkan sebelumnya. Bunga harus siap dengan segala risiko yang ada ke depan, karena ini sudah menjadi keputusannya. Dengan menggunakan motor buntut milik sang Bapak tercinta, mereka pun kini membelah keramaian kota untuk bisa tiba di kediaman keluarga Wijaya. Tak berselang lama, bapak dan anak itu pun tiba di kediaman keluarga Wijaya.

Kediaman Keluarga Wijaya.

"Wah, Pak Iwan dan Bunga sudah datang. Ayo, silahkan duduk!" sapa Nathan Wijaya, ketika melihat Pak Iwan sudah tiba di rumahnya.

Nathan Wijaya pun segera memanggil sang istri untuk memberi kabar bahwa Bunga sudah tiba di kediaman mereka. Tak berselang lama, sosok wanita cantik mendekat ke arah Bunga dan Pak Iwan.

"Selamat siang, Nyonya. Ini Bunga, anak saya," ucap Pak Iwan.

"Wah, Bunga cantik sekali," puji istri Nathan.

"Kamu beneran kan mau menjadi pengasuh anak kami?" tanya istri Nathan sekali lagi.

"Benar, Nyonya. Saya sangat ingin bersekolah di tempat itu," ucapnya jujur.

"Ya sudah kalau begitu, sekarang Pak Iwan boleh kembali ke mess, biarkan Bunga di sini agar dia bisa beradaptasi dengan lingkungan di sini. Pak Iwan, tenang saja, anak Pak Iwan pasti akan baik-baik saja di rumah kami," ucap sang Nyonya rumah.

"Terima kasih banyak, Nyonya. Kalau begitu, saya permisi dulu," pamitnya.

Pak Iwan pun berpamitan dengan sang anak, setelah itu bergegas pergi dari rumah mewah tersebut.

"Ayo, Bunga! Saya tunjukkan dulu kamarmu. Nanti kalau anak saya sudah pulang, saya akan kenalkan kamu dengan anak saya," kata Dewi, istri Nathan. Wanita itu tampak sangat baik, bahkan kini memeluk bahu Bunga dan mengajak Bunga menuju ke lantai dua dengan menaiki tangga di rumah itu.

"Ini kamar anak saya, namanya Aldo. Tapi kebetulan dia masih keluar sama Grandma dan Grandpa-nya," ucap sang Nyonya.

"Dan ini, kamar kamu," katanya lagi, setelah berada di salah satu kamar yang ada persis di sebelah kamar Aldo.

Kamar itu adalah kamar tamu yang ukurannya tak seluas kamar Aldo. Tapi, untuk gadis remaja seusia Bunga yang juga berasal dari kampung, tentu saja kamar ini adalah kamar yang sangat mewah, hingga membuat gadis itu sempat terpekur karena kaget akan kalimat yang diucapkan oleh sang Nyonya.

"'Saya biar tidur di bawah saja, Nyonya? Di kamar..."

"Tidak, Bunga. Kamu harus selalu siap ketika anak saya membutuhkanmu. Kamu belum tahu saja bagaimana repotnya menangani dia. Kalau usia kalian sudah sama-sama dewasa, mungkin bisa dikatakan kamu adalah asisten anak saya. Tapi nyatanya, kalian masih sama-sama remaja dan rasanya tidak pantas seorang Aldo yang masih SMA sudah memiliki asisten. Kamu tidak apa-apa kan dengan statusmu yang dianggap sebagai pengasuh?" tanya sang Nyonya lagi sekali.

Wanita paruh baya itu sudah mengenal betul bagaimana watak asli sang anak yang sudah pasti akan sangat merepotkan Bunga.

"Tapi tetap saja saya tidak pantas di sini, Nyonya," tolaknya lagi.

"Ini sudah menjadi keputusan kami, Bunga. Jadi, kamu tetap tinggal di kamar ini, karena nanti kalau Aldo membutuhkan sesuatu, kamu bisa cepat menanganinya," ucap Nathan Wijaya, yang kebetulan saat itu menghampiri sang istri dan juga Bunga.

"Siapa itu, Pa?" tanya sang istri pada suaminya saat mendengar suara ribut-ribut di bawah sana.

"Sepertinya Aldo sudah datang," kata Nathan Wijaya.

Dan benar saja, tak berselang lama sang anak mulai berteriak, memanggil kedua orang tuanya. Istri dari Nathan Wijaya itu pun tersenyum ke lantai bawah, lalu melambaikan tangan agar sang anak segera naik ke lantai dua.

Bunga mematung, melihat sosok pria tinggi besar dengan rahang tegas, rambut yang disisir rapi. Namun, kalau dari penampilannya, pria muda ini terlihat sedikit urakan. Hidungnya mancung, kulit putih bersih serta memiliki wajah yang sangat tampan. Itulah gambaran yang Bunga lihat pada pria yang katanya akan menjadi majikannya tersebut.

"Aldo, Sayang, sini Nak! Kenalkan, ini Bunga, pengasuhmu," ucap sang Mama.

"Apaaaaa Ma? Pengasuh?" Aldo membentak.

"Iya sayang, dan kabar baiknya lagi, Bunga akan bersekolah di sekolah yang sama denganmu," ucap sang Mama bangga.

"Maaaaaa, kenapa sih harus menjadikan gadis kampung ini pengasuh Aldo? Memangnya Aldo bayi!" protes sang anak.

"Mama hanya ingin kamu bisa seperti dia, Nak. Bunga ini peraih nilai tertinggi di sekolahnya, loh," puji sang Mama.

"Bodooo0000!" seru Aldo. Pria muda itu menyenggol bahu Bunga sebelum akhirnya masuk ke dalam kamarnya.

Braaaaaaak.

Aldo menutup pintunya dengan kencang.

Related chapters

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 2

    "Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam, sampai harus menjadi pengasuh pria berandalan itu!" batin Bunga kesal."Bi, apa ada yang boleh saya bantu?" tanya Bunga pada pelayan di rumah itu.Pelayan itu pun tersenyum menatap ke arah Bunga, hatinya terenyuh ketika mengetahui bahwa Bunga sejak kecil sudah tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya, sebab sang Ibu meninggal saat melahirkannya, dan Bunga sempat menyalahkan dirinya sendiri karena takdir kelam dalam hidupnya tersebut."Tidak usah, Non. Biar Bibi saja, dan Non Bunga bersiap dulu karena sebentar lagi jam makan malam tiba," ucap sang pelayan."Bunga makan malam nanti saja, Bi. Oh iya, biasanya di mana pelayan di sini makan?" tanyanya polos.Pelayan itu pun menatap ke arah Bunga sambil tersenyum, "Di rumah ini, Non Bunga akan diperlakukan sama seperti pemilik rumah, karena tugas Non Bunga adalah untuk membantu Tuan Muda menyelesaikan semua urusan Tuan Muda," ucap sang pelayan. "Bunga juga harus membiasakan diri untuk melakukan apapun yang

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 3

    "Gua bilang turun!" teriaknya pada Bunga."Tapi..." ucapan Pak Dimas terjeda."Enggak apa, Pak. Bunga turun di sini saja ya," jawab Bunga.Bunga pun turun dari dalam mobil, membuat Aldo tersenyum miring.Bunga hanya enggan sopir mendapat masalah dengan Aldo, dan ia memilih untuk berjalan sepanjang 1 km sampai akhirnya tiba di sekolah yang dimaksud.Pak Dimas sudah memberitahu Bunga bahwa Bunga hanya perlu berjalan lurus saja, nanti di sebelah kiri jalan akan ada bangunan sekolah yang sangat besar, dan di sanalah tempat yang akan dituju oleh Bunga."Ini belum seberapa, gadis kampung. Ini baru permulaan!" Aldo Wijaya membatin. Seringai licik terbit di wajah tampannya.Bunga terus berlari agar tidak sampai terlambat di sekolah, keringat sudah mulai membasahi tubuhnya, tapi beruntung dia membawa parfum di dalam tasnya, jadi nanti akan dimanfaatkan untuk mencegah bau badan."Dia benar-benar mengerjaiku! Fiuuuuh. Apa mungkin aku kuat menjadi pengasuhnya," gumam Bunga. Nafasnya tersengal. Be

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 4

    "Anak baru saja lu belagu!" Alma menimpali."Saya akan melakukan yang terbaik, Naya," sahut Bunga."Jangan panggil gue dengan sebutan Kak, lu pikir gue tua apa!" sentak Naya. "Panggil gue, Naya!" imbuhnya."Baik, Naya," jawab Bunga.Setelah bertemu dan berbincang dengan kepala sekolah, akhirnya Bunga, Naya, dan Alma diajak ke perpustakaan untuk mempersiapkan segala sesuatu demi meraih juara nasional cerdas cermat tingkat SMA."Kenapa sih harus anak ingusan ini yang dipakai, Pak?" Alma tampak kesal atas keputusan pihak sekolah. Ia saat ini melakukan protes pada guru pembimbingnya."Jangan menyepelekan Bunga, dia itu juara nasional Olimpiade se-SMP," pujinya atas prestasi yang Bunga raih."Awas saja lu ya, anak ingusan, gue akan buat perhitungan kalau sampai lu nggak bisa bikin kami jadi juara!" ancam Naya di dalam hati."Tapi ini lomba cerdas cermat tingkat SMA, Pak. Dia bahkan belum menerima pelajaran apapun di sekolah ini. Apa pihak sekolah ingin membuat kami kalah di final nanti!" g

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 5

    "Kepanasan deh lu, Bunga!" gumam Aldo.Aldo pun mulai mengoles tempat tidur Bunga dengan balsem, lalu juga tempat duduk di meja belajar Bunga. Sungguh, ia akan sangat bahagia jika Bunga terkena jebakannya ini."'Selamat berpanas ria, gadis bodoh!" serunya, lalu kembali keluar dari kamar Bunga menuju ke kamar pribadinya.Aldo harus istirahat yang cukup, karena dua hari lagi dia akan mengadakan balap liar bersama teman-temannya, dan taruhannya tak main-main.Tiga puluh menit berikutnya, Bunga pun tiba di kediaman sang majikan. Ternyata, benar tebakan Bunga, sang majikan sedang berada di dapur."Bunga! Kenapa kamu berkeringatan?" tanya sang nyonya."Tadi Bunga pulang jalan kaki, Nyonya. Soalnya teman-teman Bunga semuanya jalan kaki," ucapnya bohong."Jangan bohong kamu! Ini pasti ulah Aldo kan?" tanya sang nyonya."Tidak, Nyonya. Saya memang ingin jalan kaki pulang dengan teman-teman baru saya," Bunga masih kekeh dengan jawabannya sendiri, tapi sang majikan tidak akan mempercayainya."Ka

Latest chapter

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 5

    "Kepanasan deh lu, Bunga!" gumam Aldo.Aldo pun mulai mengoles tempat tidur Bunga dengan balsem, lalu juga tempat duduk di meja belajar Bunga. Sungguh, ia akan sangat bahagia jika Bunga terkena jebakannya ini."'Selamat berpanas ria, gadis bodoh!" serunya, lalu kembali keluar dari kamar Bunga menuju ke kamar pribadinya.Aldo harus istirahat yang cukup, karena dua hari lagi dia akan mengadakan balap liar bersama teman-temannya, dan taruhannya tak main-main.Tiga puluh menit berikutnya, Bunga pun tiba di kediaman sang majikan. Ternyata, benar tebakan Bunga, sang majikan sedang berada di dapur."Bunga! Kenapa kamu berkeringatan?" tanya sang nyonya."Tadi Bunga pulang jalan kaki, Nyonya. Soalnya teman-teman Bunga semuanya jalan kaki," ucapnya bohong."Jangan bohong kamu! Ini pasti ulah Aldo kan?" tanya sang nyonya."Tidak, Nyonya. Saya memang ingin jalan kaki pulang dengan teman-teman baru saya," Bunga masih kekeh dengan jawabannya sendiri, tapi sang majikan tidak akan mempercayainya."Ka

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 4

    "Anak baru saja lu belagu!" Alma menimpali."Saya akan melakukan yang terbaik, Naya," sahut Bunga."Jangan panggil gue dengan sebutan Kak, lu pikir gue tua apa!" sentak Naya. "Panggil gue, Naya!" imbuhnya."Baik, Naya," jawab Bunga.Setelah bertemu dan berbincang dengan kepala sekolah, akhirnya Bunga, Naya, dan Alma diajak ke perpustakaan untuk mempersiapkan segala sesuatu demi meraih juara nasional cerdas cermat tingkat SMA."Kenapa sih harus anak ingusan ini yang dipakai, Pak?" Alma tampak kesal atas keputusan pihak sekolah. Ia saat ini melakukan protes pada guru pembimbingnya."Jangan menyepelekan Bunga, dia itu juara nasional Olimpiade se-SMP," pujinya atas prestasi yang Bunga raih."Awas saja lu ya, anak ingusan, gue akan buat perhitungan kalau sampai lu nggak bisa bikin kami jadi juara!" ancam Naya di dalam hati."Tapi ini lomba cerdas cermat tingkat SMA, Pak. Dia bahkan belum menerima pelajaran apapun di sekolah ini. Apa pihak sekolah ingin membuat kami kalah di final nanti!" g

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 3

    "Gua bilang turun!" teriaknya pada Bunga."Tapi..." ucapan Pak Dimas terjeda."Enggak apa, Pak. Bunga turun di sini saja ya," jawab Bunga.Bunga pun turun dari dalam mobil, membuat Aldo tersenyum miring.Bunga hanya enggan sopir mendapat masalah dengan Aldo, dan ia memilih untuk berjalan sepanjang 1 km sampai akhirnya tiba di sekolah yang dimaksud.Pak Dimas sudah memberitahu Bunga bahwa Bunga hanya perlu berjalan lurus saja, nanti di sebelah kiri jalan akan ada bangunan sekolah yang sangat besar, dan di sanalah tempat yang akan dituju oleh Bunga."Ini belum seberapa, gadis kampung. Ini baru permulaan!" Aldo Wijaya membatin. Seringai licik terbit di wajah tampannya.Bunga terus berlari agar tidak sampai terlambat di sekolah, keringat sudah mulai membasahi tubuhnya, tapi beruntung dia membawa parfum di dalam tasnya, jadi nanti akan dimanfaatkan untuk mencegah bau badan."Dia benar-benar mengerjaiku! Fiuuuuh. Apa mungkin aku kuat menjadi pengasuhnya," gumam Bunga. Nafasnya tersengal. Be

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 2

    "Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam, sampai harus menjadi pengasuh pria berandalan itu!" batin Bunga kesal."Bi, apa ada yang boleh saya bantu?" tanya Bunga pada pelayan di rumah itu.Pelayan itu pun tersenyum menatap ke arah Bunga, hatinya terenyuh ketika mengetahui bahwa Bunga sejak kecil sudah tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya, sebab sang Ibu meninggal saat melahirkannya, dan Bunga sempat menyalahkan dirinya sendiri karena takdir kelam dalam hidupnya tersebut."Tidak usah, Non. Biar Bibi saja, dan Non Bunga bersiap dulu karena sebentar lagi jam makan malam tiba," ucap sang pelayan."Bunga makan malam nanti saja, Bi. Oh iya, biasanya di mana pelayan di sini makan?" tanyanya polos.Pelayan itu pun menatap ke arah Bunga sambil tersenyum, "Di rumah ini, Non Bunga akan diperlakukan sama seperti pemilik rumah, karena tugas Non Bunga adalah untuk membantu Tuan Muda menyelesaikan semua urusan Tuan Muda," ucap sang pelayan. "Bunga juga harus membiasakan diri untuk melakukan apapun yang

  • Terjebak Dalam Skandal   Chapter. 1

    "Apaaa Pak? Menjadi pengasuh anak SMA? Apa Bapak tidak salah mencarikan Bunga pekerjaan?" tanya Bunga kaget."Tuan muda itu sangat sulit diatur oleh kedua orang tuanya, Nak. Beliau ingin di sekolah Tuan muda ada yang memantau. Bapak yakin kamu bisa, sayang. Demi cita-citamu, setidaknya sampai kamu lulus SMA," pinta Pak Iwan."Tapi Pak-" Bunga tampak akan protes."Sayang, kamu mau bikin almarhum Ibu bangga sama kamu, kan, Nak?" tanya Pak Iwan. Bunga tampak berpikir keras atas tawaran dari atasan Bapaknya itu. "Kalau belum dicoba, kamu tak akan tahu bisa melakukannya atau tidak, sayang. Bapak minta maaf, kamu yang masih belia harus ada di posisi seberat ini," imbuh Pak Iwan lagi."Baiklah Pak, demi Bapak dan Ibu, demi cita-citaku, Bunga mau mencobanya Pak," ucap sang anak, membuat Pak Iwan tersenyum bangga.Satu minggu berikutnya.Di sebuah rumah kecil yang ada di pinggir kota, kini seorang anak yang beranjak remaja sedang bersiap untuk bekerja menjadi pengasuh di kediaman keluarga Wija

DMCA.com Protection Status