Share

06 | Rumah Ibu Mertua

Author: Mochallate
last update Last Updated: 2025-01-29 21:30:00

Nanti kalau kamu sudah cinta saya bilang ya? Soalnya saya bukan peramal yang bisa tahu perasaanmu.

|¤|

SASYA benar-benar menepati kata-katanya sebelum pergi tadi. Wanita itu memborong banyak jenis dan merk make up. Menghabiskan hampir sebulan gaji suaminya. Agaza hanya bisa menghela napas sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet, menyerahkan kartu itu kepada pramuniaga dengan perasaan sedikit tidak rela. 

Setelah puas karena sudah mendapatkan apa yang ia inginkan sejak lama, Sasya kembali mengajak Agaza turun ke lantai dasar. Masuk ke restoran dan memilih menu makanan untuknya, tanpa perlu repot memesankan untuk Agaza juga. Dan kembali, uang dengan angka lima dan enam nol habis dalam hitungan jam saja. Lagi-lagi Agaza menghela napas, mengecek saldo rekeningnya melalui telepon pintar yang ... yang sudah bisa dipastikan bahwa sebulan ke depan Agaza harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan isi rekeningnya. 

Kini, wanita itu masih ingin menonton bioskop. Karena katanya, aktor idolanya yang tampan dan tidak ada duanya—tapi ada tiganya—yang berperan sebagai tokoh utama. Agaza kembali menurut, karena yang ia tahu kalau di bioskop tidak akan menghabiskan uang banyak. Paling hanya tiket dan sepaket popcorn. Tapi, pemikiran Agaza kembali dipatahkan lagi dengan tindakan Sasya yang luar biasa. Wanita itu protes karena hanya menonton di kelas biasa, bukan VIP. 

"Gue nggak mau nonton disitu! Gue mau nonton yang bisa sambil tidur! Kalau lo nggak beliin tiketnya sekarang juga, lo tidur diluar!" ancam wanita itu dengan wajah galak. Jangan lupakan tempat saat wanita itu mengatakannya. Di tengah keramaian orang yang sedang mengantre untuk membeli popcorn. 

Agaza mengangguk, kembali mengantri untuk memesan tiket VIP yang istrinya mau. Setelah mendapatkannya Agaza langsung menyerahkan pada sang istri kemudian ia pamit untuk ke toilet sebentar. Sungguh, Agaza butuh menenangkan pikirannya. 

Menurut Agaza, mengajak Sasya ke mal di saat hari liburnya bukan hal yang baik. Niat hati ingin mengistirahatkan tubuh dari penatnya pekerjaan malah mendapat hal sebaliknya. Wanita itu semakin membuat Agaza pusing delapan keliling bolak-balik. Dompet terkuras, dipermalukan, dicuekin, kacau pokoknya. 

Saat menonton tadi juga, Sasya sudah seperti orang kampungan. Menjerit-jerit padahal hantunya belum keluar. Setelah keluar dan ditanya 'kenapa?' malah menjawab dengan santai. 

"Abisnya pemainnya ganteng banget, sih! Siapa coba yang nggak histeris kalau lihat cowok ganteng gitu?" jawaban yang membuat Agaza tidak habis pikir. 

Maka yang Agaza lakukan saat ini adalah membawa Sasya ke rumah kedua orang tuanya. Sasya harus berkenalan lebih jauh dengan ayah dan ibunya. Wanita manja bin ajaib ini pasti akan menyukai suasana hangat di keluarganya. 

|¤|

Rumah yang luas dan mewah dengan banyak pilar tinggi sebagai pondasi. Sasya terkagum-kagum melihat interior yang dilihatnya langsung ini. Rumahnya memang mewah, tapi rumah orang tua Agaza ini luar biasa. Papanya benar-benar tidak salah memilihkan suami untuknya. Ingin sekali rasanya Sasya memeluk sang Papa saat ini dan mengatakan terima kasih yang sebanyak-banyaknya karena telah membuat Agaza menjadi suaminya. 

Seorang wanita paruh baya dengan wajah manis menuruni undakan tangga sambil tersenyum bahagia saat menatap Agaza. Ketika wanita itu sudah sampai di hadapan mereka, Agaza langsung memeluknya, mengusap punggung wanita itu dengan sayang. Dia ibunya Agaza. Wanita hebat versi Agaza. 

"Akhirnya kamu berkunjung. Bunda sudah rindu sekali sama kamu!" ucap Sekar dengan kebahagiaan yang membuncah. 

Agaza tidak berkata apa pun, ia masih setia memeluk ibunya. Sasya yang sekarang merasa diabaikan, dan itu membuatnya sedikit tidak nyaman. 

Sekar melepas pelukannya saat ekor matanya mendapati sosok menantunya yang berdiri di belakang Agaza. Wanita itu tersenyum, tipis. Baiklah, Sasya sekarang mengerti perasaan seorang menantu yang sepertinya kurang disukai mertuanya. 

"Halo, Bunda," sapanya sambil melambaikan tangan. 

Agaza meringis, melirik ke arah sang ibu yang semakin menatap dengan sinis ke arah istrinya. Pria itu menarik tangan Sasya, menyuruh wanita itu untuk menyalami tangan ibunya. Meski sempat dapat penolakan, tapi pada akhirnya Sasya menurut juga. 

"Lain kali harus tahu tata krama," sindir Sekar. 

Sasya ingin membalas, sangat. Tapi, ia sadar posisinya. Tahan, ia harus bisa menahan segala pancingan emosi yang coba ibunya Agaza tunjukkan secara terang-terangan padanya. Sekar membawa Agaza menjauh, ke arah ruang tengah. Kini Sasya tahu rasanya jadi Agaza beberapa saat lalu saat mereka di mall. 

"Bunda tadi masak soto, soalnya kangen sama kamu. Makan ya, Nak?" tanya Sekar memulai pembicaraan. 

Pria itu mengangguk. Setelah ibunya pergi, Agaza langsung menarik lengan kurus istrinya. Bisa ia lihat wajah kuyuh sang istri yang sejak tadi terdiam. Agaza membawa Sasya ke dalam pelukannya, memberi kekuatan dengan pelukan itu. 

"Bunda itu orangnya baik, kok, Yang! Kamu harus bisa curi hatinya, ya?" ucap Agaza pelan. Ia mengecup pelan pelipis istrinya. 

"Agaza ayo sini makan!" teriak Sekar dari arah ruang makan. "Ah, ajak juga istrimu kalau dia mau," imbuh Sekar. 

Tanpa perlu menyahut, Agaza langsung berjalan ke arah ruang makan. Menggenggam tangan Sasya saat berjalan. 

"Mau aku bantuin, Bun?" tanya Sasya. Ia melirik ke arah Agaza yang tengah tersenyum padanya. 

Mendapat pertanyaan tidak terduga, Sekar menoleh. Wanita paruh baya itu menatap Sasya dengan memicing. Kemudian mengangguk saja menyetujui permintaan menantunya. "Oh silakan. Sajikan untuk saya dan suamimu, ya!" kata wanita itu sembari mengambil duduk di samping Agaza. 

Jika tadi Agaza yang merasa dikerjai, kini gantian Sasya yang benar-benar dikerjai ibu mertuanya. Wanita manja itu disuruh mengambilkan makanan untuk suaminya, itu tidak masalah karena Agaza tidak banyak protes. Yang menyebalkan adalah ibu mertuanya, yang meminta lebih banyak sayurnya, ayam suwirnya hanya mau satu sendok, tidak suka kuah, harus pakai cabai giling, dan masih banyak protes dan permintaan aneh lainnya. Wanita itu benar-benar mengerjai Sasya. Kemudian lagi, setelah acara makan selesai—ah ralat, acara makan suami dan ibu mertuanya—Sasya kembali diperlakukan seenaknya. Disuruh mencuci piring dan memanasi sotonya dengan ukuran api yang tidak terlalu besar. Sedangkan Sekar membawa Agaza bercengkerama di ruang keluarga sembari menonton film kesukaan keduanya. 

Kalau tidak ingat Sekar itu ibu mertuanya, sudah ia ceburkan di kolam belakang rumah mewah ini. Sungguh! 

Di saat ia masih menggerutu akibat tangannya yang pedih terkena sabun cuci piring, dari arah belakang ada yang menyatukan rambutnya, digulung ke atas kemudian pelukan hangat seseorang memberinya efek luar biasa. Saat menoleh, Sasya melihat wajah Agaza yang sedang memejamkan mata. 

"Capek, ya? Maaf," ujar Agaza.

Sasya cemberut, membalik tubuhnya agar bisa melihat wajah tampan Agaza. Pria itu tidak tersenyum, wajahnya datar tanpa ekspresi. Mungkinkah ini raut wajah tidak enak Agaza karena melihat Sasya yang diperlakukan seenaknya oleh ibunya sendiri? Kalau memang begitu, Sasya akan merasa senang. Setidaknya sejak tadi Agaza memperhatikan dirinya. 

"Bunda tuh cuma mau nguji kamu doang, Yang. Bisa atau tidaknya kamu lolos ujian ya tergantung dari kerja kerasmu," kata Agaza berbisik di ceruk leher istrinya. Pria itu membungkuk dan menumpukan tubuhnya pada Sasya yang bersandar di wastafel. "Mau 'kan lolos pengujian Bunda? Untuk kita?" tanya Agaza, sedikit tidak yakin. 

Sebenarnya Sasya sendiri juga tidak tahu alasannya sampai mau menuruti perintah ibu mertuanya. Ia bisa saja menolak, tentu saja. Tapi, yang dilakukannya malah sebaliknya. Ada apa sih sebenarnya dengan Sasya? Dirinya sendiri juga bingung. Mendengar penuturan Agaza tadi membuatnya lebih bingung lagi, pasalnya saat Agaza mengatakan hal itu tadi ia malah sudah bertekad untuk lolos ujian ibu mertuanya, tanpa permintaan Agaza dikalimat selajutnya. 

Perlahan Agaza menjauhkan wajahnya tanpa melepaskan pelukan di tubuh Sasya. Pria itu kembali mendekat ke wajah Sasya, mencium kening istrinya dengan lembut. Agaza meresapi dengan baik rasa dari ciumannya, nyaman dan Agaza ingin terus seperti ini. 

"Mau 'kan, Yang, berjuang untuk kita?" ulang Agaza. 

Sasya hanya mampu mengangguk kecil. Membalas pelukan Agaza dengan mengalungkan lengannya di leher suaminya, merapatkan tubuhnya hingga kini ia yang bertopang pada tubuh Agaza. 

Sebuah dehaman membuat keduanya terlonjak kaget, kemudian saling melepaskan pelukan. Menatap ke arah pintu dapur, sudah berdiri Sekar dengan wajah tidak sukanya. Wanita itu menatap tajam kepada sang menantu. 

"Kamu dicariin suami saya tuh," ucapnya sinis. 

Dari yang Sasya tahu, pernikahan keduanya terjadi karena adanya janji dari ayahnya Agaza yang entah berapa tahun lalu pernah dibantu Papanya. Ayah mertuanya itu berjanji akan menikahkan Agaza dengan Sasya jika ia menang tender dari bantuan Papanya Sasya. Hal itu benar-benar terjadi, tanpa sepengetahuan Sekar. Jadi, wajah saja jika saat ini wanita paruh baya itu tidak menyukai Sasya—ralat, belum menyukai lebih tepatnya. 

Sasya membersihkan tangannya sekali lagi, kemudian keluar dapur untuk menemui ayah mertuanya. 

Pria paruh baya yang masih tampak gagah itu tersenyum cerah saat matanya menangkap sosok Sasya yang berjalan mendekat. Sasya langsung memberi salam kepada ayah mertuanya itu. Seperti yang Sekar katakan. Ia harus lebih punya tata krama. 

"Akhirnya kita bisa bertemu juga! Sebagai ayah dan anak," ucap pria itu dengan semangat sambil menyuruh Sasya duduk di sampingnya. "Gimana kabarmu, Nak? Agaza memperlakukanmu dengan baik, 'kan?" tanya ayah mertuanya. 

"Baik, Ayah. Agaza juga memperlakukan aku dengan baik," jawabnya agak canggung. 

Pasalnya ayah mertuanya ini bersikap terlalu ramah, layaknya seorang ayah yang bicara kepada puterinya. Persis seperti yang pria itu katakan barusan. Jadi, Sasya juga harus bisa mengambil sikap dan tindakan sebaik mungkin agar ayah mertuanya tidak menilainya buruk. 

"Ayah tuh sudah kepengin dari lama sebenarnya melamarmu untuk Agaza, tapi kata Papamu anaknya ini masih belum siap terus. Padahal Ayah tahu kalau yang belum siap itu Papamu, belum siap ditinggalkan puteri cantiknya ini."

Memang sejak kelulusannya tahun lalu dari pendidikan S2-nya Sasya tidak pernah mau diajak bicara mengenai pernikahan, hingga beberapa bulan lalu Papa memutuskan ingin menikahkannya tanpa bisa melakukan negosiasi. Soalnya dulu sebelum dirinya menempuh pendidikan S1, ia pernah mengatakan pada sang Papa bahwa tidak ingin menikah sebelum usianya benar-benar matang. Tanpa disangka, ternyata usia matang versi Papa ya sekarang ini. 

"Apalagi Agaza tuh ya, Sya ...,"

"Ayah! Saya rindu!" kata Agaza penuh penekanan. Memotong kalimat ayahnya yang pasti akan aneh-aneh. 

Karlex—Ayahnya Agaza—menoleh cepat ke sumber suara, melihat puteranya yang tampan menatapnya dengan wajah datar. Berbanding terbalik dengan kalimat luar biasa yang anaknya itu katakan. Tapi, tak urung juga memunculkan senyum manis di wajah pria paruh baya itu. Setelah anaknya dekat, dengan cepat Karlex memeluk Agaza dengan erat. Menyalurkan rindu yang entah sejak kapan sudah memenuhi relung hatinya. 

"Awas loh kalau ayah ngomong yang aneh-aneh sama istriku," bisik Agaza penuh ancaman. 

Karlex langsung terbahak. Harusnya ia sudah bisa menebak sejak awal kalau Agaza yang tiba-tiba mengatakan rindu pasti ada maksud lain. Anaknya yang datar ini bahkan hampir tidak pernah mau mengungkapkan perasaannya pada keluarga sendiri, dan sekarang jika ia sudah berani mengatakan hal seperti itu berarti memang terjadi sesuatu pada diri anaknya. 

"Ayah kenapa ketawa kayak gitu?" tanya Sekar dari arah belakang. Membawakan dua gelas teh yang masih mengepulkan asap. 

"Tidak, Bun. Tadi Agaza bisikin sesuatu yang lucu, makanya Ayah ketawa." 

Sekar mengernyitkan dahinya bingung. Agaza? Mengatakan kalimat lucu? Memang bisa, ya? Sekar saja baru tahu fakta itu. Sedangkan Sasya ikut tersenyum, apalagi melihat wajah Agaza yang semakin datar saja setelah pelukan ayah-anak itu terlepas. 

"Ah, ya sudah ini di minum tehnya," ujar Sekar dengan wajah semringah. "Kamu, ikut saya ke atas!" lanjutnya sambil melirik sinis ke arah Sasya. 

"Bun, nggak baik ah sama menantu kayak gitu!" tegur Karlex dengan wajah berwibawa. 

"Belain saja terus! Buat menantumu ini besar kepala!" sahut Sekar dengan kesal. Wanita itu bahkan berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya. Keduanya menaiki undakan tangga persis seperti pembantu dan majikan. Iya, Sekar majikannya dan Sasya pembantunya. 

|¤|

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   01 | Kesepakatan

    Setelah mengucapkan ijab kabul tanpa kesalahan, kini Agaza bersanding dengan Sasya—istrinya—di pelaminan yang berada di bagian paling depan gedung pernikahan mereka. Menebar senyum manis—yang palsu—pada semua tamu yang melihat ke arah mereka. Sasya bahkan berkali-kali menggerutu karena acaranya lama sekali berakhir. Dan Agaza berusaha untuk memberi pengertian pada istri kecilnya itu. "Sebentar lagi, lima menit. Setelah itu kita langsung ke kamar, saya juga sudah lelah."Begitulah ucapannya empat menit tujuh belas detik yang lalu. Sasya masih harus menunggu beberapa detik untuk mengajak suaminya meninggalkan acara super mewah itu. Dia ingin istirahat dan sedikit bermain-main dengan Agaza. Pria pedofil yang beruntung menjadi suaminya."Ayo pergi, gue capek nih!" katanya serampangan. Tidak pakai etika sama sekali. Agaza menurut, menarik pinggang ramping istrinya untuk turun dari atas pelaminan dan berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Yang dibalas dengan godaan dari semua yang mend

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   02 : Sakit Perut

    Saat ini semua berkumpul di meja makan restoran hotel yang mereka sewa untuk acara pernikahan Sasya dan Agaza. Kedua orang tua Agaza sudah lebih dulu pulang karena Marina-neneknya Agaza-sudah harus kembali ke negara asalnya, Spanyol. Yap, Agaza memang memiliki darah campuran Spanyol-Arab. Tapi, ayahnya merantau ke Indonesia dan bertemu ibunya yang asli orang Jawa. Menikah dan tinggal di Indonesia sampai Agaza sebesar sekarang. Mereka hanya akan pulang kampung saat libur tiba. Sekarang hanya ada kedua orang tua Sasya, Bang Ghani, dan Mesya-kakak Agaza, Tante Mika, dan Bude Ria serta suami dua orang tua itu. Yang lain sudah pulang karena harus mengurus rumah dan ada acara lain di hari minggu yang cerah ini. Segala jenis makanan sudah terhidang di atas meja makan khusus keluarga mereka. Mulai dari masakan Nusantara hingga masakan perpaduan dua budaya. Sasya sendiri lebih suka makan masakan yang setengah matang. Misal, sayur yang direbus hanya lima menit, salmon atau tuna yang di pangga

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   03 | Tamu Istimewa

    Sejak bangun dari tidurnya pagi tadi, Sasya sudah merasakan nyeri yang luar biasa di perutnya. Setelah mengecek ternyata benar, bahwa tamu istimewanya datang. Selama membereskan barang mereka, Sasya masih berusaha menahan sakitnya, tapi begitu mereka tiba di rumah milik Agaza ia tidak bisa menahannya lagi. Wanita itu langsung duduk sambil menekuk kakinya di sofa ruang tamu. Sementara suaminya mengurus beberapa perkara pada Pak RT agar tidak terjadi salah paham karena dirinya membawa seorang wanita ke rumahnya. Memang benar, orang sekitar rumahnya tidak tahu jika ia akan menikah karena Agaza sendiri jarang berada di rumah. Begitu Agaza sampai di rumah, yang ia dapati adalah koper Sasya yang masih tergeletak di lantai, sedangkan wanita itu meringkuk di atas sofa sambil meringis kecil. Didekatinya wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, mengecek suhu tubuh Sasya dengan punggung tangannya. Ia beralih ke dapur untuk mengambil air dan menyuruh Sasya meminumnya. Wanita berusia dua pulu

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   04 | Agaza Mesum!

    Sudah dua hari ini Agaza sibuk dengan pekerjaannya. Setelah kejadian malam itu, mereka belum pernah terlibat percakapan yang terlalu lama. Paling sekadar menyapa atau saling bertanya kegiatan apa yang keduanya lakukan setiap harinya. Semua cukup, karena kalau berlebihan Sasya takut jantungnya tidak akan kuat. Agaza itu kalau sudah perhatian manisnya tidak ketulungan! Tadi setelah Agaza pergi bekerja, Sasya juga pergi dari rumah. Ia menemui teman-teman sosialitanya, membicarakan banyak hal tentang make up, trend fashion, sepatu, serta tas branded. Dibesarkan dari kalangan atas, membuat Sasya tumbuh menjadi gadis manja dan suka menghambur-hamburkan uang-—jauh sekali dari khayalan orang tentang gadis kaya yang mandiri. Bersama dengan teman-temannya itu, Sasya bertemu di salah satu restoran ternama di ibu kota. Menikmati seporsi makanan kecil dengan harga selangit. Andai saja Sasya bukan orang kaya, maka dirinya juga akan sayang harus menghabiskan uang sebanyak itu. Tapi, berhubung ia

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   05 | Bertemu Mantan

    Yang bisa Sasya lakukan dari tadi hanya berjalan dan mendorong troli. Mereka sedang berada di modern market--sesuai dengan permintaan sang istri. Sasya yang memang seumur hidupnya tidak pernah ke pasar jadi tidak tahu keperluan apa saja yang biasa dibutuhkan untuk masak-memasak di dapur. Beberapa kali mengusulkan jenis makanan, tapi Agaza menolak. Ya, bagaimana tidak menolak jika yang ditawarkan itu makanan cepat saji? Agaza 'kan bukan penikmat makanan tidak sehat itu. Sesekali boleh, tapi bukan diletakkan sebagai persediaan. Kakinya sudah pegal, tapi sang suami belum juga selesai mencari stok makanan yang dibutuhkan. Akhirnya Sasya duduk, di bawah troli yang sedari tadi didorongnya. Bodo amat dengan tatapan aneh orang kepadanya. Agaza yang merasa tidak lagi mendengar protes dan keluhan dari sang istri langsung memutar lehernya ke belakang, mencari keberadaan Sasya yang ternyata sudah duduk dengan tidak tahu malunya di lorong market ini. Di antara sayur-mayur segar. Ia terkekeh dan

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   06 | Rumah Ibu Mertua

    Nanti kalau kamu sudah cinta saya bilang ya? Soalnya saya bukan peramal yang bisa tahu perasaanmu.|¤|SASYA benar-benar menepati kata-katanya sebelum pergi tadi. Wanita itu memborong banyak jenis dan merk make up. Menghabiskan hampir sebulan gaji suaminya. Agaza hanya bisa menghela napas sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet, menyerahkan kartu itu kepada pramuniaga dengan perasaan sedikit tidak rela.Setelah puas karena sudah mendapatkan apa yang ia inginkan sejak lama, Sasya kembali mengajak Agaza turun ke lantai dasar. Masuk ke restoran dan memilih menu makanan untuknya, tanpa perlu repot memesankan untuk Agaza juga. Dan kembali, uang dengan angka lima dan enam nol habis dalam hitungan jam saja. Lagi-lagi Agaza menghela napas, mengecek saldo rekeningnya melalui telepon pintar yang ... yang sudah bisa dipastikan bahwa sebulan ke depan Agaza harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan isi rekeni

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   05 | Bertemu Mantan

    Yang bisa Sasya lakukan dari tadi hanya berjalan dan mendorong troli. Mereka sedang berada di modern market--sesuai dengan permintaan sang istri. Sasya yang memang seumur hidupnya tidak pernah ke pasar jadi tidak tahu keperluan apa saja yang biasa dibutuhkan untuk masak-memasak di dapur. Beberapa kali mengusulkan jenis makanan, tapi Agaza menolak. Ya, bagaimana tidak menolak jika yang ditawarkan itu makanan cepat saji? Agaza 'kan bukan penikmat makanan tidak sehat itu. Sesekali boleh, tapi bukan diletakkan sebagai persediaan. Kakinya sudah pegal, tapi sang suami belum juga selesai mencari stok makanan yang dibutuhkan. Akhirnya Sasya duduk, di bawah troli yang sedari tadi didorongnya. Bodo amat dengan tatapan aneh orang kepadanya. Agaza yang merasa tidak lagi mendengar protes dan keluhan dari sang istri langsung memutar lehernya ke belakang, mencari keberadaan Sasya yang ternyata sudah duduk dengan tidak tahu malunya di lorong market ini. Di antara sayur-mayur segar. Ia terkekeh dan

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   04 | Agaza Mesum!

    Sudah dua hari ini Agaza sibuk dengan pekerjaannya. Setelah kejadian malam itu, mereka belum pernah terlibat percakapan yang terlalu lama. Paling sekadar menyapa atau saling bertanya kegiatan apa yang keduanya lakukan setiap harinya. Semua cukup, karena kalau berlebihan Sasya takut jantungnya tidak akan kuat. Agaza itu kalau sudah perhatian manisnya tidak ketulungan! Tadi setelah Agaza pergi bekerja, Sasya juga pergi dari rumah. Ia menemui teman-teman sosialitanya, membicarakan banyak hal tentang make up, trend fashion, sepatu, serta tas branded. Dibesarkan dari kalangan atas, membuat Sasya tumbuh menjadi gadis manja dan suka menghambur-hamburkan uang-—jauh sekali dari khayalan orang tentang gadis kaya yang mandiri. Bersama dengan teman-temannya itu, Sasya bertemu di salah satu restoran ternama di ibu kota. Menikmati seporsi makanan kecil dengan harga selangit. Andai saja Sasya bukan orang kaya, maka dirinya juga akan sayang harus menghabiskan uang sebanyak itu. Tapi, berhubung ia

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   03 | Tamu Istimewa

    Sejak bangun dari tidurnya pagi tadi, Sasya sudah merasakan nyeri yang luar biasa di perutnya. Setelah mengecek ternyata benar, bahwa tamu istimewanya datang. Selama membereskan barang mereka, Sasya masih berusaha menahan sakitnya, tapi begitu mereka tiba di rumah milik Agaza ia tidak bisa menahannya lagi. Wanita itu langsung duduk sambil menekuk kakinya di sofa ruang tamu. Sementara suaminya mengurus beberapa perkara pada Pak RT agar tidak terjadi salah paham karena dirinya membawa seorang wanita ke rumahnya. Memang benar, orang sekitar rumahnya tidak tahu jika ia akan menikah karena Agaza sendiri jarang berada di rumah. Begitu Agaza sampai di rumah, yang ia dapati adalah koper Sasya yang masih tergeletak di lantai, sedangkan wanita itu meringkuk di atas sofa sambil meringis kecil. Didekatinya wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, mengecek suhu tubuh Sasya dengan punggung tangannya. Ia beralih ke dapur untuk mengambil air dan menyuruh Sasya meminumnya. Wanita berusia dua pulu

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   02 : Sakit Perut

    Saat ini semua berkumpul di meja makan restoran hotel yang mereka sewa untuk acara pernikahan Sasya dan Agaza. Kedua orang tua Agaza sudah lebih dulu pulang karena Marina-neneknya Agaza-sudah harus kembali ke negara asalnya, Spanyol. Yap, Agaza memang memiliki darah campuran Spanyol-Arab. Tapi, ayahnya merantau ke Indonesia dan bertemu ibunya yang asli orang Jawa. Menikah dan tinggal di Indonesia sampai Agaza sebesar sekarang. Mereka hanya akan pulang kampung saat libur tiba. Sekarang hanya ada kedua orang tua Sasya, Bang Ghani, dan Mesya-kakak Agaza, Tante Mika, dan Bude Ria serta suami dua orang tua itu. Yang lain sudah pulang karena harus mengurus rumah dan ada acara lain di hari minggu yang cerah ini. Segala jenis makanan sudah terhidang di atas meja makan khusus keluarga mereka. Mulai dari masakan Nusantara hingga masakan perpaduan dua budaya. Sasya sendiri lebih suka makan masakan yang setengah matang. Misal, sayur yang direbus hanya lima menit, salmon atau tuna yang di pangga

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   01 | Kesepakatan

    Setelah mengucapkan ijab kabul tanpa kesalahan, kini Agaza bersanding dengan Sasya—istrinya—di pelaminan yang berada di bagian paling depan gedung pernikahan mereka. Menebar senyum manis—yang palsu—pada semua tamu yang melihat ke arah mereka. Sasya bahkan berkali-kali menggerutu karena acaranya lama sekali berakhir. Dan Agaza berusaha untuk memberi pengertian pada istri kecilnya itu. "Sebentar lagi, lima menit. Setelah itu kita langsung ke kamar, saya juga sudah lelah."Begitulah ucapannya empat menit tujuh belas detik yang lalu. Sasya masih harus menunggu beberapa detik untuk mengajak suaminya meninggalkan acara super mewah itu. Dia ingin istirahat dan sedikit bermain-main dengan Agaza. Pria pedofil yang beruntung menjadi suaminya."Ayo pergi, gue capek nih!" katanya serampangan. Tidak pakai etika sama sekali. Agaza menurut, menarik pinggang ramping istrinya untuk turun dari atas pelaminan dan berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Yang dibalas dengan godaan dari semua yang mend

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status