Share

Terjebak Cinta CEO Tampan
Terjebak Cinta CEO Tampan
Author: Mochallate

01 | Kesepakatan

Author: Mochallate
last update Last Updated: 2025-01-18 10:31:13

Setelah mengucapkan ijab kabul tanpa kesalahan, kini Agaza bersanding dengan Sasya—istrinya—di pelaminan yang berada di bagian paling depan gedung pernikahan mereka. Menebar senyum manis—yang palsu—pada semua tamu yang melihat ke arah mereka. Sasya bahkan berkali-kali menggerutu karena acaranya lama sekali berakhir. Dan Agaza berusaha untuk memberi pengertian pada istri kecilnya itu. 

"Sebentar lagi, lima menit. Setelah itu kita langsung ke kamar, saya juga sudah lelah."

Begitulah ucapannya empat menit tujuh belas detik yang lalu. Sasya masih harus menunggu beberapa detik untuk mengajak suaminya meninggalkan acara super mewah itu. Dia ingin istirahat dan sedikit bermain-main dengan Agaza. Pria pedofil yang beruntung menjadi suaminya.

"Ayo pergi, gue capek nih!" katanya serampangan. Tidak pakai etika sama sekali. 

Agaza menurut, menarik pinggang ramping istrinya untuk turun dari atas pelaminan dan berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Yang dibalas dengan godaan dari semua yang mendengar.

"Pengantin baru sudah tidak sabar rupanya!" kata Tante Mika—adik Papanya Sasya—sambil tersenyum jahil. Sasya mendengkus. Tidak sabar apanya? Membuat Agaza menyesali pernikahan ini setelah apa yang akan Sasya lakukan nanti? Oh tentu saja kalau untuk itu! 

"Jangan begitu, Mika, nanti mereka malu. Ini ramai orang, loh," timpal Bude Ria—saudara jauh Mama—dengan wajah centilnya. 

"Sudah-sudah, jangan digoda terus anakku. Ya sudah, silakan sana kalian ke kamar," lerai Papa. Yang nadanya persis orang mengusir. "Eh, Za!" Papa kembali memanggil Agaza yang hendak melangkah pergi. "Jangan main kasar ya! Anak Om masih perawan," pesan Papa.

Ya Tuhan, ada apa dengan keluarga Sasya?! 

Agaza membalas dengan senyum singkat dan sikap hormat. Sedangkan Sasya mendengkus keras-keras, tidak punya etika seperti biasa. Setelah berpamitan sekali lagi barulah mereka dibiarkan lolos dari kalimat-kalimat menjijikan menurut Sasya. Kamar mereka ada di lantai 10 gedung mewah ini, berada di tengah lorong dengan hiasan bunga di depan pintu. Dari luarnya tampak seperti khas kamar pengantin sekali. 

Pintu tidak dikunci, memudahkan Sasya masuk tanpa harus berlama-lama menunggu. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Bajunya sulit untuk dibuka, tapi tidak masalah, toh ia tidak akan lama berada di sini. Saat keluar kamar mandi, Agaza sudah menunggunya di tepi ranjang. Pria itu bahkan langsung berdiri saat melihat Sasya yang keluar tanpa make up, tapi masih menggunakan pakaian pengantinnya. 

"Oke, karena lo nungguin gue, jadi kita bisa mulai sekarang!" kata Sasya to the point. Tampak Agaza yang membeliakkan matanya terkejut. Bukankah ini terlalu cepat? Begitu pikirnya. Sebelum Sasya melanjutkan ucapannya. "Mengakhiri pernikahan ini secepatnya!" ujar wanita itu mantap. 

Agaza mendekat. Berdiri tepat di hadapan wanita yang menyandang gelar sebagai istrinya itu. Menatap balik sepasang mata yang melihatnya dengan tajam. "Maksud kamu?"

Putaran bola mata Sasya, gerakan mulut komat-kamit wanita itu, sampai dengkusan keras dari hidungnya bahkan Agaza perhatikan baik-baik. 

"Bercerai. Iya, kita harus bercerai secepatnya. Kalau bisa, talak aku sekarang!" 

"Kenapa?" tanyanya datar. Tidak ada sopan santun dalam kalimatnya. 

"Yah, karena ... karena ...," Sasya menarik napas panjang sambil menyusun kalimatnya. "Gini ya, gue nggak suka sama lo, dan ... ya, gue pikir lo juga ngerasain hal yang sama, nggak suka juga sama gue. Jadi, daripada kita tersiksa dengan adanya pernikahan ini, lebih baik kita segera bercerai. Lo bisa nemuin istri yang lebih baik dari gue, dan gue? Jelas, gue bisa dapat suami sesuai kriteria gue!" jelas Sasya panjang lebar.

"Dari mana kamu bisa tahu kalau saya tidak suka kamu? Dan soal kriteria suami, memang pria macam apa yang kamu inginkan?" Agaza bertanya, dengan tangan terlipat di depan dada dan alis terangkat sebelah. 

Wanita itu tampak salah tingkah diperhatikan seperti yang Agaza lakukan padanya sekarang, tetapi itu tidak akan menyurutkan keinginannya untuk mengungkapkan banyak hal agar semua rencananya bisa berjalan mulus malam ini. Iya, harus. "Pria seperti lo nggak mungkin suka sama cewek manja, 'kan? Makanya gue bisa simpulin kalau lo nggak mungkin suka gue!" Ia membuang pandangan. Langkah kakinya menuju arah balkon yang bisa menampilkan view Jakarta dari balik dinding kaca. "Gue mau cowok yang bisa manjain gue, nggak nuntut banyak hal, terima gue yang nggak bisa ngapa-ngapain ini, dan ... gue mau yang nggak tua," ungkapnya. 

Agaza mendesah. Untuk tiga hal pertama yang Sasya sebutkan mungkin dirinya masih bisa lakukan, tapi untuk poin terakhir? Agaza bahkan tidak yakin kalau Sasya menganggapnya masih muda. Dia sadar diri, usia mereka terpaut cukup jauh. Sasya lebih cocok menjadi adik sebenarnya, maka dari itu jika bisa ia akan membimbing Sasya. Dan dugaannya selama ini salah, wanita ini bahkan langsung meminta cerai di hari pertama pernikahan. 

"Saya bisa jadi pria yang kamu sebutkan tadi," mari coba keberuntungan. 

Sasya langsung menggeleng. "Enggak. Lo nggak menuhi semua kriteria gue. Lo-sudah-tua! Sadar diri dong!" 

Benar, 'kan, dugaannya tadi? Sasya tidak bisa menoleransi aspek terakhir. Lagi pula ia bingung, memang usia sepenting itu untuk wanita berusia dua puluh enam tahun ini? Ayolah, dirinya bahkan sudah tidak bisa dikatakan gadis muda lagi. Usianya sudah cocok dikatakan tua juga untuk ukuran wanita Indonesia. Lalu kenapa pula meminta suami yang begitu sempurna? 

"Memang kamu masih muda? Usia kamu sudah lebih seperempat abad kalau kamu lupa." Skakmat. Mulut pedasnya sudah mulai beraksi. Ugh, oh, ia hanya pria biasa yang akan merasa sakit hati dikatakan tua, padahal untuk seorang pria, usianya sekarang adalah usia prima. 

Sasya membalikkan badannya. Menatap sengit pada suaminya. Cahaya dari luar malah menambah aura seram yang terpancar nyata. "Lo bilang apa?!" tanyanya marah. 

Agaza sudah bersiap akan membalas, namun Sasya lebih dulu bereaksi. "Hiks, nambah poin satu lagi yang nggak menuhi kriteria gue. Lo nggak bisa bersikap baik, gimana mau manjain gue nantinya?!" 

"Eh, aduh, maksud saya tadi-"

"Nggak usah membela diri! Sudah, sekarang lo talak gue aja, cepetan!" 

Mendengar kalimat itu lagi. Rasa bersalah yang sempat muncul, padam kembali. Agaza kembali menatap datar. "Tidak." Hanya itu yang bisa ia katakan. 

"Enggak lo bilang? Sial! Apa yang lo harapin dari seseorang yang nggak cinta sama lo? Ya Tuhan!" erangnya kesal sendiri. Ia duduk di kasur sambil mendongak dramatis. 

"Soal cinta, ya?" gumam Agaza. Pria itu juga ikut duduk. "Kasih saya waktu sebulan untuk membuat kamu jatuh cinta," ucap Agaza sambil menatap dalam pada manik mata wanita di hadapannya. "Kalau tidak bisa, silakan ajukan surat perceraian. Tapi, kalau kamu cinta sama saya dalam waktu sebulan, maka tidak akan ada perceraian. Sampai kapan pun! Dan dengan alasan apa pun."

"Kenapa sebulan? Bukannya lebih cepat lebih baik? Ayo bercerai sekarang!" bantah Sasya. Wanita itu menatap pada Agaza dengan tajam.

Agaza menggeleng. "Sebulan. Kita tidak mungkin langsung bercerai," ucap pria itu santai. "Begini, Papa kamu mengancam tidak akan membiayai hidupmu jika menolak menikah dengan saya, 'kan?" Sasya mengangguk. "Kamu pikir setelah menikah, lalu bercerai, kamu akan tetap dibiayai?"

"Tentu! Syaratnya cuma supaya gue mau menikah, bukan menjalani pernikahan!" 

"Itu dia! Papamu pasti akan sangat kecewa jika putrinya menikah hanya dalam waktu sehari. Kalau beliau kecewa, memang kamu yakin tetap akan diterima kembali? Saya rasa tidak."

"Benar juga, sih," gumam Sasya. 

"Jadi, semua ada di tangan kamu. Jika tetap keras kepala ingin bercerai yah silakan nikmati hidup tanpa fasilitas," ujarnya sambil tersenyum. Tipis dan kelihatan mengejek di mata Sasya. 

Wanita itu mempertimbangkan banyak hal. Ucapan Agaza tidak salah sama sekali, tapi bertahan menikah? Dirinya tidak membuat rencana untuk itu. Dan apa? Membuatnya jatuh cinta dalam waktu sebulan? Dirinya bahkan bisa jatuh cinta dalam seminggu jika pria itu terus memberikan perhatian lebih. Sial! Kedua pilihan tidak ada yang menguntungkan untuknya. 

"O-oke! Gue mau tetap menjalani pernikahan ini. Lumayan punya suami, bisa bayar cicilan gue dua bulan lalu yang nunggak," kata wanita itu, angkuh. 

Apa mulut menganga Agaza sudah cukup menjelaskan kalau pria itu sangat takjub sekarang? Takjub dengan istrinya yang menikah baru sehari sudah akan menyuruhnya membayar cicilan dua bulan yang nunggak? Benar-benar wanita ini, untung saja Agaza sabar dan tidak pelit. 

"Ya sudah gue mau tidur."

"Mau tidur pakai gaun seperti gitu? Sure?" tanya pria itu setengah mengejek. 

Sasya bahkan baru sadar lagi kalau gaun sialan yang ribetnya melebihi soal matematika ini masih menempel di tubuhnya. Haruskah ia meminta tolong Agaza untuk membantunya membuka gaun ini? Apa yang akan pria itu pikirkan? Aishh. 

"Ya sudah bantu bukain!" katanya serampangan. Begitulah sifat yang melekat pada diri Sasya selama ini. "Tapi, jangan macam-macam lo!"

Agaza terkekeh. Pria itu berdiri di belakang Sasya, menurunkan perlahan resleting di punggung sampai ke bagian tulang ekor. Menampakkan bahu, punggung, dan pinggang mulus istrinya. Agaza meneguk ludahnya susah payah, cepat-cepat membuang pandangan sebelum imannya runtuh. 

"Saya mau mandi, kamu silakan tidur kalau memang sudah lelah." 

Pria itu buru-buru berlari ke arah kamar mandi. Sasya mengernyitkan dahi bingung. Tadi pria itu terkekeh, lalu kenapa setelah membuka resleting bajunya ia malah kelihatan parno begitu? Udara dingin menyapu punggungnya, dengan itu juga Sasya sadar akan kelakuan suaminya. Agaza pasti gugup karena melihat langsung punggungnya tanpa benang sedikitpun. Pipinya memerah, membayangkan wajah Agaza saat pertama kali melihatnya. Aishh, apakah bisa dirinya bertahan kalau begini? 

|¤|

Jujur saja Sasya tidak bisa tidur pulas kali ini. Dengan tangan kekar yang melingkari perutnya posesif. Ia mencoba menggeliat, berharap si pemilik tangan mau menyingkir. Posisi seperti ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya! 

Agaza merasa terganggu karena pergerakan di sekitarnya. Ia mengerjapkan mata, saat sadar bahwa Sasya sedang ada dalam pelukannya, menatap ke arahnya dengan mata berkaca-kaca, ia segera duduk. Menyalakan lampu dan menatap pada wanita di sampingnya. Masih berkaca-kaca. 

"Hey, kenapa?" Ia mendekat, tapi Sasya malah menjauh. "Jangan takut. Kenapa?" tanyanya lagi. 

Sasya ikut bangkit. Memukul lengan berotot suaminya sekeras mungkin, tapi malah menyakiti tangannya. "Lo mau buat gue mati, hah?" teriaknya kesal. "Gue nggak bisa tidur kalau lo peluk kayak tadi, bego!" Agaza memejamkan matanya mendengar kalimat-kalimat kasar itu. 

"Saya biasa peluk guling kalau tidur. Sekarang sedang tidak ada guling, jadi-"

"Lo pikir gue sekecil itu sampai disamain sama guling?!" jeritnya nyaring. Astaga, Agaza bahkan tidak mengatakan kalau Sasya kecil, meski memang begitu kenyataannya. 

"Ya sudah, maaf. Sekarang kita bisa tidur lagi?" bujuknya. Mata Agaza sudah perih karena terbangun sebelum waktunya. "Mata saya sakit."

"Oke, tapi jangan peluk gue!"

"Kamu yang peluk saya kalau gitu."

Sasya menggeleng keras. "Enggak mau! Enak aja lo, dipikir gue cewek apaan?!" 

"Saya tidak bisa tidur kalau tidak memeluk atau dipeluk. Serius."

"Tapi, lo beneran jangan peluk gue sekencang tadi, ya? Awas lo!" ancamnya. 

Agaza mengangguk. Merebahkan tubuhnya kembali. Ia menjulurkan tangannya untuk jadi bantalan Sasya. Wanita itu langsung tidur, memeluk tubuh Agaza dengan tangan kecilnya. Oh, bahkan tangannya tidak sampai memeluk seluruh tubuh Agaza, betapa kecil istrinya ini. Sebelah tangannya mengelus bahu istrinya yang bersandar di dadanya, dan yang sebelahnya lagi ia letakkan di belakang tubuhnya sambil menggenggam jemari mungil Sasya. 

"Saya tidak yakin kamu tahan kalau dimasuki," bisik Agaza serak. Ia buru-buru memejamkan mata sebelum singa dalam pelukannya mengamuk. 

"Sialan, lo!"

|¤|

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   02 : Sakit Perut

    Saat ini semua berkumpul di meja makan restoran hotel yang mereka sewa untuk acara pernikahan Sasya dan Agaza. Kedua orang tua Agaza sudah lebih dulu pulang karena Marina-neneknya Agaza-sudah harus kembali ke negara asalnya, Spanyol. Yap, Agaza memang memiliki darah campuran Spanyol-Arab. Tapi, ayahnya merantau ke Indonesia dan bertemu ibunya yang asli orang Jawa. Menikah dan tinggal di Indonesia sampai Agaza sebesar sekarang. Mereka hanya akan pulang kampung saat libur tiba. Sekarang hanya ada kedua orang tua Sasya, Bang Ghani, dan Mesya-kakak Agaza, Tante Mika, dan Bude Ria serta suami dua orang tua itu. Yang lain sudah pulang karena harus mengurus rumah dan ada acara lain di hari minggu yang cerah ini. Segala jenis makanan sudah terhidang di atas meja makan khusus keluarga mereka. Mulai dari masakan Nusantara hingga masakan perpaduan dua budaya. Sasya sendiri lebih suka makan masakan yang setengah matang. Misal, sayur yang direbus hanya lima menit, salmon atau tuna yang di pangga

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   03 | Tamu Istimewa

    Sejak bangun dari tidurnya pagi tadi, Sasya sudah merasakan nyeri yang luar biasa di perutnya. Setelah mengecek ternyata benar, bahwa tamu istimewanya datang. Selama membereskan barang mereka, Sasya masih berusaha menahan sakitnya, tapi begitu mereka tiba di rumah milik Agaza ia tidak bisa menahannya lagi. Wanita itu langsung duduk sambil menekuk kakinya di sofa ruang tamu. Sementara suaminya mengurus beberapa perkara pada Pak RT agar tidak terjadi salah paham karena dirinya membawa seorang wanita ke rumahnya. Memang benar, orang sekitar rumahnya tidak tahu jika ia akan menikah karena Agaza sendiri jarang berada di rumah. Begitu Agaza sampai di rumah, yang ia dapati adalah koper Sasya yang masih tergeletak di lantai, sedangkan wanita itu meringkuk di atas sofa sambil meringis kecil. Didekatinya wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, mengecek suhu tubuh Sasya dengan punggung tangannya. Ia beralih ke dapur untuk mengambil air dan menyuruh Sasya meminumnya. Wanita berusia dua pulu

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   04 | Agaza Mesum!

    Sudah dua hari ini Agaza sibuk dengan pekerjaannya. Setelah kejadian malam itu, mereka belum pernah terlibat percakapan yang terlalu lama. Paling sekadar menyapa atau saling bertanya kegiatan apa yang keduanya lakukan setiap harinya. Semua cukup, karena kalau berlebihan Sasya takut jantungnya tidak akan kuat. Agaza itu kalau sudah perhatian manisnya tidak ketulungan! Tadi setelah Agaza pergi bekerja, Sasya juga pergi dari rumah. Ia menemui teman-teman sosialitanya, membicarakan banyak hal tentang make up, trend fashion, sepatu, serta tas branded. Dibesarkan dari kalangan atas, membuat Sasya tumbuh menjadi gadis manja dan suka menghambur-hamburkan uang-—jauh sekali dari khayalan orang tentang gadis kaya yang mandiri. Bersama dengan teman-temannya itu, Sasya bertemu di salah satu restoran ternama di ibu kota. Menikmati seporsi makanan kecil dengan harga selangit. Andai saja Sasya bukan orang kaya, maka dirinya juga akan sayang harus menghabiskan uang sebanyak itu. Tapi, berhubung ia

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   05 | Bertemu Mantan

    Yang bisa Sasya lakukan dari tadi hanya berjalan dan mendorong troli. Mereka sedang berada di modern market--sesuai dengan permintaan sang istri. Sasya yang memang seumur hidupnya tidak pernah ke pasar jadi tidak tahu keperluan apa saja yang biasa dibutuhkan untuk masak-memasak di dapur. Beberapa kali mengusulkan jenis makanan, tapi Agaza menolak. Ya, bagaimana tidak menolak jika yang ditawarkan itu makanan cepat saji? Agaza 'kan bukan penikmat makanan tidak sehat itu. Sesekali boleh, tapi bukan diletakkan sebagai persediaan. Kakinya sudah pegal, tapi sang suami belum juga selesai mencari stok makanan yang dibutuhkan. Akhirnya Sasya duduk, di bawah troli yang sedari tadi didorongnya. Bodo amat dengan tatapan aneh orang kepadanya. Agaza yang merasa tidak lagi mendengar protes dan keluhan dari sang istri langsung memutar lehernya ke belakang, mencari keberadaan Sasya yang ternyata sudah duduk dengan tidak tahu malunya di lorong market ini. Di antara sayur-mayur segar. Ia terkekeh dan

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   06 | Rumah Ibu Mertua

    Nanti kalau kamu sudah cinta saya bilang ya? Soalnya saya bukan peramal yang bisa tahu perasaanmu.|¤|SASYA benar-benar menepati kata-katanya sebelum pergi tadi. Wanita itu memborong banyak jenis dan merk make up. Menghabiskan hampir sebulan gaji suaminya. Agaza hanya bisa menghela napas sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet, menyerahkan kartu itu kepada pramuniaga dengan perasaan sedikit tidak rela.Setelah puas karena sudah mendapatkan apa yang ia inginkan sejak lama, Sasya kembali mengajak Agaza turun ke lantai dasar. Masuk ke restoran dan memilih menu makanan untuknya, tanpa perlu repot memesankan untuk Agaza juga. Dan kembali, uang dengan angka lima dan enam nol habis dalam hitungan jam saja. Lagi-lagi Agaza menghela napas, mengecek saldo rekeningnya melalui telepon pintar yang ... yang sudah bisa dipastikan bahwa sebulan ke depan Agaza harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan isi rekeni

    Last Updated : 2025-01-29
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   07 | Buah Apel Yang Jatuh

    Namanya manusia. Kalau tidak menyukai, bisa jadi ia membenci.|¤|Yang sejak awal Sasya tahu tentang ibu mertuanya adalah wanita itu tidak menyukainya, belum menyukai lebih tepatnya. Kini ditambah fakta baru kalau ternyata ibu mertuanya memang membenci dirinya yang tiba-tiba datang sebagai menantu, padahal wanita itu sudah menyiapkan perempuan lain untuk Agaza. Dan karena Sasya, rencananya itu gagal, yang lebih parahnya lagi perempuan itu tetap ingin dinikahkan dengan Agaza. Tidak masalah walaupun jadi istri kedua.Tadi, Sekar memang mengajaknya naik ke lantai dua. Wanita itu membawa Sasya ke dalam ruangan yang ada di pojok lantai dua itu. Di sanalah Sasya diperlihatkan banyak potret ibu mertuanya bersama dengan Agaza, ayah mertuanya, dan perempuan yang diinginkan Sekar. Namanya Sinta. Gadis keturunan asli Jawa yang punya profesi sebagai chef di salah satu restoran mewah di Jakarta pusat. Wajah cantik, tutur

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   08 | Tantangan Suami-Istri

    Sasya terbangun dengan selimut putih tebal yang menutupi tubuhnya. Rasanya seluruh tulangnya lepas tadi malam. Agaza benar-benar menyita waktu tidurnya semalaman. Pria itu benar-benar menyiksanya, tapi entah kenapa Sasya menikmatinya. Waktu malamnya dihabiskan bersama Agaza, pria itu ... ah, dia pria yang tahu bagaimana cara memperlakukan seorang istri.Wanita itu turun, mengikat rambutnya jadi satu dengan asal kemudian beranjak untuk memakai bra kembali. Sasya harus selalu ingat ini, pakai bra saat keluar kamar. Agaza sudah tidak ada di sampingnya, padahal ini baru pukul enam lewat sepuluh menit.Aroma masakan yang tercium di indra penciumannya membuat langkah Sasya lebih cepat. Agaza tidak boleh lagi berkutik di dapur saat pagi. Sasya harus bisa menjadi istri yang baik mulai sekarang."Za!" jeritnya sambil menuruni anak tangga. Prianya menoleh, tersenyum manis dan merentangkan tangan.&nb

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   09 | Hasil Masakan Sasya

    Menu yang ibu mertuanya tentukan adalah kari kambing dengan ekstra cabai. Di bawah meja, Sasya mengetikkan resep cara membuat kari kambing terenak dan mengikuti setiap langkah yang ada di video. Karena daging kambing yang akan dimasak sudah terlebih dahulu dibuat empuk oleh ibu mertuanya, jadilah mereka hanya tinggal meracik bumbu.Kurang dari satu jam keduanya menyelesaikan tantangan memasak. Hanya jadi satu mangkuk, iya karena cuma untuk dicicipi oleh Agaza dan Sekar saja. Karena Agaza belum percaya dengan hasil masakan Sasya, ia segera mengambil masakan buatan istrinya dan buatan Sinta diberikan pada ibunya."Saya yang coba masakan Sasya lebih dulu, Bun," katanya sebelum Sekar protes.Karena itu ucapan Agaza, maka Sekar akan menurut saja. Wanita itu juga lebih tertarik menikmati masakan Sinta yang sudah ia ketahui kualitasnya daripada harus repot-repot mencicipi masakan sang menantu walau hanya seuju

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   28 : Tamu Tak Diundang

    "Yang harus kamu tahu, setiap orang itu bisa berubah."|¤|Agaza masih belum mau bicara padanya sejak dua hari lalu, ya sudah dua hari berlalu dan semuanya masih sama. Pria itu mungkin marah pada Sasya karena dengan seenaknya membicarakan hal yang tidak-tidak tentang sahabatnya, tapi Sasya juga kesal karena apa yang dia lihat bukan hal yang diada-adakan, semuanya memang terjadi. Sayangnya Sasya tidak punya bukti.Soal mencari kerja bahkan Sasya tidak melakukannya, alasannya karena tidak berani meminta izin keluar pada Agaza. Bicara saja tidak mau, boro-boro memberi izin. Begitu yang wanita itu pikirkan.Maka selama itu pula Sasya hanya diam di rumah, mencoba beberapa resep masakan dan membagikan hasilnya kepada tetangga. Kalau menurutnya gagal, Sasya akan membuang hasil kerja kerasnya itu ke tong sampah. Jangan harap Sasya akan memakannya, karena semua makanan dimasak dengan matang, dia hanya me

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   27 : Salah Paham

    "Coba pikirkan kembali, kira-kira apa yang salah dari dirimu?"|¤|Sasya akui bahwa mencari kerja tanpa relasi memanglah sulit. Kalau dihitung-hitung, sudah hampir dua minggu dirinya berkeliling mencari perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, tapi selama itu pula dirinya tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun, hatinya meyakini bahwa dia akan mendapat apa yang dibutuhkannya saat ini, yaitu pekerjaan.Wanita itu masuk ke dalam gedung berwarna pastel di depannya, berdoa semoga ini menjadi rezekinya."Oh iya, Mbak, kebetulan kami sedang mencari office girl di sini, mari saya antar masuk ke dalam." Begitu ujaran satpam ketika Sasya bertanya apakah perusahaan tersebut membuka lowongan pekerjaan atau tidak.Office girl katanya? Memang wajah Sasya dan setelannya terlihat seperti orang yang akan melamar menjadi tukang membuat kopi?

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   26 : Pembicaraan Suami-Istri

    Jarum pendek di jam dinding kamar mereka sudah menunjukkan pukul sebelas ketika keduanya masuk ke dalam kamar. Sasya mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang, lelah sekali rasanya setelah menjalani hari ini. Sedangkan Agaza memilih untuk membersihkan tubuhnya, dia memang tidak sempat mandi saat di rumah kedua orang tuanya, sibuk ndusel-ndusel seperti anak kucing pada Sasya.Ketika Agaza keluar dengan pakaian yang sudah lengkap pun, Sasya masih tidak beranjak. Dia masih memejamkan mata meskipun telinga mendengar suara pintu kamar mandi terbuka."Kamu nggak mandi, Sayang?" tanya Agaza seraya meletakkan handuk ke atas sofa di kamar mereka."Taruh handuk di tempat lo ngambil, Za!" peringat Sasya, sudah terlalu hafal dengan kebiasaan buruk sang suami.Agaza menurut. Pria itu kembali berjalan menuju sofa kamar mereka, mengambil handuk yang dilemparkannya, lalu beralih melangkah ke atas

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   25 : Alasan Sekar

    Makan malam sudah tersaji di atas meja makan dengan berbagai macam lauk yang Sekar masak. Semua hasil kerja kera Sekar, ya memang begitu kenyataannya. Mertuanya itu belum bisa percaya dengan kemampuan memasaknya.Agaza datang bersama Sinta, membuat mood Sasya yang sudah anjlok menjadi hancur berantakan. Sungguh, lama-lama dia muak juga dengan tingkah Sinta yang menyebalkan. Perempuan itu seperti tidak tahu malu, sudah jelas Agaza adalah suami orang lain, tapi bisa-bisanya dia masih menggodanya."Eh kalian pergi bareng tadi kesini? Wah, Bunda senang banget loh. Agaza harus sering-sering ngobrol sama Sinta," kata Sekar antusias."Ekhem!" deham Karlex cukup kencang, memperingatkan istrinya.Seolah tidak mendengar teguran itu, Sekar malah membawa Sinta dan Agaza di sisi kanan dan kirinya, menghela keduanya ke meja makan tanpa perduli bahwa kini Sasya sedang memperhatikan mereka. T

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   24 : Menantu Bunda

    "Membiasakan diri memang perlu untuk beberapa hal."|¤|Siklusnya masih sama. Ketika bangun pagi, Agaza akan langsung salat subuh, mandi, sarapan, dan langsung pergi kerja. Meskipun sudah jadi maniak, tapi jika urusan pekerjaan memang tidak bisa ditinggal. Dia akan kembali jadi sosok Agaza yang ambisius dan cuek seolah tidak pernah terjadi apa pun antara dirinya dan sang istri di hari sebelumnya.Di kantor, sudah banyak tugas yang menunggu diselesaikan.Ditambah kenyataan bahwa hari ini sang sekretaris tidak bisa hadir karena anaknya masih sakit. Agaza bukan bos kejam yang akan menahan seorang ibu di tempat pekerjaan sementara anaknya bertarung dengan kematian di rumah.Untungnya Agaza mandiri, dia bisa langsung menerima berkas yang harus dilihatnya. Namun, hal itu ternyata tidak begitu baik untuknya, karena jadi banyak orang yang masuk ke dalam ruanganny

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   23 : Siapa Ninta?

    Benar-benar menyebalkan.Sasya menyediakan makanan dan teh di dapur, sedangkan Agaza mengobrol dengan tamu mereka yang Sasya curigai sebagai selingkuhan suaminya itu. Oh, bahkan Agaza menyuruhnya menyiapkan semua ini tanpa merasa bersalah setelah membuatnya kelelahan hampir dua belas jam terakhir.Bukankah Agaza seperti memiliki kepribadian ganda? Mudah sekali berubah!Gerakan tangan Sasya terlampaui cepat saat memindahkan banyak camilan ke dalam wadah yang telah diambilnya, membuat satu gelas minuman lagi dengan rasa tidak rela. Benar-benar tidak rela!Setelah semuanya selesai, wanita itu meletakkan wadah berisi camilan dan gelas-gelas ke atas nampan. Membawa makanan dan minuman dengan langkah kaki cepat menuju ruang tamu.Sampai di sana dia mendapati pemandangan yang menyesakkan dada. Tidak kuat terlalu lama menahan bawaannya karena tangannya lemas, Sasy

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   22 : Beneran Selingkuh?

    Weekend seperti ini seharusnya digunakan sebaik mungkin berjalan-jalan keluar untuk menikmati udara segar setelah satu pekan yang menyesakkan, tapi menurut Agaza di waktu liburnya harus digunakan sebaik mungkin untuk bermesraan bersama istrinya.Sejak tadi pria itu tidak kunjung melepaskan istrinya yang hendak keluar dari dekapannya. Wanita dalam pelukannya sudah mengomel dan mengabsen nama binatang di dalam hatinya, tapi Agaza tak kunjung menuruti ucapannya.Sasya menggigit bahu Agaza berharap pria itu mau melepaskannya, tapi tidak. Harapan memang tidak pernah sesuai kenyataan. Alih-alih kesakitan dan melepaskan pelukannya, pria itu malah semakin erat memeluknya dan tertawa."Gemas banget sih punya istri," gumamnya."Gue nggak bisa napas, Agaza!""Mau dikasih napas buatan?" Agaza mendongak hanya untuk menatap iris kecokelatan milik istrinya dengan raut wajah po

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   21 : Agaza Merensahkan!

    Ini awalnya kan aku yang mau ngerjain, kok malah aku yang dikerjain, sih?|¤|Sasya berusaha mendorong tubuh Agaza yang menghimpitnya. Pria itu menahan tengkuknya agar tidak bergerak terlalu banyak, sementara bibirnya membungkam bibir mungil sang istri yang sedari tadi masih tidak membalas.Jujur saja, Sasya kewalahan menghadapi serangan suaminya. Agaza seperti pria yang sudah ahli dalam melakukan hal ini, itu juga yang sejak tadi malam bersarang di kepalanya. Ia berpikir apakah memang dirinya bukan yang pertama untuk Agaza?"Za!" protes Sasya begitu pergulatan dua benda kenyal tersebut terlepas.Agaza sengaja melepaskan ciumannya saat merasa bahwa Sasya sudah kehabisan napas. Ingin melanjutkan sebelum kegiatannya terhenti karena mendengar langkah kaki mendekat. Agaza buru-buru menjauhkan badan, Sasya melakukan hal yang sama. Keduanya merapikan tampilan, takut

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   20 : Tidak Terkendali

    Agaza menggerutu saat Tisya masuk membawa beberapa berkas lagi. Kali ini bukan tandatangan yang dibutuhkan, melainkan koreksian pada berkas perencanaan yang akan dilakukan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan furniture lain. Mungkin menggaet pengusaha-pengusaha kecil atau membangun relasi dengan pihak luar—selain pusat perusahaan mereka. Entahlah, Agaza juga tidak tahu karena belum membacanya.Meskipun mendapat posisi sebagai kepala cabang, Agaza selalu memiliki keinginan bisa membangun relasi diluar dari yang perusahaan pusat bangun. Dia ingin bagian yang dikelolanya bisa mandiri tanpa melupakan bahwa mereka punya perusahaan pusat."Ada lagi yang perlu saya kerjakan, Tisya?" tanyanya.Tisya menggeleng. "Sepertinya sih tidak, Pak. Tapi, nggak tahu kalau tiba-tiba bagian keuangan mengirim laporannya, mengingat ini sudah mendekati tenggat yang Bapak kasih.""Saya ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status