Sera tengah dirias make up artis profesional dan terkenal di ibu kota dengan Alma yang selalu menemani Sera. Sera meminta make up minimalis dan tidak terlalu mencolok kepada perias. Ya. Hari ini merupakan hari pernikahan Sera dan Devan. Hari yang ditunggu Devan namun tidak dengan Sera. Sera berharap hari ini tidak akan pernah ada namun harapan tinggalah harapan. Hari ini pasti ada dan pernikahan akan tetap dilaksanakan.
Sera menghembuskan nafas kasar ketika make up artis telah selesai merias dirinya sehingga kini Sera tampak semakin cantik dan anggun dengan riasan tipis dan kebaya modern berwarna putih untuk prosesi akad nikah hari ini. Menikah lagi dalam waktu secepat ini tidak pernah ada dalam pikiran Sera. Trauma di pernikahan pertama dulu masih terasa dihati Sera, namun suka atau tidak suka Sera harus menerima pernikahan ini agar bisa membuktikan kepada Dino dan Alena serta mantan mertuanya jika pesona Sera tidak pernah padam.
“Kamu
Devan dan Sera masuk kedalam rumah mewah Devan yang luas, modern dan elegan. Bukan hal aneh bagi Sera dengan rumah mewah karena Sera berasal dari keluarga berada sama seperti Devan, namun Sera merasa takjub melihat desain tata ruang rumah Devan yang menarik. Sera mengekori langkah Devan naik ke lantai atas menggunakan tabung kapsul yang berada didalam rumahnya.Devan membuka pintu kamarnya yang berada di lantai empat kemudian melangkahkan kaki masuk kedalam kamar. Ruangan bernuansa serba putih yang luas menjadi pemandangan pertama saat Sera masuk ke kamar Devan. Devan berjalan menuju lemari besar yang akan menjadi tempat pakaian Sera lalu menunjukan setiap sudut ruangan kamarnya kepada Sera.“Kamar ini milik kamu juga sekarang. Kamu bisa mendesain ulang jika kamu mungkin tidak suka dengan desain kamar ini sekarang.” Ucap Devan menyandarkan tubuhnya ditepi nakas“Kenapa bisa begitu? Ini kan kamar bapak?&
Sera pergi ke rumah Alma dengan diantar supir pribadi sesuai dengan permintaan Devan sebelum Devan berangkat ke kantor. Sebenarnya Sera merasa risi dengan apa yang dilakukan Devan. Semenjak dulu Sera sangat jarang pergi menggunakan supir pribadi. Sera lebih senang pergi dengan mengendarai mobilnya sendiri selain lebih leluasa juga lebih nyaman.“Lo ngapain kesini? Bukannya lo di rumah sama suami lo, Ra?” tanya Alma ketika Sera tiba di rumahnya“Gue bete di rumah sendirian Al.” balas Sera singkat“Maksud lo? Jangan bilang lo dan Devan beramtem.” seru Alma“Sembarangan lo kalau ngomong. Devan kerja ada meeting dengan klien dari luar negeri nyang nggak bisa ditunda atau digantikan Alma.” balas SeraAlma ber oh ria mendengar ucapan Sera. Sera merebahkan diri diatas tempat tidur Alma sembari bercerita dengan sahabat baiknya itu.***Devan kembali ke ruangannya setelah meeting deng
Devan menghampiri Sera ang kini sedang duduk di balkon kamar mereka menikmati indahnya pemandangan di malam hari dengan sinar bulan dan bintang yang cerah di angkasa. Semilir angin menerbangkan rambut panjang Sera yang tergerai dengan indah dan menutupi sebagian wajah cantik Sera.“Sera..” Devan memanggil sang istri dengan lembut sembari meletakan dua cangkir cokelat hangat di atas meja“Iya Pak,” jawab Sera tanpa mengalihkan pandangan dari apa yang sedang di pandangnya saat ini“Saya minta maaf tidak bisa menjaga kamu siang tadi. Saya tidak seharusnya meninggalkan kamu ke toilet. Saya minta maaf Sera,” sambung Devan“Tidak apa-apa Pak. Tidak masalah juga Pak. Ini bukan salah Pak Devan kok,” ujar Sera“Tapi saya merasa tidak berguna. Saya menikah dengan kamu selain karena saya mencintai kamu juga saya ingin menjaga kamu dan mereka yang selalu mengganggu Sera,” tukas Devan“Tid
Setelah menikmati makan siang di dalam ruangan Devan, Sera ikut meeting Devan di kantor seperti apa yang telah diberitahukan Devan kepada Sera pagi tadi. Dengan berat hati Sera menuruti permintaan sang suami karena Sera sedang tidak ingin berdebat dengan sang suami saat ini. Sera tidak suka jika berhubungan dengan dunia bisnis. Oleh sebanyak-banyaknya itu Sera lebih memilih mewujudkan cita-cita menjadi seorang guru daripada ikut terjun bersama dengan sang kakak mengelola perusahaan peninggalan kedua orang tuanya.Disinilah Devan dan Sera saat ini berada. Di sebuah ruangan besar tempat biasa diadakan meeting di perusahaan Devan. Ruangan yang mirip dengan aula namun memiliki fasilitas seperti proyektor bdan perlengkapan meeting lainnya sehingga mereka tidak perlu lagi untuk mengatur perlatan yang akan digunakan pada saat akan diadakan meeting. Lebih simple. Itulah yang berada di dalam benak Devan saat merubah ruangan ini menjadi ruangan khusus untuk meeting dengan rekan bisnis
“Kenapa Pak Devan bicara seperti itu ke Dino siang tadi?” tanya Sera setelah mereka menikmati hidangan makan malam bersama hari ini. “Apa kamu tidak ingin membalas apa yang telah dilakukan mantan suami kamu?” bukan menjawab pertanyaan Sera, Devan bertanya balik kepada Sera Sera mendengus kesal dengan apa yang diucapkan oleh sang suami, “Membalas dendam yang seperti apa? Seperti yang Pak Devan katakan ke Dino siang tadi?” “Memangnya ada yang salah dengan apa yang saya ucapkan siang tadi Sera? Kita kan suami istri. Sudah halal. Aku ingatkan kalau kamu lupa,” balas Pak Devan dengan nada dingin dan tegas kepada sang istrinya itu Deg.. Satu ucapan Devan menohok relung hati paling dalam Sera. Ya. Apa yang diucapkan oleh Devan benar adanya. Devan dan Sera suami istri yang sah dan halal. Sera menatap raut wajahnya Devan yang tampan untuk sesaat. Tampak Devan sedang bermain dengan ponsel yang berada di tangan. Ah.. Mungkin Devan sedang memeriksa berkas pekerjaan yang baru dikirimkan oleh R
“Apa mas boleh minta sekarang sayang?”Deg..Ada yang berdetak dengan tidak normal saat mendengar sang suami mengucapkan sebuah kalimat, yakni jantung Sera. Sera menatap ke arah sang suami dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Sementara itu Devan mengunci manik mata Sera yang sedang menatap ke arah dirinya. Terlihat keraguan dalam manik mata Sera. Devan dapat memahami hal itu mengingat ini bukan pernikahan pertama bagi Sera. Devan dan Sera juga menikah tanpa cinta. Jadi wajar jika Sera merasa ragu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Devan yang kini berstatus sebagai suaminya. Devan dapat memahami apa yang kini sedang dirasakan oleh sang istri.“Kalau kamu ragu tidak apa-apa sayang,” ucap DevanSera merasa bersalah mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami. Apalagi saat sang suami hendak memejamkan mata. Sera meraih telapak tanah sang suami yang lebar itu.“Mas..” Sera memanggil sang suami yang henda
“Hari ini kamu tidak usah kerja dulu iya sayang.. Nanti mas yang akan meminta izin ke kepala sekolah,” ucap Devan setelah menikmati hidangan makan pagi“Memangnya kenapa mas?” bukan menjawab pertanyaan sang suami, Sera bertanya balik kepada sang suami“Mas ingin mengajak kamu jalan-jalan sayang. Kita kan belum pernah jalan-jalan sejak menikah. Apa kamu mau kita pergi bulan madu sayang?” sambung Devan“Tidak usah mas. Kita bulan madu di rumah saja iya..” Sera mengecup pipi sang suami lalu meninggalkan sang suami ke dapur untuk meletakan piring ke dalam wastafel dan menutupi rasa malu sera karena mengecup pipi sang suami terlebih dahuluDevan mengulum senyum lalu menggelengkan kepala melihat tingkah laku sang istri yang di luar dugaannya saat ini. Lihatlah.. Wanita yang beberapa hari kemarin sangat cuek dengan dirinya kini telah berani menggoda Devan terlebih dahulu. Baiklah. Tampaknya Devan harus memberikan h
Malam yang indah bertabur bintang dan bulan yang bersinar dengan cerah di angkasa menjadi saksi dua insan yang telah resmi menjadi sepasang suami istri dan telah memutuskan untuk berdamai itu kini sedang menembus jalanan ibu kota yang tampak lengang jika sang surya telah tenggelam.Ya. Devan menepati janji membawa Sera jalan-jalan hari ini. Setelah menyelesaikan pekerjaan, Devan membawa Sera menikmati ibu kota Indonesia dengan menggunakan mobil sport Lamborghini berwarna merah itu. Malam ini Devan memiliki rencana membawa sang istri makan malam di luar seperti yang telah direncanakan pagi tadi.Disinilah Devan dan Sera berada saat ini, sebuah restoran mewah yang berada di pusat kota Jakarta di lantai lima puluh dua. Konsep mewah restoran ini dapat dirasakan mulai dari pintu masuk dengan desain yang elegan. Sera memang bukan dari kalangan bawah. Sera kalangan atas dimana sang kakak dan perusahaan mendiang kedua orang tuanya berkembang dengan pesat dan sangat berpengaruh