Share

04 | Agaza Mesum!

Author: Mochallate
last update Last Updated: 2025-01-18 11:07:51

Sudah dua hari ini Agaza sibuk dengan pekerjaannya. Setelah kejadian malam itu, mereka belum pernah terlibat percakapan yang terlalu lama. Paling sekadar menyapa atau saling bertanya kegiatan apa yang keduanya lakukan setiap harinya. Semua cukup, karena kalau berlebihan Sasya takut jantungnya tidak akan kuat. 

Agaza itu kalau sudah perhatian manisnya tidak ketulungan! 

Tadi setelah Agaza pergi bekerja, Sasya juga pergi dari rumah. Ia menemui teman-teman sosialitanya, membicarakan banyak hal tentang make up, trend fashion, sepatu, serta tas branded. Dibesarkan dari kalangan atas, membuat Sasya tumbuh menjadi gadis manja dan suka menghambur-hamburkan uang-—jauh sekali dari khayalan orang tentang gadis kaya yang mandiri. 

Bersama dengan teman-temannya itu, Sasya bertemu di salah satu restoran ternama di ibu kota. Menikmati seporsi makanan kecil dengan harga selangit. Andai saja Sasya bukan orang kaya, maka dirinya juga akan sayang harus menghabiskan uang sebanyak itu. Tapi, berhubung ia punya ayah dan suami kaya, maka tidak ada salahnya sesekali mengeluarkan uang dengan harga fantastis dalam sekali telan. 

"Salad di sini enak banget! Sumpah gue, nggak bohong," cetus Riana, seorang Ibu rumah tangga beranak satu. Suaminya pelaut, uang banyak meski jarang pulang. 

"Cheese cakenya juga enak!" tambah Merry, seorang model yang tahun depan rencananya akan pensiun. 

Mereka asyik dengan menu masing-masing, sedangkan Sasya malah ingin dibuatkan telur mata sapi yang kuningnya berada pas di tengah, dimasak dengan setengah matang. 

"Sya, lo mau pesan apa?" tanya Jihan yang kini menyodorkan buku menu. 

Sasya menggeleng dan tersenyum kecil. Ia tidak ingin pesan apa pun, mendadak perutnya kenyang mendengar ucapan menu yang teman-temannya sebutkan. 

"Jatuh miskin lo semenjak nikah?" kelakar Merry dengan seenak jidatnya. "Sudah pesan aja, nanti gue yang bayar," lanjut wanita itu kemudian.

"Eh?" Sasya kaget, merasa diremehkan. "Enak aja! Suami gue itu pengusaha kaya, asal kalian tahu! Sudah pesan aja, nanti gue yang bayar!" ucap Sasya sombong. 

Teman-temannya tersenyum puas, merasa berhasil memancing gengsi Sasya yang selangit. Selalu menguntungkan untuk mereka. Itu juga salah satu alasan mereka betah berteman dengan Sasya, meski sikap wanita itu kadang suka seenaknya dan selalu mau menang sendiri. 

Memang begitu, tidak semua teman yang ada di dekat kalian benar-benar tulus. Sebagian dari mereka hanya memanfaatkan kalian sebagai pemuas keinginan rakus mereka. 

Sasya kembali terdiam. Memikirkan kira-kira siapa yang bisa membuatkan menu telur mata sapi seperti yang diinginkannya. Kalau di rumah dulu, abangnya bisa membuat menu itu, tapi tidak dengan sekarang. Tidak mungkin juga Sasya menyusul abangnya keluar negeri hanya untuk minta dibuatkan telur mata sapi dengan kuning tepat di tengah dan dimasak setengah matang. Maka, satu-satunya cara adalah belajar membuatnya sendiri. Meski ia ingin dibuatkan dan keinginan itu sepertinya sulit tercapai, maka ia lebih memilih belajar. Soal hasil, lihat sendiri saja nanti. 

|¤|

Ini sudah percobaan ke sekian kali, tapi telur mata sapi yang dibuatnya belum ada yang berhasil. Ada yang pecah saat dibuka, pecah saat dibalik, letaknya tidak tepat di tengah dan ini yang terakhir malah tidak bulat, tapi oval. 

Sasya mendesah lelah karena usahanya belum membuahkan hasil. Bahkan wanita itu tidak menyadari kehadiran Agaza yang sejak tadi duduk di stool bar—mengamati kerepotan istrinya dengan kening berkerut dalam. 

Pria itu berdeham kencang untuk mendapat perhatian istrinya. Benar saja, Sasya langsung berbalik dengan mengacungkan spatula sebagai bentuk perlindungan diri. Agaza terkekeh saat melihat wajah Sasya yang kucel dan penuh kewaspadaan. 

"Eh, lo kapan pulang?" tanya Sasya gugup. Ia langsung menurunkan tangannya, membuang spatula itu ke bak cuci piring. 

"Sudah lima menit," jawabnya tak acuh. Agaza turun dari kursi dan berjalan mendekati Sasya, mengacak gemas rambut istrinya yang diikat asal-asalan. "Lucu banget sih rambutnya!" ucapnya gemas. 

Sasya sudah tidak tahu bagaimana rupa wajahnya, apalagi pipinya. Karena tiba-tiba perutnya mulas dan pipinya panas sampai ke telinga saat Agaza mengatakan rambutnya lucu barusan. 

SUAMI SIAPA SIH INI?! 

"Kamu ngapain di dapur? Mau masak buat saya?" Agaza bertanya singkat sambil melirik ke belakang tubuh Sasya yang bentukannya sudah seperti ... kapal titanic yang menabrak tebing es. Kacau. 

"Enak aja! Gue ... gue, eum mau coba bikin camilan aja," jawab Sasya setengah bergumam. 

Agaza mengangguk-angguk meski tidak yakin pada jawaban istrinya. Camilan apa sih memangnya sampai menghabiskan telur satu papan? Mana belum ada yang jadi lagi, yang ada cuma telur goreng yang berserakan di atas piring samping kuali. 

Merasa tidak dipercayai, Sasya kembali bicara. "Sebenarnya gue pengin telur mata sapi yang kuningnya ada di tengah," katanya pelan, nyaris tidak terdengar. Untungnya rumah mereka sepi.

"Telur goreng?" Sasya mengangguk cepat. "Setengah matang?" Lagi-lagi ia mengangguk cepat. Sangat semangat. 

Agaza membuka kemeja putihnya, menyisakan singlet putih yang menampakkan otot-otot lengannya yang sempurna. Tanpa mengatakan banyak hal, pria itu sudah berada dibalik kompor dan berkutat dengan sisa telur mentah yang akan diolah. Agaza hanya menanyakan 'berapa banyak' setelah mendapat jawaban, pria itu kembali sibuk dengan kegiatannya. 

Sepuluh menit kemudian lima telur mata sapi dengan kuning bulat sempurna, berada di tengah, di goreng setengah matang sudah berada di depan matanya. Tersedia dengan sangat cantik dan rapi, beserta saus, kecap, dan mayonnaise. 

Mata Sasya langsung berbinar bahagia. Ia mengambil satu, memotong di bagian tengah setelah dilumuri saus dan kecap, kemudian memakannya perlahan. Enak. Sangat enak malahan. Ia menoleh ke arah Agaza yang juga sedang menatapnya dalam diam. Menyuapi pria itu. Kemudian fokus pada makannya kembali. Ya ampun, Sasya benar-benar puas dengan masakan Agaza. 

"Lain kali, kalau mau sesuatu katakan saja. Jangan menahan diri, dan sok-sokan buat sendiri," celetuk Agaza tiba-tiba. Membuat telur goreng ketiga menggantung di udara dan diletakkan kembali ke piring. Sasya sudah tidak nafsu makan. 

"Ikhlas nggak sih lo buatinnya? Kalau nggak ikhlas, biar gue muntahin nih!" ancamnya.

"Muntahin coba," tantang Agaza. Pria itu sudah berdiri di samping Sasya, membungkuk ke arah istrinya. "Ke mulut saya langsung. Sini!" imbuh Agaza. 

Sasya kesal dibuatnya. Ia kira Agaza akan mengatakan maaf dan menyuruhnya melanjutkan makan telur goreng yang tertunda, tapi? Ya Tuhan, kenapa sikap suaminya jadi menyebalkan begini sih?! 

Disaat Sasya masih sibuk dengan pikirannya sendiri, Agaza sudah semakin membungkukkan tubuhnya. Sebelah tangannya menahan tengkuk Sasya. Pria itu mencium ujung bibir Sasya, menjulurkan lidahnya dan membersihkan ujung bibir Sasya yang terkena saus. Sebelum Sasya sadar, pria itu sudah lebih dulu menjauhkan wajahnya, menaiki tangga dengan tergesa.

"AGAZA! SEKALI LAGI LO AMBIL KESEMPATAN, GUE POTONG BURUNG LO YA!!!"

|¤|

Malam ini Sasya menyuruh Agaza tidur diluar. Wanita itu masih kesal sekaligus malu akan tindakan tiba-tiba yang Agaza lakukan padanya. Wajahnya masih memanas saat mengingat kejadian itu. Berkali-kali merutuki diri, kenapa sadarnya lama sekali? 

"Kamu beneran suruh saya tidur di luar, Sya? Banyak nyamuk loh, ini." Pria itu ada di balik pintu yang terkunci, mengetuk pintu itu berkali-kali. 

Sasya tidak peduli. Wanita itu tetap pada pendiriannya. Membiarkan Agaza diluar, mengesampingkan kewajibannya yang harus nurut suami. 

"Saya tidur di sofa deh kalau tidak boleh satu ranjang," ucap pria itu lagi, masih belum menyerah. 

Dan istrinya masih keras kepala. Meski belum tidur dan masih mendengar ocehan Agaza, Sasya malas untuk menyahuti. Kedongkolan masih menghinggapi dirinya. Sampai rasanya pengin motong burungnya Agaza beneran. Lagian sih, orang lagi PMS digodain. 

"Saya lain kali tidak akan seperti tadi lagi, deh. Lain kali izin dulu sebelum cium kamu," lagi. Agaza masih berusaha. Di luar ia sudah menggaruk-garuk wajahnya yang digigit nyamuk. Masalahnya tuh sekarang Agaza cuma pakai singlet dan celana selutut, warna hitam pula. 

"Makanya jangan modus mulu, lo!" jerit Sasya sambil bangkit. Mencari kunci yang ia letakkan di atas nakas. 

Kasihan juga lihat suami digigit nyamuk, lebih bagus 'kan kalau dia yang gigit. Eh. 

Pintu terbuka bersamaan dengan Agaza yang terjengkang. Pria itu mengusap bokongnya yang sakit. Mengadu dan minta bantu diusapin yang langsung kena pukul oleh Sasya. 

Dikasih mantan minta gebetan sih! Nggak tau diri. 

"Galak banget sih Nyonya," ucap Agaza pelan. Pria itu bangkit dengan bantuan Sasya yang berbaik hati. 

"Lo sekali lagi nyosor-nyosor kayak tadi beneran gue kunciin lo di luar! Di luar rumah sekalian!" peringatnya ketus. 

"Iya, Nyonya." Kali ini suaranya lebih keras. "Tapi, kalau meluk saat tidur boleh, 'kan?" Sasya mengangguk singkat. 

Mendapat persetujuan seperti itu membuat sudut bibir Agaza melengkung, membentuk senyum manis. Pria itu langsung memeluk Sasya, mengangkat tubuh kecil istrinya dan membawa berbaring di atas kasur. Agaza menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka dan langsung jatuh tertidur dengan menyelipkan kepalanya di ceruk leher istrinya. 

Sasya kegelian dengan embusan napas Agaza, tapi tidak banyak protes. Ia tahu suaminya pasti lelah seharian bekerja, membuatkan telur goreng untuknya, ditambah lagi hukuman kecil darinya tadi yang membuat sebagian wajah suaminya memerah akibat gigitan nyamuk. Tangannya mengusap lembut punggung lebar suaminya, membalas pelukan erat dari Agaza dengan pelukan tak kalah erat. 

|¤|

Agaza malas bekerja. Hari ini ia ingin menghabiskan waktu dengan mengajak istrinya belanja. Kebetulan juga bahan masakan di kulkas sudah habis, apalagi stok telur yang tidak tersisa satu butir pun—berkat kerja keras istrinya. 

"Lo yakin mau ngajak gue belanja bahan masakan?" tanya Sasya sangsi. "Gue lebih suka diajak ke mal sih, beli baju atau make up." 

Agaza mengangguk saja, tangannya masih sibuk menari di atas ponsel. Memberitahu pada Sekretarisnya jika ia akan libur sampai senin nanti. "Nanti setelah belanja bahan masakan, kita ke mal," sahutnya tak acuh. 

Sasya mencebikkan bibirnya, merasa terabaikan. Wanita itu mengambil ponsel Agaza, mengantongi benda sialan itu. Membuat sang empunya menatap tajam padanya. Namun langsung berganti dengan tatapan khawatir. Agaza tahu kalau Sasya tidak suka diabaikan, dan sialnya hal itu baru saja ia lakukan. 

"Sini," Agaza menepuk ruang kosong di sampingnya, mengajak Sasya duduk bersama. 

Wanita itu menurut, duduk sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Tidak berniat sedikitpun menoleh ke arah sang suami. 

"Kamu ... mau belanja make up?" Sasya mengangguk, tapi masih tidak mau menoleh. "Nanti kita beli, ya? Jangan cemberut gitu!" bujuk pria itu. 

Tidak lucu 'kan kalau usaha menaklukan hati istrinya gagal hanya karena masalah sepele? Mengabaikan sang pujaan hati misalnya. 

"Mau yang keluaran terbaru pokoknya!"

Agaza mengangguk. "Iya, yang paling baru. Yang mahal. Yang banyak," sahutnya frustasi. 

Belum sebulan nikah isi ATM sudah mau ludes saja.

"Dengan syarat," lanjut Agaza. Biarlah saldo ATM-nya berkurang banyak, asal ia dapat yang diinginkannya. 

Sasya menoleh cepat, memicing tidak suka ke arah Agaza. "Apa? Jangan aneh-aneh ya, lo!" tapi, tetap saja setuju. Yah, asal bisa beli make up incarannya. 

"Cium saya sini," ucapnya tanpa beban. "Ini saya minta loh ya, bukan asal nyosor kayak kemarin," imbuh Agaza sebelum kena semprot lagi. 

Ini kenapa laki kalau udah nikah pikirannya nggak jauh dari dada, selangkangan sama bibir, sih?! 

Pasrah. Sasya menurut lagi. Entahlah sudah berapa kali ia bersikap layaknya istri idaman. Ia mendekat, mengalungkan lengannya di leher Agaza, mengelus pelan belakang kepala pria itu sebelum menyatukan bibirnya. Hanya ciuman ringan, tanpa pergerakan. Sebelum Agaza yang memulainya, melumat bibir Sasya sambil tangannya meremas paha Sasya. Sasya memejamkan matanya, antara menikmati dan mencoba mencari kesadarannya. Tidak ia temukan. Jadi, yang bisa ia lakukan hanya diam, tanpa membalas atau pun menolak perlakuan Agaza. Hingga ketika ia sudah mulai kehabisan napas barulah Agaza melepas tautan bibir mereka, Agaza menempelkan dahi keduanya. 

"Agaza mesum!" gumam Sasya di tengah deru napasnya yang masih berlomba. 

Agaza terkekeh pelan mendengar gumaman Sasya. Ia menarik pinggang Sasya agar merapat, tidur di atas sofa dengan keadaan tubuh ditimpa Sasya. Sebentar saja, Agaza ingin memeluk wanita itu sebelum beraktivitas hari ini. Entah sejak kapan dirinya bersikap mesum seperti ini, pikirannya hanya bibir Sasya terus, sesekali juga memikirkan cara memasuki wanita itu. 

|¤|

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   05 | Bertemu Mantan

    Yang bisa Sasya lakukan dari tadi hanya berjalan dan mendorong troli. Mereka sedang berada di modern market--sesuai dengan permintaan sang istri. Sasya yang memang seumur hidupnya tidak pernah ke pasar jadi tidak tahu keperluan apa saja yang biasa dibutuhkan untuk masak-memasak di dapur. Beberapa kali mengusulkan jenis makanan, tapi Agaza menolak. Ya, bagaimana tidak menolak jika yang ditawarkan itu makanan cepat saji? Agaza 'kan bukan penikmat makanan tidak sehat itu. Sesekali boleh, tapi bukan diletakkan sebagai persediaan. Kakinya sudah pegal, tapi sang suami belum juga selesai mencari stok makanan yang dibutuhkan. Akhirnya Sasya duduk, di bawah troli yang sedari tadi didorongnya. Bodo amat dengan tatapan aneh orang kepadanya. Agaza yang merasa tidak lagi mendengar protes dan keluhan dari sang istri langsung memutar lehernya ke belakang, mencari keberadaan Sasya yang ternyata sudah duduk dengan tidak tahu malunya di lorong market ini. Di antara sayur-mayur segar. Ia terkekeh dan

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   06 | Rumah Ibu Mertua

    Nanti kalau kamu sudah cinta saya bilang ya? Soalnya saya bukan peramal yang bisa tahu perasaanmu.|¤|SASYA benar-benar menepati kata-katanya sebelum pergi tadi. Wanita itu memborong banyak jenis dan merk make up. Menghabiskan hampir sebulan gaji suaminya. Agaza hanya bisa menghela napas sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet, menyerahkan kartu itu kepada pramuniaga dengan perasaan sedikit tidak rela.Setelah puas karena sudah mendapatkan apa yang ia inginkan sejak lama, Sasya kembali mengajak Agaza turun ke lantai dasar. Masuk ke restoran dan memilih menu makanan untuknya, tanpa perlu repot memesankan untuk Agaza juga. Dan kembali, uang dengan angka lima dan enam nol habis dalam hitungan jam saja. Lagi-lagi Agaza menghela napas, mengecek saldo rekeningnya melalui telepon pintar yang ... yang sudah bisa dipastikan bahwa sebulan ke depan Agaza harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan isi rekeni

    Last Updated : 2025-01-29
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   07 | Buah Apel Yang Jatuh

    Namanya manusia. Kalau tidak menyukai, bisa jadi ia membenci.|¤|Yang sejak awal Sasya tahu tentang ibu mertuanya adalah wanita itu tidak menyukainya, belum menyukai lebih tepatnya. Kini ditambah fakta baru kalau ternyata ibu mertuanya memang membenci dirinya yang tiba-tiba datang sebagai menantu, padahal wanita itu sudah menyiapkan perempuan lain untuk Agaza. Dan karena Sasya, rencananya itu gagal, yang lebih parahnya lagi perempuan itu tetap ingin dinikahkan dengan Agaza. Tidak masalah walaupun jadi istri kedua.Tadi, Sekar memang mengajaknya naik ke lantai dua. Wanita itu membawa Sasya ke dalam ruangan yang ada di pojok lantai dua itu. Di sanalah Sasya diperlihatkan banyak potret ibu mertuanya bersama dengan Agaza, ayah mertuanya, dan perempuan yang diinginkan Sekar. Namanya Sinta. Gadis keturunan asli Jawa yang punya profesi sebagai chef di salah satu restoran mewah di Jakarta pusat. Wajah cantik, tutur

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   08 | Tantangan Suami-Istri

    Sasya terbangun dengan selimut putih tebal yang menutupi tubuhnya. Rasanya seluruh tulangnya lepas tadi malam. Agaza benar-benar menyita waktu tidurnya semalaman. Pria itu benar-benar menyiksanya, tapi entah kenapa Sasya menikmatinya. Waktu malamnya dihabiskan bersama Agaza, pria itu ... ah, dia pria yang tahu bagaimana cara memperlakukan seorang istri.Wanita itu turun, mengikat rambutnya jadi satu dengan asal kemudian beranjak untuk memakai bra kembali. Sasya harus selalu ingat ini, pakai bra saat keluar kamar. Agaza sudah tidak ada di sampingnya, padahal ini baru pukul enam lewat sepuluh menit.Aroma masakan yang tercium di indra penciumannya membuat langkah Sasya lebih cepat. Agaza tidak boleh lagi berkutik di dapur saat pagi. Sasya harus bisa menjadi istri yang baik mulai sekarang."Za!" jeritnya sambil menuruni anak tangga. Prianya menoleh, tersenyum manis dan merentangkan tangan.&nb

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   09 | Hasil Masakan Sasya

    Menu yang ibu mertuanya tentukan adalah kari kambing dengan ekstra cabai. Di bawah meja, Sasya mengetikkan resep cara membuat kari kambing terenak dan mengikuti setiap langkah yang ada di video. Karena daging kambing yang akan dimasak sudah terlebih dahulu dibuat empuk oleh ibu mertuanya, jadilah mereka hanya tinggal meracik bumbu.Kurang dari satu jam keduanya menyelesaikan tantangan memasak. Hanya jadi satu mangkuk, iya karena cuma untuk dicicipi oleh Agaza dan Sekar saja. Karena Agaza belum percaya dengan hasil masakan Sasya, ia segera mengambil masakan buatan istrinya dan buatan Sinta diberikan pada ibunya."Saya yang coba masakan Sasya lebih dulu, Bun," katanya sebelum Sekar protes.Karena itu ucapan Agaza, maka Sekar akan menurut saja. Wanita itu juga lebih tertarik menikmati masakan Sinta yang sudah ia ketahui kualitasnya daripada harus repot-repot mencicipi masakan sang menantu walau hanya seuju

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   10 | Agaza Yang Manis

    Jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Agaza tadi sudah menodongnya untuk dibuatkan masakan, apa pun akan dimakannya. Berhubung pria itu sedang mengerjakan beberapa pekerjaan kantor, jadilah ia meminta Sasya untuk membuatkannya. Untuk sehari ini Agaza ingin melanggar idealisme tentang Sasya yang tidak perlu membuat masakan apa pun untuknya, untuk kali ini saja.Sesampainya di dapur, Sasya membuka kulkas, mencari bahan masakan apa yang bisa diolah. Tapi, ekor matanya menangkap rantang yang terletak di kitchen table. Baru teringat, masih ada kari yang dibuatnya tadi, terus kenapa harus repot memasak lagi?Wanita itu menutup kulkas, mengurungkan niat untuk memasak menu baru. Ia akan menyajikan kari kambing buatannya tadi untuk Agaza, toh pria itu tampak lahap memakan masakannya. Jadi, tidak salah dong kalau Sasya menghidangkan masakan yang sama?Sasya memindahkan masakan itu ke dalam wadah kecil yang ad

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   11 | Pelukan & Hijab Baru

    Agaza baru masuk kamar setengah jam kemudian disaat Sasya sudah kembali terbangun karena tidak merasakan pelukan hangat sang suami yang biasanya selalu mengisi tiap malamnya."Katanya ngantuk. Kenapa belum tidur?" tanya Agaza. Pria itu menyusun bantal kemudian menjatuhkan kepalanya. Membawa Sasya yang masih duduk untuk masuk dalam dekapannya. Hujan turun lagi, Sasya bisa kedinginan kalau tidak dipeluk."Sudah tidur gue, cuma kebangun lagi." Sasya mencari posisi nyaman dalam pelukan Agaza."Kecarian saya?" tanya pria itu percaya diri.Sasya mendengkus. Meski benar, tapi ia tidak mau mengakuinya. "Kepedean lo! Emang lo siapa harus gue cariin?""Loh, saya 'kan suami yang paling kamu cintai," jawab Agaza, lagi-lagi dengan kepercayaan diri yang tinggi."Memang gue pernah bilang cinta sama lo?"Gak pern

    Last Updated : 2025-02-25
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   12 | Itu ... Tegang?

    Setiap hari yang Sasya lewati semenjak perjanjian dengan Agaza dibuat tempo hari berjalan absurd. Sasya nyaris seperti orang gila di rumah. Rutinitasnya hanya sekedar makan-ke kamar mandi-rebahan-nyemil-nonton-shalat terus begitu sampai Agaza pulang dan mengajaknya bicara banyak hal. Sialnya adalah Agaza selalu memamerkan hal indah diluar rumah yang membuat Sasya harus menahan umpatan.Selama itu pula ia berpikir keras. Untuk menepati ucapannya memakai hijab atau membiarkan saja dirinya seperti ini sampai benar-benar siap yang artinya melanggar janji. Tapi, Sasya juga takut kalau melanggar janji, nanti jatuhnya jadi orang munafik. Mana mau Sasya jadi munafik, sudah pahala tidak banyak, ditambah dosa orang munafik, ih ngeri.Dan ... dan jika ia benar-benar pakai hijab, apakah dirinya akan sanggup? Jadi wanita anggun bertutur kata baik dan yang paling penting, dirinya tidak bisa lagi asal bertemu dengan teman prianya tanpa sepenget

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   28 : Tamu Tak Diundang

    "Yang harus kamu tahu, setiap orang itu bisa berubah."|¤|Agaza masih belum mau bicara padanya sejak dua hari lalu, ya sudah dua hari berlalu dan semuanya masih sama. Pria itu mungkin marah pada Sasya karena dengan seenaknya membicarakan hal yang tidak-tidak tentang sahabatnya, tapi Sasya juga kesal karena apa yang dia lihat bukan hal yang diada-adakan, semuanya memang terjadi. Sayangnya Sasya tidak punya bukti.Soal mencari kerja bahkan Sasya tidak melakukannya, alasannya karena tidak berani meminta izin keluar pada Agaza. Bicara saja tidak mau, boro-boro memberi izin. Begitu yang wanita itu pikirkan.Maka selama itu pula Sasya hanya diam di rumah, mencoba beberapa resep masakan dan membagikan hasilnya kepada tetangga. Kalau menurutnya gagal, Sasya akan membuang hasil kerja kerasnya itu ke tong sampah. Jangan harap Sasya akan memakannya, karena semua makanan dimasak dengan matang, dia hanya me

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   27 : Salah Paham

    "Coba pikirkan kembali, kira-kira apa yang salah dari dirimu?"|¤|Sasya akui bahwa mencari kerja tanpa relasi memanglah sulit. Kalau dihitung-hitung, sudah hampir dua minggu dirinya berkeliling mencari perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, tapi selama itu pula dirinya tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun, hatinya meyakini bahwa dia akan mendapat apa yang dibutuhkannya saat ini, yaitu pekerjaan.Wanita itu masuk ke dalam gedung berwarna pastel di depannya, berdoa semoga ini menjadi rezekinya."Oh iya, Mbak, kebetulan kami sedang mencari office girl di sini, mari saya antar masuk ke dalam." Begitu ujaran satpam ketika Sasya bertanya apakah perusahaan tersebut membuka lowongan pekerjaan atau tidak.Office girl katanya? Memang wajah Sasya dan setelannya terlihat seperti orang yang akan melamar menjadi tukang membuat kopi?

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   26 : Pembicaraan Suami-Istri

    Jarum pendek di jam dinding kamar mereka sudah menunjukkan pukul sebelas ketika keduanya masuk ke dalam kamar. Sasya mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang, lelah sekali rasanya setelah menjalani hari ini. Sedangkan Agaza memilih untuk membersihkan tubuhnya, dia memang tidak sempat mandi saat di rumah kedua orang tuanya, sibuk ndusel-ndusel seperti anak kucing pada Sasya.Ketika Agaza keluar dengan pakaian yang sudah lengkap pun, Sasya masih tidak beranjak. Dia masih memejamkan mata meskipun telinga mendengar suara pintu kamar mandi terbuka."Kamu nggak mandi, Sayang?" tanya Agaza seraya meletakkan handuk ke atas sofa di kamar mereka."Taruh handuk di tempat lo ngambil, Za!" peringat Sasya, sudah terlalu hafal dengan kebiasaan buruk sang suami.Agaza menurut. Pria itu kembali berjalan menuju sofa kamar mereka, mengambil handuk yang dilemparkannya, lalu beralih melangkah ke atas

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   25 : Alasan Sekar

    Makan malam sudah tersaji di atas meja makan dengan berbagai macam lauk yang Sekar masak. Semua hasil kerja kera Sekar, ya memang begitu kenyataannya. Mertuanya itu belum bisa percaya dengan kemampuan memasaknya.Agaza datang bersama Sinta, membuat mood Sasya yang sudah anjlok menjadi hancur berantakan. Sungguh, lama-lama dia muak juga dengan tingkah Sinta yang menyebalkan. Perempuan itu seperti tidak tahu malu, sudah jelas Agaza adalah suami orang lain, tapi bisa-bisanya dia masih menggodanya."Eh kalian pergi bareng tadi kesini? Wah, Bunda senang banget loh. Agaza harus sering-sering ngobrol sama Sinta," kata Sekar antusias."Ekhem!" deham Karlex cukup kencang, memperingatkan istrinya.Seolah tidak mendengar teguran itu, Sekar malah membawa Sinta dan Agaza di sisi kanan dan kirinya, menghela keduanya ke meja makan tanpa perduli bahwa kini Sasya sedang memperhatikan mereka. T

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   24 : Menantu Bunda

    "Membiasakan diri memang perlu untuk beberapa hal."|¤|Siklusnya masih sama. Ketika bangun pagi, Agaza akan langsung salat subuh, mandi, sarapan, dan langsung pergi kerja. Meskipun sudah jadi maniak, tapi jika urusan pekerjaan memang tidak bisa ditinggal. Dia akan kembali jadi sosok Agaza yang ambisius dan cuek seolah tidak pernah terjadi apa pun antara dirinya dan sang istri di hari sebelumnya.Di kantor, sudah banyak tugas yang menunggu diselesaikan.Ditambah kenyataan bahwa hari ini sang sekretaris tidak bisa hadir karena anaknya masih sakit. Agaza bukan bos kejam yang akan menahan seorang ibu di tempat pekerjaan sementara anaknya bertarung dengan kematian di rumah.Untungnya Agaza mandiri, dia bisa langsung menerima berkas yang harus dilihatnya. Namun, hal itu ternyata tidak begitu baik untuknya, karena jadi banyak orang yang masuk ke dalam ruanganny

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   23 : Siapa Ninta?

    Benar-benar menyebalkan.Sasya menyediakan makanan dan teh di dapur, sedangkan Agaza mengobrol dengan tamu mereka yang Sasya curigai sebagai selingkuhan suaminya itu. Oh, bahkan Agaza menyuruhnya menyiapkan semua ini tanpa merasa bersalah setelah membuatnya kelelahan hampir dua belas jam terakhir.Bukankah Agaza seperti memiliki kepribadian ganda? Mudah sekali berubah!Gerakan tangan Sasya terlampaui cepat saat memindahkan banyak camilan ke dalam wadah yang telah diambilnya, membuat satu gelas minuman lagi dengan rasa tidak rela. Benar-benar tidak rela!Setelah semuanya selesai, wanita itu meletakkan wadah berisi camilan dan gelas-gelas ke atas nampan. Membawa makanan dan minuman dengan langkah kaki cepat menuju ruang tamu.Sampai di sana dia mendapati pemandangan yang menyesakkan dada. Tidak kuat terlalu lama menahan bawaannya karena tangannya lemas, Sasy

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   22 : Beneran Selingkuh?

    Weekend seperti ini seharusnya digunakan sebaik mungkin berjalan-jalan keluar untuk menikmati udara segar setelah satu pekan yang menyesakkan, tapi menurut Agaza di waktu liburnya harus digunakan sebaik mungkin untuk bermesraan bersama istrinya.Sejak tadi pria itu tidak kunjung melepaskan istrinya yang hendak keluar dari dekapannya. Wanita dalam pelukannya sudah mengomel dan mengabsen nama binatang di dalam hatinya, tapi Agaza tak kunjung menuruti ucapannya.Sasya menggigit bahu Agaza berharap pria itu mau melepaskannya, tapi tidak. Harapan memang tidak pernah sesuai kenyataan. Alih-alih kesakitan dan melepaskan pelukannya, pria itu malah semakin erat memeluknya dan tertawa."Gemas banget sih punya istri," gumamnya."Gue nggak bisa napas, Agaza!""Mau dikasih napas buatan?" Agaza mendongak hanya untuk menatap iris kecokelatan milik istrinya dengan raut wajah po

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   21 : Agaza Merensahkan!

    Ini awalnya kan aku yang mau ngerjain, kok malah aku yang dikerjain, sih?|¤|Sasya berusaha mendorong tubuh Agaza yang menghimpitnya. Pria itu menahan tengkuknya agar tidak bergerak terlalu banyak, sementara bibirnya membungkam bibir mungil sang istri yang sedari tadi masih tidak membalas.Jujur saja, Sasya kewalahan menghadapi serangan suaminya. Agaza seperti pria yang sudah ahli dalam melakukan hal ini, itu juga yang sejak tadi malam bersarang di kepalanya. Ia berpikir apakah memang dirinya bukan yang pertama untuk Agaza?"Za!" protes Sasya begitu pergulatan dua benda kenyal tersebut terlepas.Agaza sengaja melepaskan ciumannya saat merasa bahwa Sasya sudah kehabisan napas. Ingin melanjutkan sebelum kegiatannya terhenti karena mendengar langkah kaki mendekat. Agaza buru-buru menjauhkan badan, Sasya melakukan hal yang sama. Keduanya merapikan tampilan, takut

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   20 : Tidak Terkendali

    Agaza menggerutu saat Tisya masuk membawa beberapa berkas lagi. Kali ini bukan tandatangan yang dibutuhkan, melainkan koreksian pada berkas perencanaan yang akan dilakukan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan furniture lain. Mungkin menggaet pengusaha-pengusaha kecil atau membangun relasi dengan pihak luar—selain pusat perusahaan mereka. Entahlah, Agaza juga tidak tahu karena belum membacanya.Meskipun mendapat posisi sebagai kepala cabang, Agaza selalu memiliki keinginan bisa membangun relasi diluar dari yang perusahaan pusat bangun. Dia ingin bagian yang dikelolanya bisa mandiri tanpa melupakan bahwa mereka punya perusahaan pusat."Ada lagi yang perlu saya kerjakan, Tisya?" tanyanya.Tisya menggeleng. "Sepertinya sih tidak, Pak. Tapi, nggak tahu kalau tiba-tiba bagian keuangan mengirim laporannya, mengingat ini sudah mendekati tenggat yang Bapak kasih.""Saya ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status