Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Tuan Duda / 66. Akhir Pertemuan yang Kaku

Share

66. Akhir Pertemuan yang Kaku

Penulis: Bee TR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Siang yang terik berjalan tak beriringan dengan wajah dua manusia dalam mobil itu. Kilau matahari merekah ganas, mengepakkan seluruh sinar untuk memanggang bumi. Namun, Kezia dan Andrew tinggal dalam air muka yang sama-sama mendung seolah hujan berpetir akan segera meretakkan langit mereka. 

"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Arnold nanti ketika mendengar kabar ini," gumam Kezia yang duduk di jok depan sebelah kiri. Rongga matanya menguarkan kecemasan yang sangat banyak. Dia tak melirik sedikit pun ke arah Andrew yang detik ini tengah berada di sampingnya, memegang kemudi pada mobil Arnold yang mereka tumpangi. 

Setelah memanggil Gabriel dan kawan-kawan ke ruangannya tadi pagi, Kezia kembali memanggil Andrew. Mereka melewati diskusi panjang mengenai kandidat-kandidat yang mereka pandang untuk menyelesaikan masalah ini. Andrew menyebut beberapa nama yang ia kenal sangat ahli dalam bidang komputer dan kemungkinan bisa mengorek data tentang peretas i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   67. Menjadi Kaya Secara Tiba-Tiba

    Tanpa sepengetahuan Kezia, keesokan harinya Andrew datang lagi ke kantor polisi untuk berbicara empat mata saja dengan Arnold. Ada banyak hal yang tersangkut di tenggorokannya dan terus memberontak untuk diluncurkan dalam pertemuan mereka kemarin. Namun, tentu saja Andrew tak kuasa berbicara banyak hal sebab sadar keadaan."Apa menurutmu istriku ada sangkut pautnya dengan masalah ini?" Arnold langsung meluncurkan pertanyaan tanpa memberi basa-basi sedikit pun. Lembap dan bau lantai penjara sudah cukup sulit membuatnya tidur dalam beberapa hari. Dan tadi malam, ia sama sekali tak bisa tidur sebab memikirkan kabar yang masuk ke telinganya kemarin siang. Harapannya dikabulkan Tuhan karena akhinya hari ini Andrew datang lagi seorang diri. Ia sudah tak tahan ingin bertanya banyak hal pada pria itu terkait perusahaannya selama ia tidak ada.Andrew diam sejenak. Ia menyorot lurus pada wajah Arnold, berusaha menyelam dalam redup matanya. "Kalau menurut saya, Bu Kezia

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   68. Kambing Hitam

    "Uang Mama sangat banyak sekarang. Jadi, apa salah kalau Mama belanja ini semua?" Eva membalas pertanyaan Kezia dengan wajah protes. Terang saja dia tidak nyaman pada ekspresi muka anaknya yang terlihat tak setuju kalau ia bersenang-senang seperti ini."Mama!" Kezia amat geram detik ini. Giginya bergemeletuk dan tulang rahangnya mengeras. "Uang yang berhasil kita ambil dari perusahaan Arnold memang tak sedikit, tapi tolong hentikan ini semua.""Memangnya kenapa?" sahut Eva yang sekarang berubah jadi garang.Kezia menarik napas panjang, kemudian maju beberapa langkah untuk mendudukkan dirinya di atas sofa. Sesekali tangannya mengelus perut yang semakin hari bertambah berat saja. "Dalam beberapa hari ke depan, sidang Arnold akan digelar. Dia sudah menyewa pengacara paling mahal di negeri ini yang kemungkinan besar akan membebaskannya dari kesalahan yang tak diperbuatnya.""Terus?" Eva menampilkan wajah tak peduli seolah informasi yang baru disampaikan anakn

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   69. Berkhianat Karena Uang

    Matahari bersinar lembut mengecup bumi. Desau angin bergesekan lirih di sela-sela kuping. Kezia turun dari mobil dan melangkah penuh percaya diri. Ia yakin di depan ruangannya sana, Andrew sudah menunggu kedatangannya. Tadi pagi-pagi sehabis ia mandi, ponselnya telah menampilkan notifikasi pesan masuk dari Andrew yang menuturkan telah mendapat sedikit jejak dari ahli komputer yang dibayarnya mahal.Benar saja. Ketika baru saja tiba di lantai tempat ruangan Arnold berada, mata Kezia sudah mendapati sebentuk wujud Andrew sedang duduk di bangku panjang yang ada di depan ruangan itu. Pria tersebut langsung bangun dari duduknya ketika menangkap perempuan berperut besar berjalan mendekat."Selamat pagi, Bu Kezia," sapa Andrew sopan setelah istri bosnya tiba di depannya."Pagi, Andrew." Kezia segera membuka pintu ruangan, kemudian mempersilakan sekretaris suaminya masuk.Andrew menaruh tubuh di sofa ruangan. Ia membawa satu map yang langsung dibukany

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   70. Sidang Penentuan Nasib

    Kezia sudah bersiap di depan cermin sejak pertama kali matahari mengumumkan kehadirannya di kaki langit. Ini adalah hari di mana nasib Arnold akan dipertaruhkan di ruang persidangan. Bangkai Patmi mungkin sudah melebur bersama tanah kuburan, tapi jejak kematian perempuan itu masih meninggalkan misteri di benak polisi yang hari ini akan diusut tuntas.Ketika perempuan berusia dua puluh satu tahun itu telah menyempurnakan riasannya hari ini, ada panggilan masuk dari Eva. Handphone meraung seolah mewakili orang di seberang yang sudah tak sabar agar panggilannya segera dijawab."Selamat pagi, Ma," sapa Kezia dengan suara renyah. Dia tak bisa bohong pada hatinya sendiri tentang keantusiasan hari ini. Setelah melewati malam-malam panjang tanpa kekasih di sisi, akhirnya ia akan mendapat imbalan berupa kabar kebebasan Arnold. Kezia sangat yakin untuk itu."Hari ini Arnold jadi sidang?" tanya Eva di seberang dengan suara buru-buru. Kezia curiga mamanya baru bangu

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   71. Mulut dan Hati Tak Seirama

    Kezia tak memberi jawaban apa pun untuk Eva. Dia cuma membalas dengan tatapan sekilas, kemudian sepasang mata itu kembali dibenamkan pada wujud Arnold yang tengah duduk di kursi terdakwa. Walaupun hanya bisa melihat pria itu dari punggungnya saja, tapi hati Kezia sudah sangat tenang.Sidang berakhir dengan embusan napas lega di pihak Arnold. Dia terbukti sama sekali tak bersalah. Pria itu hanya seseorang yang telah dijebak oleh Patmi sebelum mati. Pengacara berhasil membuktikan kalau saat Patmi meregang nyawa, Arnold sedang berada di kantornya. Ia juga berhasil mendatangkan seorang saksi yang melihat Patmi telah menusuk perutnya sendiri menggunakan pisau daging yang telah dilapisi serbet.Pihak Patmi pulang dengan wajah suram, terlebih suaminya yang merasa jadi orang paling bodoh di muka bumi. Dia amat menyesal telah membiarkan sang istri menghabisi nyawanya sendiri, karena ada akhirnya apa yang diinginkan Patmi tidak terwujud. Arnold dinyatakan bebas dari pe

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   72. Rindu Menikmati Tubuhmu

    "Pak Arnold mencari Anda, Bu," beri tahu Andrew yang kemudian dibalas dengan anggukan kepala oleh Kezia. Perempuan itu langsung melesat masuk ke ruang polisi tanpa bertanya di mana sekarang Arnold berada.Ternyata pria itu sudah menunggu di bangku panjang ruang depan. Senyumnya merekah, dan baju tahanan di tubuhnya telah berganti dengan jas mahal.Dalam hitungan detik setelah mata mereka saling bertemu, tubuh keduanya langsung tertaut dalam pelukan. Arnold merampas tubuh Kezia dalam dekapannya kuat-kuat seolah seperempat jam yang lalu ia tak usai memeluk perempuan itu. Kali ini air matanya berlinangan, perpaduan antara rasa syukur yang amat banyak karena akhirnya bisa meninggalkan tempat sialan ini, juga air mata semangat untuk mengusut kasus yang menimpa perusahaannya sampai tuntas.Sebelum sidang kemarin, Andrew sudah mendatangi Arnold dan membagi tahu kabar tentang Gabriel. Walaupun sulit percaya pada kenyataan yang ada, tapi Arnold yakin kalau sekret

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   73. Bercinta Rasa Baru

    Dua manusia itu langsung naik ke atas ranjang tanpa melepas ciuman mereka. Arnold mendudukkan Kezia di kepala ranjang, menolaknya untuk berbaring. Berdasarkan pengalaman terakhirnya bercinta dengan Kezia dalam posisi berbaring, ada yang terasa kurang sebab miliknya tak bisa terbenam jauh ke dalam. Ia terhalang oleh perut buncit Kezia."Kau mau kita melakukannya sambil duduk?" tanya Kezia ketika Arnold melepas sebentar ciuman mereka."Ya, Sayang. Aku kangen sekali bercinta denganmu dalam posisi duduk. Terakhir kita melakukannya sudah lama sekali," jawab Arnold. Tentu saja dia tak jujur tentang alasan perut Kezia yang menjadi penghalang. Ia khawatir membuat istrinya tersinggung.Kezia tersenyum panjang, kemudian membalas, "Baiklah. Sepertinya aku juga kangen dengan posisi itu."Bersamaan dengan kalimat Kezia yang berakhir, Arnold bergegas membuka satu per satu kancing baju perempuan itu. Perutnya yang melengkung besar bagai gunung langsung tersa

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   74. Rencana Berjalan Mulus

    Kezia bangun kesiangan hari ini. Ketika ia membuka mata, Arnold tak ada di sudut mana pun dari kamar ini.Untuk beberapa saat, perempuan itu cuma mengerjap di atas bantalnya sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi tadi malam. Arnold benar-benar lupa diri seperti pada malam pertama pernikahan mereka. Pria itu terus memompa tubuhnya sampai seolah tak sudi memberikan waktu istirahat. Kezia tak ingat persis di pukul berapa dia berhasil menjemput mimpi. Yang jelas, Arnold masih berada di depannya ketika masuk dini hari."Ah, rupanya kau sudah bangun, Sayang." Arnold tiba-tiba masuk ke kamar dengan tubuh yang telah berpenampilan rapi. Setelan jas mahalnya sudah lama tidak menempel di tubuhnya, membuat pria itu terlihat lebih tampan berkali-kali lipat hari ini. "Dasar, ibu hamil yang pemalas. Aku sudah mencoba menggerakkan lenganmu belasan kali, tapi kedua matamu keras kepala sekali dengan memaksa untuk tetap tertutup."Kezia mendudukkan tubuhnya, kemudia

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   87. Perang Hati dan Logika

    Kezia terbelalak ketika menyaksikan betapa pintarnya Gabriel memperbaiki laporan keuangan itu. Matanya bergerak naik-turun seolah sedang menantang layar komputer. Dan, jantungnya berdetak lebih cepat saat menyadari nominal yang telah dirampasnya secara diam-diam dari perusahaan Arnold. Sebuah angka yang menakjubkan, tapi telah hancur menjadi kesia-siaan sebab Eva sama sekali tak pandai merawatnya."Dari sinilah kecurigaanku pada Gabriel tergerus. Tapi, aku belum menentukan siapa kandidat selanjutnya yang pantas kujatuhi kecurigaan dengan sangat banyak," terang Arnold.Lampu kamar menyala terang. Angeline berada di kasur dengan tubuh tertutup selimut sampai ke lehernya. Sementara itu, Kezia masih menatap tidak percaya ke layar laptop yang terparkir di meja kerja suaminya. Perempuan itu tak sadar kalau sejak tadi Arnold terus mencuri lirik, kemudian menyalin ekspresi wajahnya ke kepala untuk diterjemahkan.Demi menetralkan kegugupan dalam geriknya ag

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   86. Dialog Senja

    "Kau duluan saja yang bicara." Suara Arnold berpadu dengan lembutnya angin balkon. Rambut basahnya yang baru terkecup air mandi bergerak-gerak pelan.Mereka duduk di kursi balkon yang berbahan kayu. Meja bundar menjadi pemisah keduanya. Tak ada apa pun di meja itu selain handphone Arnold yang diletakkan dalam posisi terbalik.Di atas pangkuan Kezia, Angeline tertidur pulas. Arnold sudah menyarankan agar bayi itu diletakkan saja di ranjang agar bisa beristirahat dengan lebih nyaman. Namun, Kezia menjawab kalau Angeline baru terpejam dalam waktu yang belum lama, sehingga masih besar kemungkinan dia akan bangun kapan pun."Kurasa kau saja yang lebih dulu bercerita. Aku yakin sesuatu yang hendak kau sampaikan jauh lebih penting dibandingkan milikku," jawab Kezia. Matanya menyorot lurus ke arah Arnold. Dalam diamnya, ada sekeping kecemasan yang memantik keringat merembes di pelipisnya. Dia khawatir Arnold akan menyinggung tentang kecurigaannya tentang p

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   85. Meminta Waktu untuk Bicara

    Sejak lahirnya Angeline, Eva belum pernah menginap di rumah Arnold. Perempuan itu selalu membuat kesibukan pura-pura yang harus diselesaikannya di luar rumah. Padahal, alasan utamanya enggan menginap adalah karena tidak mau direpotkan malam-malam oleh Kezia kalau bayi itu rewel.Pagi ini menjadi kali pertama Eva datang lagi setelah acara peresmian nama Angeline dua hari yang lalu. Kedatangan Eva pun atas permintaan dari Kezia yang mengiriminya pesan kalau ada hal mendesak yang harus mereka bicarakan."Memangnya ada apa?" tanya Eva saat pertama kali tiba di kamar Kezia. Angeline masih terlalu kecil untuk dibuatkan kamar sendiri. Arnold baru menyewa seorang arsitek untuk mendesain kamar bayi perempuan yang nyaman untuk ditinggali Angeline kala usianya sudah masuk beberapa bulan nanti.Kezia memutar jarinya sebagai isyarat agar Eva mengunci pintu dari dalam. Arnold sudah berangkat ke kantor sejak satu jam lalu, tapi masih ada tiga pembantu yang mungkin saja

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   84. Peretas Tak Lebih Pintar

    Untuk beberapa saat, Andrew cuma bisa mengerjapkan mata tak percaya. Wajahnya mencipta garis lurus seolah kabar yang usai didengarnya telah merampas seluruh kewarasan dari kepala."Jadi, pelakunya bukan Gabriel?" tanya Andrew. Kentara sekali mulutnya yang bergetar. Jiwanya seolah diacak-acak kenyataan. Keyakinan yang terpatri begitu kuat dalam hati kalau Kezia tak mungkin terlibat dalam masalah ini, kini jatuh berluruhan seperti rintik hujan yang membasuh bumi."Kau tahu kalau aku begitu mencintai istriku. Tidak mungkin aku membuat tuduhan padanya kalau tak memiliki bukti yang benar-benar nyata," jawab Arnold yang lebih berhasil menampilkan raut santainya. Dia sudah bisa menebak bagaimana reaksi yang akan ditunjukkan Andrew saat pertama kali mendengar kabar ini.Andrew mengangguk lemah. Wajahnya mendadak pucat seperti langit mendung. "Saya benar-benar tidak menyangka akan seperti ini.""Aku pun demikian. Sejak awal, aku memang telah meninggalk

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   83. Peresmian Nama

    Satu minggu setelah suara tangisan bayi perempuan itu merobek semesta, Arnold mengadakan pesta di rumahnya untuk merayakan kelahiran sang bayi, sekaligus peresmian nama untuk bayi tersebut. Banyak keluarga yang datang dari luar kota untuk menengok si bayi serta memberikan hadiah. Para karyawan diundang, juga tetangga-tetangga."Putri Tuan Arnold cantik sekali." Begitulah pujian yang mengalir sederas hujan dari mulut para tamu undangan. Mereka mencicipi aneka hidangan sambil tak henti melirik ke arah bayi yang ditidurkan di atas ranjang mungil. Bayi itu dipakaikan setelan berwarna merah muda, lengkap dengan bando dan sepatu yang terlihat kebesaran di kaki tujuh harinya.Sementara itu, Kezia mengenakan dress berwarna merah cerah yang longgar. Ia masih terlalu malu untuk memakai dress ketat karena belum memiliki waktu untuk mengembalikan bentuk tubuh seindah dahulu. Arnold sendiri mengenakan setelan jas berwarna abu-abu. Dasi bermotif garis-garis meruncing seolah hend

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   82. Kelahiran Bayi Perempuan

    Sepulang dari kantor sore itu, Arnold mendapati Kezia sedang meringkuk di bawah selimut dalam kasurnya. Tubuhnya hanya kelihatan bagian kepala sampai leher. Dia terus meracau seperti orang tidak sehat."Apa yang terjadi padamu, Sayang?" Arnold buru-buru mendekat. Dia mengambil posisi duduk di pinggiran kasur. Tangannya membelai-belai rambut Kezia penuh kasih. Walaupun kesal parah setelah mengetahui kalau perempuan itu dan mamanya yang telah mencipta drama masalah di Permata Sanjaya, tapi Arnold tak pernah bisa bohong pada rasa cintanya.Kezia menggeliat sedikit. Dia menggelengkan kepala dalam lemah. "Perutku terasa sakit sekali," jawabnya seraya menekan-nekan perut dari balik selimut.Detik itu juga, Arnold langsung menyingkap selimut yang menutupi tubuh istrinya. Dia mengecek tubuh Kezia seperti dokter yang sedang memeriksa. "Sebelah mana yang sakit?" tanyanya panik."Aku tak tahu. Rasanya sakit semua."Arnold jadi makin panik. Ia

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   81. Kejahatan Telah Terbongkar

    Arnold mengundang Gabi ke kantornya bukan tanpa alasan. Perempuan itu didandani bukan layaknya seorang pembantu, tapi lebih terkesan sebagai seorang tamu. Salah satu karyawan menunjukkan jalan menuju ruangan Arnold kepada Gabi dengan sabar."Terima kasih, Tuan," ucap Gabi dengan sopan pada seorang karyawan pria yang telah mengantarkannya sampai di depan ruangan Arnold.Setelahnya, Gabi langsung memencet bel. Pintu dibukakan oleh Arnold yang sejak tadi memang sudah menunggu kedatangan Gabi."Bagaimana?" tanya Arnold tanpa basa-basi setelah mempersilakan pembantunya duduk di sofa ruang kerjanya.Walaupun sudah bertahun-tahun mengabdi pada keluarga Tuan Sanjaya, tapi ini adalah kali pertama Gabi berkesempatan menginjakkan kaki di ruangan Arnold. Dia hanya pernah berkunjung ke kantor sebatas sampai di lantai bawah. Tidak pernah terpikirkan olehnya betapa luas dan nyamannya ruang kerja Arnold di kantor ini."Saya sudah melakukan se

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   80. Menyelidiki Nama Baru

    Sore harinya ketika sebagian besar karyawan telah meninggalkan kantor, Gabriel datang ke ruangan Arnold. Dia membawa tas berisi laptop, juga beberapa kertas berisi tulisan-tulisan hasil penyelidikan pribadinya seharian ini. Sejak mendapat kabar dari Arnold kalau namanya diduga kuat sebagai orang tertuduh, semangat dalam diri Gabriel meledak begitu banyak untuk membuktikan kalau ia tidak bersalah."Mohon maaf, Pak Arnold. Mungkin saya akan menyita sedikit waktu Anda, sehingga Anda akan sampai rumah lebih lambat dari biasanya," tutur Gabriel lembut.Arnold mengangguk, kemudian mempersilakan Gabriel duduk di sofa. Setiap memandang wajah ketua bagian keuangan itu, ada keyakinan yang bergema dalam diri Arnold kalau bukan Gabriel pelakunya.Setelah Arnold mengambil posisi duduk di hadapannya, Gabriel segera bertutur, "Saya punya saran untuk Pak Arnold agar mengganti seluruh kata sandi akun perusahaan tanpa memberi tahu pihak mana pun, termasuk orang-oran

  • Terjebak Cinta Tuan Duda   79. Jangan Sampai Salah Tuduh

    "Mulai besok, kamu istirahat di rumah saja, ya." Arnold berucap pelan ketika masih dalam perjalanan menuju kantor. Kezia yang duduk di sampingnya langsung memutar leher. Ia menatap janggal ke arah sang suami yang detik ini tengah duduk di belakang setir. Hari ini mereka tidak membawa sopir."Kenapa aku kau suruh di rumah saja? Kau tak suka aku ikut ke kantor?" tanya Kezia. Mukanya berubah jadi tersinggung.Arnold menimpali dengan cepat. "Bukan begitu." Matanya melirik beberapa kali ke arah Kezia, tapi lebih banyak difokuskan ke jalanan. "Dalam beberapa hari, usia kandunganmu akan memasuki bulan kesembilan. Gerakmu makin terbatas. Aku tak suka melihat kau kepayahan.""Tapi aku masih punya cukup tenaga. Jangan menyepelekanku."Arnold tak menjawab apa pun lagi. Dia kembali mencuri lirik sampai tiga kali. Dalam benaknya sedang berlangsung peperangan yang tak mampu ia kendalikan. Sejak membaca pesan dari Eva tadi, caranya menatap Kezia jadi penuh selidik

DMCA.com Protection Status