Share

Berkunjung ke Perusahaan Devan

Sera melangkah dengan anggun memasuki lobby perusahaan Devan. Wajahnya yang cantik menghipnotis siapa saja yang melihat Sera. Sapaan hangat Sera ucapkan kepada security dan resepsionis perusahaan Devan.

“Selamat siang mba.. Pak Devannya ada?” tanya Sera sopan dan lembut

“Ada bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan Pak Devan?” balas resepsionis dan mengajukan  pertanyaan kepada Sera

“Belum mba. Bisa minta tolong sambungkan ke Pak Devan mba.”

“Maaf ibu tidak bisa bertemu Pak Devan jika belum membuta janji temu.”

“Bagus Ta. Dia emang nggak boleh masuk sembarang ke kantor ini.” Alena menyela pembicaraan Sera dan resepsionis

Sera mengalihkan pandangan kearah Alena yang kini berdiri disampingnya. Sera menahan amarah yang mulai berkecamuk dalam dirinya melihat tingkah Alena.

“Ibu sebaiknya pergi dari sini jika tidak ada keperluan lagi. Pak Devan tidak bisa diganggu.” Lanjut resepsionis bernama Rita

“Kamu dengar kan apa kata resepsionis. Kamu disuruh pergi dari sini. Kalau saya jadi kamu sih pasti udah pergi dan nggak punya muka lagi datang kesini. Nggak usah ngaku-ngaku jadi istri Devan deh lo.” Alena mendorong baju Sera sedikit keras , beruntung Sera dalam posisi sigap sehingga tidak terjatuh

Sera masih diam dan tidak membalas perbuatan Alena walau kepalan kedua telapak tangan Sera yang berada disamping semakin kuat, namun Sera masih bisa menahan diri.

Devan ke luar dari ruang meeting hendak menuju ruangannya melalui tabung kapsul khusus pimpinan menghentikan langkah ketika mendengar keributan didepan resepsionis. Devan berjalan menuju ke resepsionis diikuti Rangga.

“Siapkan surat pemecatan untuk mereka hari ini juga Rangga.” Suara bariton Devan menghentikan keributan yang diciptakan Alena

Mereka yang tengah berada didepan resepsionis terkejut mendengar suara bariton yang tidak familiar bagi mereka. Sontak mereka menoleh kearah sumber suara. Sera menyeringai saat mengetahui Devan ada diantara mereka. Alena dan Rita resepsionis baru membolakan kedua bola mata saat mengetahui atasan mereka berdiri didekatnya. Ah.. Lebih tepat berdiri disamping Sera. Apalagi sempat mendengar kata surat pemecatan. Hal yang sangat keramat bagi setiap karyawan jika menerima surat itu.

“Sayang.. Kenapa kamu kesini nggak bilang dulu?” Devan menggenggam tangan Sera

“Aku ingin kasih kejutan sayang.” Balas Sera dengan nada manja yang disengaja

“Ngobrol diruangan aku aja iya sayang.” Devan berjalan hendak meninggalkan mereka namun Devan menghentikan langkahnya lalu berbalik kearah Alena dan Rita, “Rangga.. Jangan lupa kamu urus surat pemecatan mereka hari ini. Pecat mereka yang telah menyakiti calon istri saya.” Titah Devan tak terbantahkan kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangannya

Jederrrr..

Mendengar ucapan Devan atasannya sontak Rita terkejut.

‘Calon istri? Wanita tadi calon istri Pak Devan. Haduh.. Rita.. Kenapa kamu bodoh sekali.’ batin Rita

Rangga menganggukan kepala membalas ucapan Devan lalu berjalan menuju arah HRD berada. Alena menggertakan giginya kesal melihat Devan menggandeng tangan Sera.

‘Sial. Kenapa Sera selalu lebih beruntung dari aku.’ Alena membatin dengan kesal

Alena kembali kekubikelnya sedangkan Rita melanjutkan pekerjaannya.

Devan dan Sera kini telah berada diruangan. Sera mendudukan diri disofa yang berada diruangan Devan, sementara Devan mengambil air dingin dari lemari pendingin yang berada diruangannya.

“Ada perlu apa kesini Ra?” tanya Devan dengan hangat

‘Ini orang punya kepribadian ganda apa iya. Kemarin dingin dan datar kaya papan triplek. Sekarang hangat gini kaya api unggun.’ Batin Sera

Devan mengayunkan tangan didepan wajah Sera saat melihat Sera melamun.

“Sera..” ucap Devan pelan

“I-iya Pak.” Balas Sera

“Kenapa melamun? Ada perlu apa kesini? Hem?” Devan mengangsurkan minuman dingin ditangannya ke Sera

Sera mengambil minuman dingin dari tangan Devan dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Devan, “Saya setuju dengan rencana bapak menikah minggu depan.” Tukas Sera

Devan tersenyum manis, ah sangat manis kala mendengar ucapan Sera. Ini yang ditunggu Devan dari Sera. Akhirnya Sera menerima tentang pernikahan mereka.

“Terima kasih Sera.”

“Tapi dengan satu syarat.”

“Apa?”

“Tidak boleh ada kontak fisik sebelum saya bisa mencintai bapak.”

“Hem..” Devan memicingkan mata kearah Sera, “Tidak masalah buat saya.” Balas Devan

Sera mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Devan. Devan menyambut uluran tangan Sera, “Deal.” Ucap Sera sembari menjabat tangan Devan

“Deal.” Balas Devan menganggukan kepala

***

Sera merebahkan tubuh diatas tempat tidur besar di kamarnya. Ya. Keputusan besar hari ini telah diambil Sera. Bahkan Sera masih belum bisa percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Memutuskan menerima rencana pernikahan dengan Devan. Ah.. Sudahlah.. Mungkin ini telah menjadi takdir Allah untuknya. Sera hanya bisa menjalani dan berusaha sebaik mungkin agar takdir ini indah dan hal pahit dimasa lalu tidak akan pernah terulang kembali.

Sera juga merasakan kelegaan hati kala melihat wajah pucat pasi Alena ketika Devan memberhentikan Alena bekerja di perusahaan Devan dan resepsi yang telah bersikap tidak sopan. Ada rasa puas dalam hati Sera melihat Alena menderita hari ini. Semua akan ada balasan yang setimpal atas apa yang telah kita lakukan. Itulah yang selalu ada dibenak Sera sehingga membuat Sera berpikir berulang kali sebelum bertindak.

Tubuh yang lelah menyebabkan Sera terlelap masuk kedalam mimpi tanpa sadar dengan masih menggunakan pakaian yang jari ini Sera kenakan saat kerja. Dengkuran halus dan nafas teratur mulai terdengar dari Sera. Sera melewatkan makan malam bersama Candra malam ini. Sang kakak yang masuk ke kamar Sera menutup pintu kamar kembali ketika melihat Sera telah tertidur dengan nyenyak.

Ya. Candra telah mengetahui jika Sera menerima rencana pernikahan dengan Devan. Candra juga mengetahui jika hari ini teotnya siang tadi Sera menemui Devan di perusahaannya dan memberitahu jika Sera setuju dengan rencana pernikahan itu. Candra mengetahui itu semua dari Devan yang merupakan rekannya bisnisnya sejak lama. Candra merasa bahagia pada akhirnya Sera menerima rencana pernikahan itu dan mulai membuka diri. Candra merasa sangat bersedih melihat Sera terpuruk dan menutup diri setelah perpisahan Sera dengan Dino mantan suaminya. Terlebih dengan segala perlakuan kasar ibu mertuanya yang menganggap Sera manduk karena Sera belum bisa hamil padahal usia pernikahannya dengan Dino telah berusia 2 tahun. Sera menerima semua perlakuan buruk ibu mertuanya dengan hati yang lapang bahkan Sera tidak pernah menceritakan semua itu. Jika Alma tidak menceritakan apa yang dialami Sera selama ini saat menikah dengan Dino kepada kakaknya naka Candra tidak akan pernah mengetahui apa yang dialami Sera selama inj.

'Semoga kamu akan selalu bahagia setelah ini Ra. Kakak yakin Devan pria yang baik dan Devan mencintai kamu.' gumam Candra setelah menutup pintu kamar Sera dan masih berdiri didepan pintu kamar Sera

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status