Share

03 | Tamu Istimewa

Author: Mochallate
last update Last Updated: 2025-01-18 10:54:57

Sejak bangun dari tidurnya pagi tadi, Sasya sudah merasakan nyeri yang luar biasa di perutnya. Setelah mengecek ternyata benar, bahwa tamu istimewanya datang. Selama membereskan barang mereka, Sasya masih berusaha menahan sakitnya, tapi begitu mereka tiba di rumah milik Agaza ia tidak bisa menahannya lagi. Wanita itu langsung duduk sambil menekuk kakinya di sofa ruang tamu. Sementara suaminya mengurus beberapa perkara pada Pak RT agar tidak terjadi salah paham karena dirinya membawa seorang wanita ke rumahnya. Memang benar, orang sekitar rumahnya tidak tahu jika ia akan menikah karena Agaza sendiri jarang berada di rumah. 

Begitu Agaza sampai di rumah, yang ia dapati adalah koper Sasya yang masih tergeletak di lantai, sedangkan wanita itu meringkuk di atas sofa sambil meringis kecil. Didekatinya wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, mengecek suhu tubuh Sasya dengan punggung tangannya. Ia beralih ke dapur untuk mengambil air dan menyuruh Sasya meminumnya. 

Wanita berusia dua puluh enam tahun itu menolak, masih bertahan pada posisinya meringkuk di sofa. Agaza khawatir, tentu saja, tapi begitu mengingat drama konyol yang Sasya lakukan kemarin malah membuat dirinya jadi meragukan, apa benar istrinya sedang sakit perut sungguhan kali ini? 

"Kamu beneran sakit atau hanya pura-pura?" tanya Agaza hati-hati. 

Di tengah ringisannya, Sasya menggerutu. Suami macam apa Agaza ini? Memang dia tidak bisa membedakan mana sakit sungguan dengan yang dibuat-buat? Dan lagi, apa gunanya kalau ia berpura-pura? Agar dapat perhatian seperti yang kemarin didapatkannya? Sialan, Agaza ini. Wanita itu beranjak, tanpa memedulikan pertanyaan Agaza ia berjalan terlatih ke arah kamar. Saat sadar, ia berbalik. "Di mana kamarnya?" tanya wanita itu ketus. 

"Eh, itu di atas. Kamar di depan tangga. Perlu saya bantu?" 

"Nggak perlu!" 

Sasya kembali berjalan. Ia menaiki tangga dengan berpegangan sekencang mungkin pada pegangan tangga kayu di sampingnya. Bahkan ia baru sadar kalau rumah ini punya gaya klasik dengan dominasi kayu jati di setiap sisi. Tiba di kamar, ia langsung naik ke atas kasur. Sambil melilit perut dengan selimut, mulutnya merintih sampai pada saat ia sudah benar-benar tidak kuat hingga meneteskan air mata. Mengalir deras disertai isakan kecil. 

Agaza sedikit percaya dengan keadaan Sasya saat ini. Istrinya itu benar-benar kesakitan jika melihat dari cara jalan wanita itu dan bagaimana tangan mungilnya meremas bagian perutnya sampai rasanya baju yang digunakan kusut. Pria itu membuatkan jamu dengan bahan yang ada; jahe dan kunyit. Lalu membawakan jamu itu beserta air hangat serta handuk untuk meredakan nyeri di perut istrinya, lagi. 

"Yang ...," panggilnya pelan. 

Sasya sedikit menoleh, setelah melihat bahwa Agaza yang ada di dekatnya ia kembali menutup matanya. Menggigit bibir bawahnya, berharap dengan itu nyerinya bisa berkurang. 

"Saya buatin jamu. Dulu kata Ayah, kalau Bunda sakit perut sering dibuatin jamu. Ini diminum," Agaza meletakkan baskom air hangat dan handuk yang dibawanya di atas nakas. Membantu Sasya meminum jamu itu dengan menggunakan sedotan plastik yang dibawanya. 

Rasa pahit dari jamu yang diminum tidak ada apa-apanya dibanding sakit di perutnya, bahkan alerginya tidak kumat. Sasya kembali memejamkan mata saat Agaza mulai membuka lilitan selimutnya, mengusap perutnya perlahan dengan handuk hangat. Itu tidak mengurangi sakit sedikit pun. Maka dengan keberanian yang entah dapat dari mana itu, Sasya menarik tangan Agaza yang bebas, meletakkan di atas perutnya yang rata tanpa penghalang apa pun. "Ja-jangan pakai handuk," katanya lirih. 

Sedangkan Agaza, pria itu terkejut dengan aksi yang barusan istrinya lakukan. Dengan mengantongi izin dari Sasya, ia mulai mengusapkan tangannya di atas permukaan kulit Sasya, sesekali memijat dan mencelupkan tangannya ke baskom agar tetap terasa hangat. Hal yang sama kembali terjadi, Sasya tertidur setelah mulai merasakan nyeri itu perlahan menghilang. 

Agaza mengembuskan napas keras-keras. Sumpah demi apa pun, ia tidak pernah menyentuh perempuan sampai ke arah sana, paling jauh itu cuma pegangan tangan—dan itu sudah lama ia lupakan sejak bertemu Sasya sembilan tahun lalu.

|¤|

Sasya terbangun dalam keadaan perut yang sudah mulai membaik. Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, sambil mengikat rambutnya ia melirik ke arah nakas, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Astaga, berapa lama ia tertidur di kamar asing ini? Kamar dengan dominasi kayu dengan cat pelitur berwarna abu-abu bercampur warna pink pucat. Ia tersenyum, Agaza memang mempersiapkan warna seperti ini untuknya atau memang sudah sejak lama berwarna sama? 

Pintu terbuka. Agaza berdiri dengan setelan santai; kaos polo warna donker dan celana training. Pria itu sudah lebih segar dari yang terakhir Sasya lihat. "Sudah baikan?" tanya Agaza sambil berjalan mendekat.

"Sudah. Lo eum ... lo sudah mandi?" Ia memejamkan mata saat menyadari kalimatnya. "Maksud gue, lo sudah bersih-bersih?" ralatnya. 

"Seperti yang kamu lihat, saya sudah lebih tampan dari sebelumnya," katanya dengan percaya diri. 

Sasya mendengkus mendengarnya. Ia lalu beranjak keluar kamar, meninggalkan Agaza yang entah mau melakukan apa. Turun ke dapur dan mengambil air untuk menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering. Dapur sudah bersih, padahal seingatnya tadi Agaza membuatkannya jamu. Apa Agaza semandiri itu sampai mengurus dapur sendiri? Beralih pada ruang tamu, sudah rapi juga. Kopernya bahkan sudah kosong dan terletak di bawah tangga. 

"Kamu mandi, deh, Yang. Kita makan di luar saja, soalnya saya lagi malas masak. Sanggup makan diluar, 'kan?" 

Sasya mengangguk. "Sebentar, ya," katanya dan langsung berlari menaiki tangga untuk bersiap-siap. 

Dua puluh menit menunggu, akhirnya Sasya turun dengan pakaian yang lebih santai. Kaus berlengan panjang dan celana jeans setengah betis dan sandal rumahan. Agaza langsung bangkit dan mematikan tv yang menampilkan acara berita sore. Mereka keluar rumah, berjalan kaki keluar dari pekarangan. 

"Kita makan di simpang tiga depan sana saja, ya?" lagi-lagi Sasya hanya mengangguk. "Kalau tidak kuat jalan, bilang. Nanti biar saya gendong."

Keduanya sampai di warung nasi padang yang ramai pengunjung. Setelah memesan, mereka mengambil duduk di meja tengah yang di sediakan tempat itu. Sambil melihat beberapa pengunjung yang ingin makanannya dibungkus. Tempatnya cukup strategis hingga memudahkan banyak orang singgah ke sini dan memesan makanan yang lezat dan pastinya bergizi. 

Makanan mereka datang tiga menit kemudian. Ikan, dedaunan yang direbus, dan sambal terasi. Sasya meringis melihat makanan yang tersaji di depannya. Mana bisa ia memakan semua jenis makanan ini. 

"Lo tahu 'kan gue nggak bisa makan ini? Seenak apa pun makanan di depan gue," sinis Sasya. 

Agaza baru menyadari hal itu saat dua porsi makanan sudah tersaji di hadapan mereka. "Saya beliin salad dulu di supermarket sebelah, mau?" tanyanya setengah meringis. 

"Boleh. Salad sayur, ya!"

Agaza mengangguk. Menyuruh Sasya menunggu dirinya yang akan membelikan makan untuk istrinya. Ke supermarket yang jaraknya tidak lebih dari 100 meter di samping kiri rumah makan ini. Wanita itu mengambil sayuran yang sepertinya hanya rebusan biasa, memakan sayur tanpa rasa itu dengan lahap. Ia juga mengambil sayur dari piring milik Agaza, membuat beberapa pengunjung menoleh heran padanya. Memangnya salah kalau cuma makan sayur doang? 

|¤|

"Jadi, lo pacaran cuma sekali selama tiga puluh tiga tahun ini?" tanya Sasya 

Kini keduanya sedang bicara di atas ranjang mereka. Sasya meletakkan kepalanya di lengan Agaza yang terjulur, menghadap ke arah suaminya yang tidak terbalut atasan sama sekali. Wanita itu berkali-kali mengedarkan pandangannya ke sekitar, asal tidak bertubrukan langsung pada dada bidang Agaza, meski hasilnya nihil. Ia terus-menerus menatap pada objek yang ia hindari, membuat Agaza terkekeh dan sesekali mengecup puncak kepalanya. 

"Iya. Hanya sekali, itu juga karena perempuan itu memaksa saya."

Sasya mengerutkan keningnya. Heran. Memaksa bagaimana? Masa iya ada lelaki yang dipaksa untuk pacaran dan mau? Pasti ada hal lain di balik paksaan itu. 

Agaza yang mengerti keterdiaman istrinya mencoba menjelaskan. "Saya pernah secara tidak sengaja menciumnya, dia salah paham karena mikir saya cari kesempatan. Dan kamu tahu yang terjadi selanjutnya," ucap pria itu santai. 

Agaza menarik tangan Sasya yang masih berada di sisi tubuh gadis itu, meletakkannya di atas perutnya yang tidak terlapis kain sedikitpun. "Kamu sendiri pernah pacaran?" tanya Agaza. Tangannya masuk ke dalam kaus yang Sasya kenakan, mengusap perut rata istrinya perlahan. 

"Enggak. Papa nggak bolehin gue pacaran soalnya," jawab Sasya. Ia mendesah pelan saat tangan Agaza semakin naik, menyentuh ujung payudaranya dari luar bra yang ia kenakan. "Tangan lo, Agaza!" pekik gadis itu keras sambil meremas perut berotot suaminya. 

Pria itu terkekeh. Dengan berani menyusupkan jarinya di belahan payudara Sasya. "Sebenarnya saya mau minta hak saya, tapi sepertinya kamu belum siap. Jadi, saya akan menunggu." Agaza mengeluarkan tangannya setelah berhasil meremas salah satu payudara milik Sasya. 

Sasya mendongak untuk dapat melihat seraut wajah Agaza, pria itu tersenyum. Manis sekali. Membuat Sasya teringat ucapan sang Ibu tentang kewajiban seorang istri jika sudah berada di dalam kamar bersama suaminya. 

Tepat seminggu sebelum pernikahan dirinya dengan Agaza, Sasya memang mendapat banyak ilmu pernikahan dari sang Ibu. Wanita berusia dua puluh enam tahun itu sering diajarkan dan diberitahu banyak hal tentang pernikahan. Ibunya ingin jika sang putri bisa menjadi istri yang baik dan bisa dibanggakan. 

"Ma ...." panggil Sasya kala itu saat mereka sedang menyiapkan makan malam di dapur. Hari ini abangnya akan pulang jadi acar penyambutan harus spesial dibuatkan. 

"Hmm?"

"Aku boleh tanya sesuatu?" wanita itu meminta izin bicara. 

Rinjani menoleh, bingung dengan anaknya yang tiba-tiba mau bertanya saja pakai izin segala. Tapi, tak pelak, ia mengangguk senang. 

"Tugas istri itu apa saja ya, Ma?" tanyanya pelan. 

"Tugas istri?" Rinjani memastikan dan Sasya mengangguk. "Melayani suami lahir dan batin!" jawabnya semangat. 

Fyi, Sasya ini jarang sekali peduli dengan sekitarnya. Tidak mau tahu soal apapun, apalagi tentang sikap yang harus ia lakukan. Jadi, saat anaknya ini sudah mau bertanya-tanya soal hal di luar kebiasaan, maka Rinjani akan dengan sangat semangat menjawab. 

"Lahir itu gimana? Batin itu gimana? Suamiku diajak doa terus gitu, biar batinnya kupenuhi?" sepolos itu memang Sasya mengenai pernikahan. Ia tidak pernah berpikir akan menikah dalam waktu dekat, jadi tidak terlalu berpikir jauh soal ini. Dan yah, setahunya memang batin itu mengenai hal-hal tak terlihat seperti nurani, dan nurani biasanya bersangkutan dengan doa. 

Rinjani memijat pelipisnya yang mulai terasa berdenyut. Padahal ini baru pertanyaan kedua. "Bukanlah, Sya! Maksud Mama itu batin seperti ...." Wanita beranak dua itu melirik Sasya takut-takut, takut anaknya syok mendengar jawabannya. "... berhubungan suami istri." Dan benar, Sasya langsung terdiam untuk beberapa saat. 

"Hubungan suami istri? Bukannya kalau nikah berarti sudah berhubungan suami istri, ya?" pertanyaam ketiga. Jauh diluar perkiraan Rinjani, sungguh. 

"Bukan Sasya, aduhh!" kembali ia memijat pelipisnya. Denyutnya semakin bertambah saja. "Berhubungan suami istri itu seperti, pelukan, ciuman, dan ... making love, if you or him want!"

Napas Sasya tercekat. Ia tidak menyangka pertanyaan isengnya ini akan menjurus pada hal serius seperti ini. Sedikit penyesalan timbul sebab sang Mama sepertinya tidak keberatan memberitahunya, yah meski wanita itu mungkin lelah dengan ketidaktahuan dirinya tentang pernikahan. 

"Tapi, aku nggak harus berhubungan suami istri 'kan, Ma?" 

"Sebenarnya ini kewajiban kamu. Kalau sudah wajib artinya harus dilakukan, bukan? Jadi, kamu pasti sudah tahu jawaban dari pertanyaanmu kali ini."

Lagi-lagi Sasya mendesah lelah. Kenapa sih Tuhan memberikannya cobaan seperti ini? Sudah dipaksa menikah dengan orang yang tidak dikenal, lalu ini? Ternyata peraturan menikah tidak semudah yang ia bayangkan. 

Kalau begini, memang Sasya bisa bertahan lama? Sepertinya tidak. 

|¤|

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   04 | Agaza Mesum!

    Sudah dua hari ini Agaza sibuk dengan pekerjaannya. Setelah kejadian malam itu, mereka belum pernah terlibat percakapan yang terlalu lama. Paling sekadar menyapa atau saling bertanya kegiatan apa yang keduanya lakukan setiap harinya. Semua cukup, karena kalau berlebihan Sasya takut jantungnya tidak akan kuat. Agaza itu kalau sudah perhatian manisnya tidak ketulungan! Tadi setelah Agaza pergi bekerja, Sasya juga pergi dari rumah. Ia menemui teman-teman sosialitanya, membicarakan banyak hal tentang make up, trend fashion, sepatu, serta tas branded. Dibesarkan dari kalangan atas, membuat Sasya tumbuh menjadi gadis manja dan suka menghambur-hamburkan uang-—jauh sekali dari khayalan orang tentang gadis kaya yang mandiri. Bersama dengan teman-temannya itu, Sasya bertemu di salah satu restoran ternama di ibu kota. Menikmati seporsi makanan kecil dengan harga selangit. Andai saja Sasya bukan orang kaya, maka dirinya juga akan sayang harus menghabiskan uang sebanyak itu. Tapi, berhubung ia

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   05 | Bertemu Mantan

    Yang bisa Sasya lakukan dari tadi hanya berjalan dan mendorong troli. Mereka sedang berada di modern market--sesuai dengan permintaan sang istri. Sasya yang memang seumur hidupnya tidak pernah ke pasar jadi tidak tahu keperluan apa saja yang biasa dibutuhkan untuk masak-memasak di dapur. Beberapa kali mengusulkan jenis makanan, tapi Agaza menolak. Ya, bagaimana tidak menolak jika yang ditawarkan itu makanan cepat saji? Agaza 'kan bukan penikmat makanan tidak sehat itu. Sesekali boleh, tapi bukan diletakkan sebagai persediaan. Kakinya sudah pegal, tapi sang suami belum juga selesai mencari stok makanan yang dibutuhkan. Akhirnya Sasya duduk, di bawah troli yang sedari tadi didorongnya. Bodo amat dengan tatapan aneh orang kepadanya. Agaza yang merasa tidak lagi mendengar protes dan keluhan dari sang istri langsung memutar lehernya ke belakang, mencari keberadaan Sasya yang ternyata sudah duduk dengan tidak tahu malunya di lorong market ini. Di antara sayur-mayur segar. Ia terkekeh dan

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   06 | Rumah Ibu Mertua

    Nanti kalau kamu sudah cinta saya bilang ya? Soalnya saya bukan peramal yang bisa tahu perasaanmu.|¤|SASYA benar-benar menepati kata-katanya sebelum pergi tadi. Wanita itu memborong banyak jenis dan merk make up. Menghabiskan hampir sebulan gaji suaminya. Agaza hanya bisa menghela napas sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet, menyerahkan kartu itu kepada pramuniaga dengan perasaan sedikit tidak rela.Setelah puas karena sudah mendapatkan apa yang ia inginkan sejak lama, Sasya kembali mengajak Agaza turun ke lantai dasar. Masuk ke restoran dan memilih menu makanan untuknya, tanpa perlu repot memesankan untuk Agaza juga. Dan kembali, uang dengan angka lima dan enam nol habis dalam hitungan jam saja. Lagi-lagi Agaza menghela napas, mengecek saldo rekeningnya melalui telepon pintar yang ... yang sudah bisa dipastikan bahwa sebulan ke depan Agaza harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan isi rekeni

    Last Updated : 2025-01-29
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   07 | Buah Apel Yang Jatuh

    Namanya manusia. Kalau tidak menyukai, bisa jadi ia membenci.|¤|Yang sejak awal Sasya tahu tentang ibu mertuanya adalah wanita itu tidak menyukainya, belum menyukai lebih tepatnya. Kini ditambah fakta baru kalau ternyata ibu mertuanya memang membenci dirinya yang tiba-tiba datang sebagai menantu, padahal wanita itu sudah menyiapkan perempuan lain untuk Agaza. Dan karena Sasya, rencananya itu gagal, yang lebih parahnya lagi perempuan itu tetap ingin dinikahkan dengan Agaza. Tidak masalah walaupun jadi istri kedua.Tadi, Sekar memang mengajaknya naik ke lantai dua. Wanita itu membawa Sasya ke dalam ruangan yang ada di pojok lantai dua itu. Di sanalah Sasya diperlihatkan banyak potret ibu mertuanya bersama dengan Agaza, ayah mertuanya, dan perempuan yang diinginkan Sekar. Namanya Sinta. Gadis keturunan asli Jawa yang punya profesi sebagai chef di salah satu restoran mewah di Jakarta pusat. Wajah cantik, tutur

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   01 | Kesepakatan

    Setelah mengucapkan ijab kabul tanpa kesalahan, kini Agaza bersanding dengan Sasya—istrinya—di pelaminan yang berada di bagian paling depan gedung pernikahan mereka. Menebar senyum manis—yang palsu—pada semua tamu yang melihat ke arah mereka. Sasya bahkan berkali-kali menggerutu karena acaranya lama sekali berakhir. Dan Agaza berusaha untuk memberi pengertian pada istri kecilnya itu. "Sebentar lagi, lima menit. Setelah itu kita langsung ke kamar, saya juga sudah lelah."Begitulah ucapannya empat menit tujuh belas detik yang lalu. Sasya masih harus menunggu beberapa detik untuk mengajak suaminya meninggalkan acara super mewah itu. Dia ingin istirahat dan sedikit bermain-main dengan Agaza. Pria pedofil yang beruntung menjadi suaminya."Ayo pergi, gue capek nih!" katanya serampangan. Tidak pakai etika sama sekali. Agaza menurut, menarik pinggang ramping istrinya untuk turun dari atas pelaminan dan berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Yang dibalas dengan godaan dari semua yang mend

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Cinta CEO Tampan   02 : Sakit Perut

    Saat ini semua berkumpul di meja makan restoran hotel yang mereka sewa untuk acara pernikahan Sasya dan Agaza. Kedua orang tua Agaza sudah lebih dulu pulang karena Marina-neneknya Agaza-sudah harus kembali ke negara asalnya, Spanyol. Yap, Agaza memang memiliki darah campuran Spanyol-Arab. Tapi, ayahnya merantau ke Indonesia dan bertemu ibunya yang asli orang Jawa. Menikah dan tinggal di Indonesia sampai Agaza sebesar sekarang. Mereka hanya akan pulang kampung saat libur tiba. Sekarang hanya ada kedua orang tua Sasya, Bang Ghani, dan Mesya-kakak Agaza, Tante Mika, dan Bude Ria serta suami dua orang tua itu. Yang lain sudah pulang karena harus mengurus rumah dan ada acara lain di hari minggu yang cerah ini. Segala jenis makanan sudah terhidang di atas meja makan khusus keluarga mereka. Mulai dari masakan Nusantara hingga masakan perpaduan dua budaya. Sasya sendiri lebih suka makan masakan yang setengah matang. Misal, sayur yang direbus hanya lima menit, salmon atau tuna yang di pangga

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   07 | Buah Apel Yang Jatuh

    Namanya manusia. Kalau tidak menyukai, bisa jadi ia membenci.|¤|Yang sejak awal Sasya tahu tentang ibu mertuanya adalah wanita itu tidak menyukainya, belum menyukai lebih tepatnya. Kini ditambah fakta baru kalau ternyata ibu mertuanya memang membenci dirinya yang tiba-tiba datang sebagai menantu, padahal wanita itu sudah menyiapkan perempuan lain untuk Agaza. Dan karena Sasya, rencananya itu gagal, yang lebih parahnya lagi perempuan itu tetap ingin dinikahkan dengan Agaza. Tidak masalah walaupun jadi istri kedua.Tadi, Sekar memang mengajaknya naik ke lantai dua. Wanita itu membawa Sasya ke dalam ruangan yang ada di pojok lantai dua itu. Di sanalah Sasya diperlihatkan banyak potret ibu mertuanya bersama dengan Agaza, ayah mertuanya, dan perempuan yang diinginkan Sekar. Namanya Sinta. Gadis keturunan asli Jawa yang punya profesi sebagai chef di salah satu restoran mewah di Jakarta pusat. Wajah cantik, tutur

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   06 | Rumah Ibu Mertua

    Nanti kalau kamu sudah cinta saya bilang ya? Soalnya saya bukan peramal yang bisa tahu perasaanmu.|¤|SASYA benar-benar menepati kata-katanya sebelum pergi tadi. Wanita itu memborong banyak jenis dan merk make up. Menghabiskan hampir sebulan gaji suaminya. Agaza hanya bisa menghela napas sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet, menyerahkan kartu itu kepada pramuniaga dengan perasaan sedikit tidak rela.Setelah puas karena sudah mendapatkan apa yang ia inginkan sejak lama, Sasya kembali mengajak Agaza turun ke lantai dasar. Masuk ke restoran dan memilih menu makanan untuknya, tanpa perlu repot memesankan untuk Agaza juga. Dan kembali, uang dengan angka lima dan enam nol habis dalam hitungan jam saja. Lagi-lagi Agaza menghela napas, mengecek saldo rekeningnya melalui telepon pintar yang ... yang sudah bisa dipastikan bahwa sebulan ke depan Agaza harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan isi rekeni

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   05 | Bertemu Mantan

    Yang bisa Sasya lakukan dari tadi hanya berjalan dan mendorong troli. Mereka sedang berada di modern market--sesuai dengan permintaan sang istri. Sasya yang memang seumur hidupnya tidak pernah ke pasar jadi tidak tahu keperluan apa saja yang biasa dibutuhkan untuk masak-memasak di dapur. Beberapa kali mengusulkan jenis makanan, tapi Agaza menolak. Ya, bagaimana tidak menolak jika yang ditawarkan itu makanan cepat saji? Agaza 'kan bukan penikmat makanan tidak sehat itu. Sesekali boleh, tapi bukan diletakkan sebagai persediaan. Kakinya sudah pegal, tapi sang suami belum juga selesai mencari stok makanan yang dibutuhkan. Akhirnya Sasya duduk, di bawah troli yang sedari tadi didorongnya. Bodo amat dengan tatapan aneh orang kepadanya. Agaza yang merasa tidak lagi mendengar protes dan keluhan dari sang istri langsung memutar lehernya ke belakang, mencari keberadaan Sasya yang ternyata sudah duduk dengan tidak tahu malunya di lorong market ini. Di antara sayur-mayur segar. Ia terkekeh dan

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   04 | Agaza Mesum!

    Sudah dua hari ini Agaza sibuk dengan pekerjaannya. Setelah kejadian malam itu, mereka belum pernah terlibat percakapan yang terlalu lama. Paling sekadar menyapa atau saling bertanya kegiatan apa yang keduanya lakukan setiap harinya. Semua cukup, karena kalau berlebihan Sasya takut jantungnya tidak akan kuat. Agaza itu kalau sudah perhatian manisnya tidak ketulungan! Tadi setelah Agaza pergi bekerja, Sasya juga pergi dari rumah. Ia menemui teman-teman sosialitanya, membicarakan banyak hal tentang make up, trend fashion, sepatu, serta tas branded. Dibesarkan dari kalangan atas, membuat Sasya tumbuh menjadi gadis manja dan suka menghambur-hamburkan uang-—jauh sekali dari khayalan orang tentang gadis kaya yang mandiri. Bersama dengan teman-temannya itu, Sasya bertemu di salah satu restoran ternama di ibu kota. Menikmati seporsi makanan kecil dengan harga selangit. Andai saja Sasya bukan orang kaya, maka dirinya juga akan sayang harus menghabiskan uang sebanyak itu. Tapi, berhubung ia

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   03 | Tamu Istimewa

    Sejak bangun dari tidurnya pagi tadi, Sasya sudah merasakan nyeri yang luar biasa di perutnya. Setelah mengecek ternyata benar, bahwa tamu istimewanya datang. Selama membereskan barang mereka, Sasya masih berusaha menahan sakitnya, tapi begitu mereka tiba di rumah milik Agaza ia tidak bisa menahannya lagi. Wanita itu langsung duduk sambil menekuk kakinya di sofa ruang tamu. Sementara suaminya mengurus beberapa perkara pada Pak RT agar tidak terjadi salah paham karena dirinya membawa seorang wanita ke rumahnya. Memang benar, orang sekitar rumahnya tidak tahu jika ia akan menikah karena Agaza sendiri jarang berada di rumah. Begitu Agaza sampai di rumah, yang ia dapati adalah koper Sasya yang masih tergeletak di lantai, sedangkan wanita itu meringkuk di atas sofa sambil meringis kecil. Didekatinya wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, mengecek suhu tubuh Sasya dengan punggung tangannya. Ia beralih ke dapur untuk mengambil air dan menyuruh Sasya meminumnya. Wanita berusia dua pulu

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   02 : Sakit Perut

    Saat ini semua berkumpul di meja makan restoran hotel yang mereka sewa untuk acara pernikahan Sasya dan Agaza. Kedua orang tua Agaza sudah lebih dulu pulang karena Marina-neneknya Agaza-sudah harus kembali ke negara asalnya, Spanyol. Yap, Agaza memang memiliki darah campuran Spanyol-Arab. Tapi, ayahnya merantau ke Indonesia dan bertemu ibunya yang asli orang Jawa. Menikah dan tinggal di Indonesia sampai Agaza sebesar sekarang. Mereka hanya akan pulang kampung saat libur tiba. Sekarang hanya ada kedua orang tua Sasya, Bang Ghani, dan Mesya-kakak Agaza, Tante Mika, dan Bude Ria serta suami dua orang tua itu. Yang lain sudah pulang karena harus mengurus rumah dan ada acara lain di hari minggu yang cerah ini. Segala jenis makanan sudah terhidang di atas meja makan khusus keluarga mereka. Mulai dari masakan Nusantara hingga masakan perpaduan dua budaya. Sasya sendiri lebih suka makan masakan yang setengah matang. Misal, sayur yang direbus hanya lima menit, salmon atau tuna yang di pangga

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   01 | Kesepakatan

    Setelah mengucapkan ijab kabul tanpa kesalahan, kini Agaza bersanding dengan Sasya—istrinya—di pelaminan yang berada di bagian paling depan gedung pernikahan mereka. Menebar senyum manis—yang palsu—pada semua tamu yang melihat ke arah mereka. Sasya bahkan berkali-kali menggerutu karena acaranya lama sekali berakhir. Dan Agaza berusaha untuk memberi pengertian pada istri kecilnya itu. "Sebentar lagi, lima menit. Setelah itu kita langsung ke kamar, saya juga sudah lelah."Begitulah ucapannya empat menit tujuh belas detik yang lalu. Sasya masih harus menunggu beberapa detik untuk mengajak suaminya meninggalkan acara super mewah itu. Dia ingin istirahat dan sedikit bermain-main dengan Agaza. Pria pedofil yang beruntung menjadi suaminya."Ayo pergi, gue capek nih!" katanya serampangan. Tidak pakai etika sama sekali. Agaza menurut, menarik pinggang ramping istrinya untuk turun dari atas pelaminan dan berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Yang dibalas dengan godaan dari semua yang mend

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status