“Semoga bahagia dengan wanita pilihan mas itu.“ Sera menjabat tangan Dino mantan suaminya sejak putusan sidang beberapa menit yang lalu
Pernikahan yang telah berjalan selama dua tahun antara Sera dan Dino harus berakhir di pengadilan agama akibat adanya orang ketiga alias pelakor.
Pernikahan yang terjadi atas dasar cinta awalnya harus berakhir penih dusta. Perselingkuhan Dino dengan Alena sejak awal pernikahan terlalu menyakitkan buat Nayra yang selalu mencoba untuk bertahan dan berjuang sendiri. Semua itu Sera lakukan demi orang tua Dino. Mantan mertuanya yang sangat menyayangi Sera meminta Sera untuk tetap bertahan dengan Dino. Sera merasa iba melihat kesehatan papa Dino yang terus menurun saat mengetahui perselingkuhan anaknya sejak satu tahun lalu.
Sera akhirnya menyerah dan melepaskan pernikahannya. Sera hanya manusia biasa bukan robot yang bisa menahan rasa sakit bertahun tahun.
Pernikahan yang berlangsung dua tahun terasa seperti penjara untuk Sera. Dino selalu mengekang Sera dalam pergaulan namun Dino tidak pernah membatasi pergaulannya sendiri. Satu keuntungan buat Sera setelah menyandang status janda adalah Sera masih perawan ting ting.
Entahlah!
Sera juga bingung dengan suaminya ralat mantan suaminya yang tidak mau menyentuhnya sama sekali selama masih terikat pernikahan. Padahal dulu waktu masih pacaran Dino selalu romantis dan kontak fisik dengan Sera walau hanya sebatas cium pipi kening dan tangan.
Perubahan Dino terjadi setelah menikah dan bertemu dengan Alena.
Semuanya kini sudah berlalu dan ketuk palu hakim sudah memutuskan ikatan pernikahan Dino dan Sera. Sera menguatkan hati untuk bersalaman dengan Dino karena Sera ingin berpisah secara baik-baik dengan mantan suaminya namun Dino bersikap dingin ke Sera.
Dino pergi meninggalkan Sera tanpa membalas jabat tangan Sera. Melihat hal itu Candra menghampiri adiknya yang sedang tidak baik-baik saja.
“Ngapain juga kamu masih baik sama dia Ra.“ ucap Candra mengelus punggung Nayra
“Niat Sera baik kak. Sera ingin berpisah baik-baik.“
“Belum tentu niat baik kita dianggap baik Sera. Bisa aja kan dia mikir kamu nggak bisa move on.“
“Maafin Sera kak.“
“Ayo pulang.“ Candra menggandeng tangan Sera keluar ruang sidang menuju parkir mobil
Sera merebahkan tubuhnya dikasur berukuran king size di kamarnya yang luas dengan furniture yang lengkap.
“Terima kasih untuk pembelajarannya selama dua tahun. Aku nggak pernah menyesal menikah dengan kamu. Aku juga nggak pernah menyesal berpisah dengan kamu. Aku pastikan kamu yang akan menyesal menyia-nyiakan aku. Kamu akan menyesal lebih percaya wanita rubah itu daripada aku.“ Sera merapikan semua barang-barang pemberian Dino
Satu minggu berlalu sejak ketuk palu perceraiannya, Swra mulai kembali bekerja sebagai pengajar di SMA Harapan Bangsa setelah 1 minggu mengajukan cuti. Sekolah swasta bonafide diibukota tempat anak orang kaya sekolah disana.
“Pagi bu Sera.” ucap Nala guri bahasa Inggris
“Pagi bu Nala. Apa kabar?” balas Sera sopan
“Baik bu Sera. Yang sabar ya bu Sera.”
“Iya Bu Nala. Saya tidak apa-apa.”
“Eh.. Kamu udah masuk Sera?” tukas Alma saat masuk ke kantor
“Iya Al.” balas Sera singkat
“Bukannya kamu masih cuti sampai lusa ya Sera?”
“Aku sudah bosan di rumah Al. Sudah sarapan belum Al?”
“Belum Sera. Kantin yuk. Mumpung jam pertama kita nggak ada jam hari ini.”
“Siap.”
Sera dan Alma berjalan menuju kantin untuk sarapan pagi. Setelah memesan makanan mereka melanjutkan mengobrol.
“Sera.. Sabar ya.”
“Aku nggak apa-apa Al.”
“ Jujur Sera. Aku lebih senang kamu pisah sama Dino. Daripada kamu hidup kaya di penjara. Rumah tangga yang tidak normal.”
“Iya Al. Aku juga lebih lega sekarang. Aku hanya kasihan sama ayahnya Dino Al.”
“Kamu nggak usah terlalu mikirin Sera. Kamu bisa cek kesehatan om Dika kapan saja. Tapi jangan sampai Dino berpikir kamu belum bisa move on Sera.”
“Iya Al. Makasih Al. Kamu sahabat terbaik aku.”
“Aku selalu ada buat kamu. Maafkan aku kemarin nggak datang disidang cerai keputusan kamu Sera.”
“Iya Al. Aku ngerti Al. Gimana lamaran kamu sama Sean Al?”
“Alhamdulillah. Lancar Sera. Besok aku ajak kamu makan malam sama Sean dan temannya ya Sera?”
“Atur aja Al. Aku bosan di rumah.”
“Ok.”
Sera dan Alma kembali ke kantor karena mereka ada jam ngajar.
Sera memasak untuk makan malam bersama Candra kakak Sera satu-satunya. Selesai memasak dan menata rapi hidangan dimeja makan Sera bergegas ke kamar membersihkan diri di kamar mandi pribadinya yang berada didalam kamar.
Terlahir sebagai anaik dari pengusaha Hardian Pratama dan Dira Wijaya tidak membuat Sera sombong. Sejak ditinggal oleh kedua orang tua Sera menjadi pribadi yang mandiri dan pekerja keras. Sera tidak suka mengandalkan warisan kedua orang tuanya. Sera dididik menjadi pribadi mandiri sejak kecil oleh orang tuanya.
Pukul tujuh malam tepat Candra sampai di rumah bersama dengan Devan rekan bisnisnya yang sengaja Candra undang makan malam bersama di rumah dengan harapan bisa memperkenalkan Devan dengan Sera agar Sera bisa melupakan masa lalunya.
“Ra..” Candra memanggil Sera yang berada di kamar
“Iya kak. Bentar.” balas Sera dari dalam kamar
Sera turun menghampiri kakaknya yang berada dimeja makan. Nayra duduk disebelah kakaknya.
“Kenalin ini adik aku Sera Dev.” Candra memperkenalkan Sera ke Devan
“Pantas kamu selalu banggain adik kamu Can. Cantik sih.” tukas Devan
“Kamu bisa aja sih. Ra.. Ini Devan rekan bisnis kakak.”
“Iya kak.” jawab Sera acuh
Devan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Sera namun Sera tidak menyambut uluran tangan Devan. Sera tetap memasang wajah datar dan dingin.
‘Wanita yang menarik.’ batin Devan
Mereka melanjutkan makan malam bersama dengan suasana hening hanya dentingan sendok garpu yang memecah keheningan dimeja makan. Sera dengan malas mengikuti perintah kakaknya untuk makan malam bersama rekan bisnis kakaknya.
Entah apa tujuan kakaknya. Yang pasti jika kakaknya ingin menjodohkan Sera maka Sera akan langsung menolak. Perpisahannya dengan Dino masih menyisakan luka dihati yang cukup dalam.
Bukan trauma hanya saja Sera masih enggan untuk membuka hati dan memulai hidup baru dengan seorang pria. Cukup sekali Sera merasakan sakit hati. Jangan sampai terukang lagi.
Devan sesekali menatap Sera yang tampak malas menyuap makanannya. Sera merasa ada yang memperhatikan namun Sera tetap cuek dan memasang wajah datar dan dingin.
Perpisahan membuat Sera menjadi pribadi yang dingin dengan lawan jenis. Hal itulah yang ditakutkan Candra kepada adik kesayangannya Sera.
Alma menjemput Sera di rumahnya menggunakan mobilnya. Ya. Malam ini seperti janji Alma kemarin, Alma mengajak Sera makan malam dengan pacar Alma dan teman pacar Alma. Alma ingin memperkenalkan Sera pada teman pacarnya dengan tujuan dan harapan Sera bisa membuka hati untuk lelaki lain setelah perpisahannya dengan Dino beberapa waktu lalu.Setelah melewati perjalanan selama empat puluh lima menit, Sera dan Alma tiba di sebuah restoran mewah yang berada didaerah Jakarta Selatan. Sera dan Alma turun dari mobil lalu melangkahkan kaki kearah restoran.Dua orang pria dengan paras tampan dan memesona para wanita yang menatapnya telah berada didalam restoran. Ya. Dua orang pria itu Sean pacar Alma dan Devan teman Sean.Sera dan Alma tiba di meja yang telah dipesan oleh Sean. Sera terkejut melihat keberadaan Devan disana, namun Sera berusaha setenang mungkin menutupi keterkejutannya dengan sifat datar dan dinginnya. Hal yang sama
Sera menemani kak Candra ke perusahaan Devan hari ini atas permintaan kakaknya. Sera telah menelepon kepalas sekolah untuk memohon ijin hari ini tidak masuk bekerja karena ada kepentingan keluarga.Sera merasa jenuh berada didalam ruangan Devan bersama kakaknya. Sera sama sekali tidak memehami apa yang tengah mereka bicarakan. Sera memutuskan keluar dari ruangan Devan untuk berjalan-jalan mencari udara segar disekitar perusahaan Devan. Devan dan kakaknya masih serius mengobrol didalam ruangan Devan.Sera turun kelantai bawah tempag resepsionis berada. Sera berjalan menuju sofa yang berada dilobby perusahaan Devan.BrukSera terjatuh setelah menabrak seseorang saat hendak melangkahkan kaki menuju sofa lobby. Sera bangun lalu bangkit berdiri.“Maaf..” ucap Sera menundukan kepalanya“Tidak masalah. Lain kali hati-hati kalau jalan.” Balas
Berita Devan yang mengklaim Seea sebagai calon istrinya telah tersebar di ibu kota hingga ke orang tua Devan. Ya. Devan sama sekali tidak menyadari ketika Devan mengucapkan dengan lantang dan mengklaim Sera sebagai calon istri Devan, ada pencari berita yang tengah berasa di kantor Devan dan disekitar mereka mengobrol tadi. Devan tidak menyadari jika di perusahaannya tengah diadakan launching produk baru sehingga ada banyak wartawan disana.Sera menghembuskan nafas kasar saat melihat tayangan di televisi yang memberitakan Devan dan Sera.“Kenapa beritanya ini semua?” Sera menggerutu kesalSera memencet tombol power berwarna merah pada remote televisi sehingga televisi yang tadi menyala langsung mati. Sera beranjak masuk ke kamar mengambil ponsel yang berada diatas nakas. Banyak panggilan tidak terjawab dan banyak pesan yang terlewatkan Sera. Sera membuka pesan sembari duduk disofa yang berada di kamarnya.
Sera melewati koridor kelas menuju ke ruang guru. Tanpa sengaja Sera menabrak Alena yang tengah berjalan dengan Dino mantan suami Sera.Bruk..Sera menabrak tubuh Alena hingga limbung, beruntung Dino sigap menangkap tubuh Alena hingga tidak terjatuh.“Maaf..” ucap Sera tanpa melihat siapa yang ditabrak“Makanya kalau jalan hati-hati! Punya mata dipake!” Balas Alena menaikan nada bicaranya setelah tahu siapa yang menabraknyaSera menghela nafas pelan saat mengetahui siapa yang telah Sera tabrak. Sela bersikap tenang dan berusaha tidak terpancing emosi.“Ye.. Aku kan udah minta maaf. Kenapa sewot.”Alena menatap Sera dari bawah keatas dengan sinis.“Wow.. Ini calon istri CEO Devan? Yakin? Apa kamu nggak kepedean? Apa nggak drama?” Alena mendekatkan diri kearah Sera lalu me
Devan telah rapi dengan pakaian santainya celana jeans berwarna biru dengan kemeja santai berwarna senada. Devan meneliti penampilannya lalu mengingat satu persatu apa yang belum dipakainya.‘Parfum sudah.. Jam tangan ok.. Rambut ok.. Bau mulut wangi.. Perfect..’ gumam DevanDevan keluar dari kamar menuju ke mobil yang telah disiapkan supir pribadi Devan, namun kali ini Devan akan mengemudi sendiri. Devan mengemudika mobil dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Candra dan Sera.***Sera merapikan hijab yang membungkus mahkota dikepalanya. Penampilan Sera cenderung cuek dan sederhana, hanya gamis berwarna pink dan jilbab warna senada, bahkan Sera tidak menggunakan make up. Sera hanya memoles lip balm dibibirnya agar tidak tampak pucat.Ting TongTing TongTing TongSuara bunyi b
Sera berangkat bekerja hari ini bersama Raina. Hari ini Sera tidak mengendarai mobil sendiri karena Devan memaksa Sera agar tidak mengendarai mobil sendiri. Hari ini Devan akan menjemput Sera di sekolah untuk melakukan fitting pengantin.Pikiran Sera berkecamuk mengingat ucapan Devan terhadap mamanya semalam.‘Menikah?’‘Minggu depan?’Sungguh. Semua itu tidak pernah terbayangkan Sera. Tidak pernah Sera berpikiran sejauh ini, apalagi menikah kembali setelah mengalami kegagalan pernikahan dengan Dino. Sera melangkahkan kaki ke kantin bersama Alma untuk makan siang. Sera dan Alma tidak ada jam mengajar sehingga Sera memilih untuk makan siang di kantin bersama Alma daripada berdiam diri di kantor.“Lo kenapa Sera?” tanya Alma“Gue nggak apa-apa. Makan yuk.” Balas Sera seraya menyendokan pecel ke mulutnya&nb
Sera melangkahkan kaki menuju dapur setelah sholat subuh. Ya. Sera selalu bangun pagi tepat kalau adzan subuh berkumandang sedari kecil seperti apa yang diajarkan orang tuanya yang kini telah tiada. Sera membantu bi Tati memasak di dapur. BI Tati tidak melarang Sera membantu memasak karena bi Tati telah mengetahui sifat Sera jika keinginannya dilarang. Sera dan bi Tati memasak sembari bercerita dan bersenandung dengan riang.***Sera menuruni anak tangga menuju meja makan dengan ruang. Wajah cantiknha semakin terpancar dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Devan tertegun kala melihat Sera berjalan kemeja makan dengan senyum mempesona seolah menghipnotis dirinya.‘Cantik..’ batin DevanSera membom akan kedua mata ketika sampai didepan meja makan melihat satu sosok yang membuat moodnya hancur seketika. Sera berdiri mematung ditempatnya tanpa berkedip menatap Devan. Candra ter
Sera melangkah dengan anggun memasuki lobby perusahaan Devan. Wajahnya yang cantik menghipnotis siapa saja yang melihat Sera. Sapaan hangat Sera ucapkan kepada security dan resepsionis perusahaan Devan.“Selamat siang mba.. Pak Devannya ada?” tanya Sera sopan dan lembut“Ada bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan Pak Devan?” balas resepsionis dan mengajukan pertanyaan kepada Sera“Belum mba. Bisa minta tolong sambungkan ke Pak Devan mba.”“Maaf ibu tidak bisa bertemu Pak Devan jika belum membuta janji temu.”“Bagus Ta. Dia emang nggak boleh masuk sembarang ke kantor ini.” Alena menyela pembicaraan Sera dan resepsionisSera mengalihkan pandangan kearah Alena yang kini berdiri disampingnya. Sera menahan amarah yang mulai berkecamuk dalam dirinya melihat tingkah Alena.“
“Patricia?”Sera akhirnya menggumamkan satu nama yang tidak asing bagi dirinya. Devan menautkan kedua alis saat mendengar Sera menggumamkan nama Patricia.“Iya. Patricia. Apa kamu mengenalnya sayang?” jawab Devan dengan bertanya kepada Sera“Patricia Geraldine?” Sera kemabli bertanya sembari menatap ke arah DevanDevan menganggukan kepala membalas pertanyaan sang istri, “Iya sayang. Apa kamu mengenalnya sayang?”Huft..Helaan nafas berat terdengar dari bibir Sera setelah mendengar jawaban dari Devan. Apa yang berada di dalam pikiran Sera ternyata benar adanya. Patricia Geraldine. Satu nama yang sama dan dapat Sera pastikan jika orang yang sama juga dengan orang dari masa lalu Sera.“Ada apa sayang? Apa kamu mengenal Patricia?” tanya Devan semakin penasaran melihat sikap sang istri yang berubah setelah mendengar nama PatriciaSatu helaan nafas berat kembali terdengar da
Hari yang cerah dengan matahari yang menyinari bumi menjadi hari yang baru bagi pasangan suami istri yang telah sepakat untuk berdamai. Masa cuti yang telah habis sehingga hari ini Sera harus berangkat ke sekolah seperti biasanya.Setelah menikmati hidangan sarapan, Devan mengantar Sera ke sekolah dimana sang istri bekerja. Devan tidak ingin melarang sang istri bekerja karena pekerjaan itu cita-cita sangat istri yang Devan ketahui dari kakak iparnya, Candra.“Kerjanya hati-hati iya sayang.. Sore mas jemput lagi sayang. Jangan pulang dulu sebelum mas datang iya sayang,” ucap Devan“Iya mas.. Mas juga hati-hati iya kerjanya. Yang semangat kerjanya demi istri dan calon anak kita nanti,” balas SeraDevan mengangakan mulut mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri. Lihatlah wanita yang kini telah menjadi istrinya itu lebih berani saat ini. Padahal di awal pertemuan dan pernikahan mereka, Sera sangat menolak dengan tegas. Ah.. Tapi De
Malam yang indah bertabur bintang dan bulan yang bersinar dengan cerah di angkasa menjadi saksi dua insan yang telah resmi menjadi sepasang suami istri dan telah memutuskan untuk berdamai itu kini sedang menembus jalanan ibu kota yang tampak lengang jika sang surya telah tenggelam.Ya. Devan menepati janji membawa Sera jalan-jalan hari ini. Setelah menyelesaikan pekerjaan, Devan membawa Sera menikmati ibu kota Indonesia dengan menggunakan mobil sport Lamborghini berwarna merah itu. Malam ini Devan memiliki rencana membawa sang istri makan malam di luar seperti yang telah direncanakan pagi tadi.Disinilah Devan dan Sera berada saat ini, sebuah restoran mewah yang berada di pusat kota Jakarta di lantai lima puluh dua. Konsep mewah restoran ini dapat dirasakan mulai dari pintu masuk dengan desain yang elegan. Sera memang bukan dari kalangan bawah. Sera kalangan atas dimana sang kakak dan perusahaan mendiang kedua orang tuanya berkembang dengan pesat dan sangat berpengaruh
“Hari ini kamu tidak usah kerja dulu iya sayang.. Nanti mas yang akan meminta izin ke kepala sekolah,” ucap Devan setelah menikmati hidangan makan pagi“Memangnya kenapa mas?” bukan menjawab pertanyaan sang suami, Sera bertanya balik kepada sang suami“Mas ingin mengajak kamu jalan-jalan sayang. Kita kan belum pernah jalan-jalan sejak menikah. Apa kamu mau kita pergi bulan madu sayang?” sambung Devan“Tidak usah mas. Kita bulan madu di rumah saja iya..” Sera mengecup pipi sang suami lalu meninggalkan sang suami ke dapur untuk meletakan piring ke dalam wastafel dan menutupi rasa malu sera karena mengecup pipi sang suami terlebih dahuluDevan mengulum senyum lalu menggelengkan kepala melihat tingkah laku sang istri yang di luar dugaannya saat ini. Lihatlah.. Wanita yang beberapa hari kemarin sangat cuek dengan dirinya kini telah berani menggoda Devan terlebih dahulu. Baiklah. Tampaknya Devan harus memberikan h
“Apa mas boleh minta sekarang sayang?”Deg..Ada yang berdetak dengan tidak normal saat mendengar sang suami mengucapkan sebuah kalimat, yakni jantung Sera. Sera menatap ke arah sang suami dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Sementara itu Devan mengunci manik mata Sera yang sedang menatap ke arah dirinya. Terlihat keraguan dalam manik mata Sera. Devan dapat memahami hal itu mengingat ini bukan pernikahan pertama bagi Sera. Devan dan Sera juga menikah tanpa cinta. Jadi wajar jika Sera merasa ragu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Devan yang kini berstatus sebagai suaminya. Devan dapat memahami apa yang kini sedang dirasakan oleh sang istri.“Kalau kamu ragu tidak apa-apa sayang,” ucap DevanSera merasa bersalah mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami. Apalagi saat sang suami hendak memejamkan mata. Sera meraih telapak tanah sang suami yang lebar itu.“Mas..” Sera memanggil sang suami yang henda
“Kenapa Pak Devan bicara seperti itu ke Dino siang tadi?” tanya Sera setelah mereka menikmati hidangan makan malam bersama hari ini. “Apa kamu tidak ingin membalas apa yang telah dilakukan mantan suami kamu?” bukan menjawab pertanyaan Sera, Devan bertanya balik kepada Sera Sera mendengus kesal dengan apa yang diucapkan oleh sang suami, “Membalas dendam yang seperti apa? Seperti yang Pak Devan katakan ke Dino siang tadi?” “Memangnya ada yang salah dengan apa yang saya ucapkan siang tadi Sera? Kita kan suami istri. Sudah halal. Aku ingatkan kalau kamu lupa,” balas Pak Devan dengan nada dingin dan tegas kepada sang istrinya itu Deg.. Satu ucapan Devan menohok relung hati paling dalam Sera. Ya. Apa yang diucapkan oleh Devan benar adanya. Devan dan Sera suami istri yang sah dan halal. Sera menatap raut wajahnya Devan yang tampan untuk sesaat. Tampak Devan sedang bermain dengan ponsel yang berada di tangan. Ah.. Mungkin Devan sedang memeriksa berkas pekerjaan yang baru dikirimkan oleh R
Setelah menikmati makan siang di dalam ruangan Devan, Sera ikut meeting Devan di kantor seperti apa yang telah diberitahukan Devan kepada Sera pagi tadi. Dengan berat hati Sera menuruti permintaan sang suami karena Sera sedang tidak ingin berdebat dengan sang suami saat ini. Sera tidak suka jika berhubungan dengan dunia bisnis. Oleh sebanyak-banyaknya itu Sera lebih memilih mewujudkan cita-cita menjadi seorang guru daripada ikut terjun bersama dengan sang kakak mengelola perusahaan peninggalan kedua orang tuanya.Disinilah Devan dan Sera saat ini berada. Di sebuah ruangan besar tempat biasa diadakan meeting di perusahaan Devan. Ruangan yang mirip dengan aula namun memiliki fasilitas seperti proyektor bdan perlengkapan meeting lainnya sehingga mereka tidak perlu lagi untuk mengatur perlatan yang akan digunakan pada saat akan diadakan meeting. Lebih simple. Itulah yang berada di dalam benak Devan saat merubah ruangan ini menjadi ruangan khusus untuk meeting dengan rekan bisnis
Devan menghampiri Sera ang kini sedang duduk di balkon kamar mereka menikmati indahnya pemandangan di malam hari dengan sinar bulan dan bintang yang cerah di angkasa. Semilir angin menerbangkan rambut panjang Sera yang tergerai dengan indah dan menutupi sebagian wajah cantik Sera.“Sera..” Devan memanggil sang istri dengan lembut sembari meletakan dua cangkir cokelat hangat di atas meja“Iya Pak,” jawab Sera tanpa mengalihkan pandangan dari apa yang sedang di pandangnya saat ini“Saya minta maaf tidak bisa menjaga kamu siang tadi. Saya tidak seharusnya meninggalkan kamu ke toilet. Saya minta maaf Sera,” sambung Devan“Tidak apa-apa Pak. Tidak masalah juga Pak. Ini bukan salah Pak Devan kok,” ujar Sera“Tapi saya merasa tidak berguna. Saya menikah dengan kamu selain karena saya mencintai kamu juga saya ingin menjaga kamu dan mereka yang selalu mengganggu Sera,” tukas Devan“Tid
Sera pergi ke rumah Alma dengan diantar supir pribadi sesuai dengan permintaan Devan sebelum Devan berangkat ke kantor. Sebenarnya Sera merasa risi dengan apa yang dilakukan Devan. Semenjak dulu Sera sangat jarang pergi menggunakan supir pribadi. Sera lebih senang pergi dengan mengendarai mobilnya sendiri selain lebih leluasa juga lebih nyaman.“Lo ngapain kesini? Bukannya lo di rumah sama suami lo, Ra?” tanya Alma ketika Sera tiba di rumahnya“Gue bete di rumah sendirian Al.” balas Sera singkat“Maksud lo? Jangan bilang lo dan Devan beramtem.” seru Alma“Sembarangan lo kalau ngomong. Devan kerja ada meeting dengan klien dari luar negeri nyang nggak bisa ditunda atau digantikan Alma.” balas SeraAlma ber oh ria mendengar ucapan Sera. Sera merebahkan diri diatas tempat tidur Alma sembari bercerita dengan sahabat baiknya itu.***Devan kembali ke ruangannya setelah meeting deng